Salah seorang yang pernah ikut ke perdebatan kemarin pas rapat ada di sekitar sini, tapi gak masalah, dia dah q maafin meski dia gak minta maaf.. Cuma q masih inget aja akan siapa aku dan siapa dia.. Maka dari itu aku pengen belajar bagaimana bisa menjadi pemaaf instan dan permanen.. Seneng banget kali ya jadi orang yang gampang maafin dan sulit sakit hati.. Duuuhhh, jadi pengen.. ^^
Tapi sodara2, saat ini bukan itu yang jadi pusat tulisanku.. Sekarang tanggal 27 Mei 2010, bertepatan dengan tanggal ulang tahunnya ibuku tercinta. Masalahnya aku gak bisa ngasih apa2 ke ibu.. Q juga gak tau mau berbuat apa2 ke ibu.. Kemarin aku nulis di dinding profil Facebooknya ibu n nulis "Sanah hilwa ya Umi" dan setelah itu sorenya Mas Rosidin, temen kuliah ibu di S2 pas biz ngobrol di kantin ngasih kado ke ibu berupa KRUPUK Rp. 200an dan PERMEN 1 biji. Wkkwkkwkkwkkwkk, katanya jangan ngeliat apa pemberiannya, tapi lihatlah ketulusannya.. Ada2 aja tu orang..
Trus semalem, q terbangun jam 01.56an dan karena di sampingku tergeletak hapeku yang dari tadi nemani bantalku tercetak dan terstempel liur tidurq langsung aja q ambil dan nulis SMS ke nomornya ibu, "Happy Birthday Mom.." dan send! Gak lama kemudian terdengarlah suara ayam berkokok tanda SMS yang kukirim nyampe di hpnya ibu..
Hmmmm, paginya ibu langsung ketawa mbaca SMSq.. Kenapa ketawa? Gimana gak, lha wong yang ngirim aja masih ngorok dan baru aja diobraki buat bangun tidur biar cepet2 mandi dan berangkat ke kampus, tapi kok tiba2 ada SMS dari nomorku.. Hihihihiihihi..
Gak lupa juga q sampein ucapan met ultah dari masq buat ibu, met ultah moga panjang umur dan sehat selalu, plus cepet naik haji.. Ibu dengan antusias njawab, "Amiiiiiiin"..
Yanh, Sanah hilwa aja dah buat ibu, moga tambah sukses dan jadi penghuni surga tanp hisab..
Why Allah told us that "Verily with every difficulty there is relief" is that we obviously are in trouble until we hold Him near.
Kamis, 27 Mei 2010
27 Mei
Kotak ajaib:
Favorit
Kursus Ayah Bunda
Ni adalah puisiku yang ngebut nulisnya *sampe dibela2in mbuatnya di tempat yang seadanya (pos satpam, red.) dengan tema yang sudah ditentukan oleh redaktur* gara2 diuber deadline mading HMJ PAI.. Tapi setelah ditampilin di mading beserta puisi "KULI SI JANDA" *yang juga karyaku (sejarahnya niy si redaktur minta q mbuatin 2 puisi, yang satu bertema hari pendidikan dan yang satu bertema hari buruh)*, eh malah puisi di bawah ini yang laris duluan, yang si kuli masih te2p terpampang di balik kaca mading..
Gak tau siapa yang ngambil, tiba2 aja kertas yang berhiaskan tinta Pilot merah ini bisa hilang dari lembaran gabus mading.. Ada yang naksir kali ya dengan gaya bahasaku yang lagi kaco kaya gini.. Ato emang dia keabisan kata buat ngritik niy puisi???
Entahlah, tapi yang jelas kalo ada yang mau mbaca puisi yang berjudul KURSUS AYAH BUNDA ini q harap ada yang mau ngasih komentar ato kritikan yang membantu pembangunan karyaku, tanpa mengurangi substansi dan gaya bahasa puisinya.. Makasih sebelumnya..
"Bajingan!"
Dia bersaing lidah dengan bibir nuraninya
"Bangsat!"
Kembali dia mengulangi bilangan Jahannam itu
Dalam hatinya dia berbisik penuh seru,
"Apa sebenarnya yang mereka angankan
Dari buliran sarat amarah?"
Sesaat dia meleburkan jiwa dalam mimpi
Andai mereka saling mengerti
Andai mereka saling memahami
Andai mereka mau mengalah
Dia menggelengkan pijakan akar rambutnya
Tatkala dia merenung untuk yang ke sekian kalinya
Andai di negeri ini hadir
Sebuah pendidikan untuk orang tua
Pasti tiada lagi anak korban pecahnya keluarga
Lagi-lagi dia menggelengkan kepala
Begitu menyadari bahwa dia hanya bermimpi
Gak tau siapa yang ngambil, tiba2 aja kertas yang berhiaskan tinta Pilot merah ini bisa hilang dari lembaran gabus mading.. Ada yang naksir kali ya dengan gaya bahasaku yang lagi kaco kaya gini.. Ato emang dia keabisan kata buat ngritik niy puisi???
Entahlah, tapi yang jelas kalo ada yang mau mbaca puisi yang berjudul KURSUS AYAH BUNDA ini q harap ada yang mau ngasih komentar ato kritikan yang membantu pembangunan karyaku, tanpa mengurangi substansi dan gaya bahasa puisinya.. Makasih sebelumnya..
"Bajingan!"
Dia bersaing lidah dengan bibir nuraninya
"Bangsat!"
Kembali dia mengulangi bilangan Jahannam itu
Dalam hatinya dia berbisik penuh seru,
"Apa sebenarnya yang mereka angankan
Dari buliran sarat amarah?"
Sesaat dia meleburkan jiwa dalam mimpi
Andai mereka saling mengerti
Andai mereka saling memahami
Andai mereka mau mengalah
Dia menggelengkan pijakan akar rambutnya
Tatkala dia merenung untuk yang ke sekian kalinya
Andai di negeri ini hadir
Sebuah pendidikan untuk orang tua
Pasti tiada lagi anak korban pecahnya keluarga
Lagi-lagi dia menggelengkan kepala
Begitu menyadari bahwa dia hanya bermimpi
Kotak ajaib:
Favorit
Langganan:
Postingan (Atom)