Izzatush Shobihah
22 Agustus pukul 11:41 ·
Menaikkan harga rokok untuk mengurangi kuantitas perokok itu... mmmm... gini deh. Kalau mau menekan kuantitas perokok, kira-kira menaikkan harga rokok ini efektif gak?
Pertama, kita lihat dari rokoknya.
Dulu pernah ada peraturan masang gambar 'nggilani' di bungkus rokok dengan harapan yang sama. Mungkin efektif untuk sementara waktu, tapi tidak bertahan lama.
Kedua, dari penggunanya.
Kalau perokok sudah menganggap rokok sebagai kebutuhan, menaikkan harga rokok bisa diibaratkan menaikkan harga bensin bagi pemotor. Semahal apapun, kalau sudah jadi kebutuhan, bakal dibeli juga.
Ketiga, dari keuntungannya.
Siapa yang untung kalau harga rokok meroket? Perokok? Penjual? Pabrik rokok? Petani tembakau? Bea cukai? Atau tempat rehab perokok aktif? Cek dulu. Kalau sudah ketemu, silakan bandingkan dengan data saya. *aseeeggg!!!*
Keempat, dari dampaknya.
Bisa jadi untuk sementara ini, banyaknya perokok akan berkurang.
Jelas, ini berita gembira buat yang merindukan udara tanpa asap rokok, walau cuma untuk beberapa waktu saja. Tapi ini juga berita 'gembira' bagi pecandu rokok, yang bisa saja berdampak seperti pengguna narkotika. Kalau gak ada uang buat beli rokok, harus dapet uang gimanapun caranya. Bisa bayangin kriminal apa aja yang bakal muncul?
Ah, embuhlah! Sini cuma bisa membatin, semoga pengguna rokok selalu sehat tanpa harus mengganggu kesehatan kita-kita yang tidak merokok.
Barangkali, jika memang kabar ini bukan hoax, menaikkan harga rokok jauh lebih bijaksana daripada menaikkan rok mini.
#iZzatQuote
__________