Izzatush Shobihah
11 Agustus pukul 14:19 ·
Membaca berita itu katanya harus cerdas. Pakai otak dulu, lihat dan dengarkan dari berbagai pihak, baru pakai hati. Kalau belum apa-apa (baca beritanya aja belum tuntas) tapi marah-marahnya meletup duluan, itu bukan salah media. Itu sama aja kita membodohi diri sendiri.
Berita polisi ganteng yang berhasil menarik perhatian netizen saat tragedi teror Sarinah kemarin, langsung mencuat. Mendadak pada naksir sampai punya hashtag sendiri, menjadikan si mas polisi sebagai teroris hati mereka, sampai lupa pada teroris yang sesungguhnya. Ndilalah kersaning Allah, lha kok yang ditaksir udah punya anak istri. Aishhh... Gwenchanayo?
Berita full day school belum tuntas, udah dibully aja tuh pejabat baru. Negara mana yang rakyatnya berani membully menterinya selain Indonesia? Welcome to Indonesia, Mr. Minister. -_-
Juga, berita guru ditonjok wali murid sampai mukanya berdarah, kurang dari seminggu udah muncul aja tuh profilnya si murid. Setelah banyak yang share, tiba-tiba ada info disertai bukti bahwa foto itu bukan foto si murid. Jiaaahhh!!! Ist alles OK bei dir?
Jangan salahkan media atas kejadian ini. Sekarang zamannya mencari solusi, bukan main emosi. Salahkan kita yang masih mau dibodohi diri sendiri karena tidak mau mengkonfirmasi dari berbagai sisi.
Coba kalau ada berita kayak gini:
"Lowongan: Anda ingin jadi polisi, tentara, pelaut, bidan, atau mungkin jadi dokter? Pengalaman tidak diutamakan. Segera hubungi kami!"
Akankah kita kecele lagi, padahal tulisan setelahnya berbunyi:
"TTD
Panitia Karnaval"?
#iToezAsks #iZzatQuote #iLingLearns
_________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar