Izzatush Shobihah membagikan sebuah kenangan.
5 Desember pukul 13:53 ·
6 tahun yang lalu, saat 5 orang adik kelas yang semuanya cowok mendadak duduk bersila membentuk lingkaran, sayapun mendadak jadi narasumber gadungan. Mahasiswi yang lewat langsung menghindar sambil tersenyum demi melindungi telinganya dari pembahasan tak senonoh.
"Mb Izzah, aku mau tanya. Tapi jangan diketawain ya?"
"Iya, tanya apa?"
"Aku tanya gini dengan tujuan murni pengetahuan sekaligus persiapan kalau nanti udah nikah, Mb."
"Iyoooo, ngerti! Arep takon opo?"
"Mmmm... Caranya pakai pemb*lut itu gimana sih, Mb?"
Yang pasti, saat itu langsung saya jawab, bukan saya praktekkan.
Awalnya mereka memang malu-malu, 10-20 menit kemudian tanyanya udah mulai 'cerdas'.
"Mb Izzah, kasih tau dong gimana caranya KB alami!"
"Nikah dulu deh, baru tak kasih tahu!" *hadeeehhh!!!*
"Mb Izzah, gaya 38 itu gaya yang gimana?"
"Gaya sakit gigi!" *ampun dah!*
Dan sekarang saya penasaran, mereka udah nikah belum ya?
Ah, jangan tanya. Nanti bisa kena pasal 335 atas tuduhan perlakuan tidak menyenangkan.
6 tahun yang lalu
Lihat Kenangan Anda
Izzatush Shobihah
5 Desember 2010 ·
Kajian seksologi di hadapan 5 orang klien..
______________
Izzatush Shobihah memperbarui bionya.
5 Desember pukul 13:24 ·
Membela agama bisa dimulai dengan memilih istri shalihah, bukan memelihara amarah. 😉 #iZzatQuote
____________
Izzatush Shobihah
5 Desember pukul 9:14 ·
Yakin banget, mereka yang berangkat ke aksi 212 adalah para pecinta Al-Quran, terlepas dari apa tujuan pencetus ide aksi mengadakannya dan untuk siapa aksi itu dilakukan.
Dan -seperti biasanya- pendapat ulama yang harusnya ditulis seluruhnya, oleh si pengaduk buih itu dipotong sebagian untuk lebih membuat suasana menjadi lebih dramatis (kalau tidak boleh dibilang buihnya lebih keruh).
Hanya bambu tangguh yang bisa tetap berdiri menghadapi angin ribut.
Gus Mus, Prof. Nadirsyah, I'm proud of you. We are proud of you.
#iZzatQuote
Nadirsyah Hosen menambahkan 4 foto baru.
4 Desember pukul 10:58 ·
Klarifikasi Nadirsyah Hosen soal buih
Ada pihak yg berperan utk meNenangkan umat. Ada yg ambil peran lain yaitu utk meMenangkan umat. Saya selalu ambil peran yg terakhir ini, yaitu bagaimana umat ini cerdas dan menang secara kualitas. Tidak sekedar bangga dg jumlah. Term buih yg saya maksud ditujukan kpd kerumunan (cek lagi twit saya) bukan pada individu. Respon sebagian pihak itu seolah saya merendahkan kualitas individu yg berada di sana. Keliru!
Yang saya soroti adalah strategi pergerakan umat. Berkerumun itu membuat gerakan umat mudah terbaca, mudah diombang-ambingkan dan mudah dimanfaatkan. Ngurusi 1 orang saja kita harus mengeluarkan resources umat yg terbatas ini sampai ratusan miliar rupiah utk 3 kali aksi, termasuk biaya pengamanan TNI/Polri.
Kita masih berupa kerumunan, belum strategis, taktis dan visioner. Yg disebut pemimpin umat skr adalah mereka yang lantang berteriak dan mengumpulkan kerumunan. Gak usah pakai dalil dan riset. Cukup bisa teriak mengumpulkan kerumunan maka dia dianggap pemimpin. Pada titik ini saya ingatkan lewat twit saya agar jgn berbangga dg jumlah yg sdh diingatkan Nabi dg istilah bagai buih. Kita harus mulai geser cara pandang dari kuantitas ke kualitas.
Mengenai hadis soal buih, sudah saya tulis penjelasannya dan dimuat di website saya dan website lainnya.
Itu yg sebenarnya saya maksud. Saya bicara strategi pergerakan meningkatkan kualitas umat menegakkan kembali peradaban Islam yg porak poranda.
Tapi bukankah yg hadir di monas jg banyak org2 yg berkualitas? Betul. Tapi sekali lagi yang saya soroti bukan individu tapi kerumunan-nya. Jadi saya tdk merendahkan para tokoh dan ulama yg hadir. Fokus saya pada strategi dan kualitas umat secara umum. Al-'ibrah bi umumil lafz la bi khususis sabab. Ini bukan spt yang disangka sebagian pihak: al-'am urida bihi al-khas (kalimat kerumunan itu umum dan bermakna umum, bukan khusus ke individu).
Banyak netizen mencaci maki saya. Gak apa2 saya terima. Perlu ada orang yang "tega" mengingatkan umat. Saya sediakan diri saya menjadi samudera yg menampung keluh kesah, sumpah serapah dan caci maki para buih. Mungkin ini caraNya Allah mengingatkan kita semua agar kita lebih taktis, stategis dan efektif membangun kembali peradaban Islam agar buih bisa berubah menjadi gelombang dahsyat🙏 Amin Ya Rabbal 'Alamin
Salam ta'zim dan mohon maaf,
Hamba Allah yang dha'if dan faqir
Nadirsyah Hosen
__________
Izzatush Shobihah
5 Desember pukul 7:32 ·
Siapa bilang kenangan hanya mengingatkan pada penderitaan?
Di antara fungsi kenangan dan pengingat ulang tahun adalah membantu pembersihan pertemanan yang tidak meningkatkan kinerja, tidak memperbaiki kualitas diri, atau tidak membawa perubahan ke arah yang lebih sempurna. :)
#iZzatQuote
*bersih-bersih kontak*
_____________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar