Izzatush Shobihah
31 Agustus pukul 18:03 ·
Terima kasih telah menghadirkan takbir (tanpa pentungan) di beranda Facebook.
Setidaknya hari raya kurban tidak melulu diisi berita korban perasaan, korban biro umroh, atau lebih parah lagi, korban apa aja yang penting jadi PNS. *eh๐*
Selamat Idul Adha. ๐
Maaf lahir batin ya...
______________
Izzatush Shobihah membagikan sebuah kenangan.
28 Agustus pukul 15:14 ·
Thank youuuuu ๐
2 tahun yang lalu
Lihat Kenangan Anda
Izzatush Shobihah
28 Agustus 2015 ·
"Doa bukanlah (jurus) pamungkas, Bundo.. Tapi sebagai dampingan yang urgen, dimana doa harus selalu mengiringi.."
(Juragan Adnan Bin Hadir Rahaded, teman 'berantem', 25 Agustus 2015, 07:15 WIB)
"Tipis perbedaan antara diam karena 'merasa bersalah' dan 'pesimis', Za.."
(Mb Ama Wahbatur Rahmaniyah, teman 'gasakan', 26 Agustus 2015, 18:20 WIB)
"Berdoa itu berbisik. Gusti Allah menjawabnya juga dengan cara berbisik, karena Dia adalah Dzat Yang Sangat Halus. Hanya saja manusianya yang gak (semuanya) bisa mendengar."
(Pak Bambang, teman 'sing penting ojo jotos-jotosan', 28 Agustus 2015, 13:44 WIB)
Inilah akibatnya jika kelamaan gak ikut kuliah: ucapan dan SMS kawan-kawanpun masuk jadi 'pelajaran'..
_________________
Izzatush Shobihah
27 Agustus pukul 5:20 ·
Terima kasih atas perjuangannya, Timnas Indonesia. ๐
We're so proud of you, as always.
foto
________________
Izzatush Shobihah
26 Agustus pukul 5:49 ·
Ada saatnya menang.
Ada saatnya tenang.
#iZzatQuote
Positive thinking aja.
Jangan biarkan negative thinking jadi tugas kita.
foto
_____________
Izzatush Shobihah memperbarui bionya.
26 Agustus pukul 5:42 ·
Mohon kirimkan pesan di inbox dulu untuk konfirmasi pertemanan. Terima kasih.
______________
Izzatush Shobihah
21 Agustus pukul 20:01 ·
Tugas istri adalah menurut dan tampil cantik. ๐
Fina Af'idatussofa
21 Agustus pukul 6:15 ·
Kajian Bandongan pagi kitab Nihayatuz-Zain dan Ihya Ulumuddin dua bulan ini pembahasannya sama : Bab Nikah.
Dipapar dari berbagai segi mulai dari niat, tanggung jawab, masalah keseharian sampai materi tentang apa-apa yang menjadikan pernikahan itu 'rusak', apa yang menyebabkan jatuh talaq, dst.
Kemarin dua hari dipaparkan dan dijelaskan panjang tentang tanggung jawab suami yang begitu banyak dan beratnya dalam urusan rumah tangga.
Seperti kitab-kitab lain, Nihayatuz-zain juga menerangkan rincian tanggung jawab nafkah yang tidak hanya menyangkut urusan duit tapi juga menyangkut fasilitas tampilan istri, kebersihan rumah, sandang, penyajian makanan, menu-menu yang ideal sampai dengann perawatan anak -semisal andai pun sang istri enggan memberi Asi, maka suami yang bertanggung jawab mencarikan asupan bagi si anak- apakah Ibu Rodho' dan yang lainnya.
Intinya tugas istri hanya menurut dan tampil cantik :v
Selain itu tentu saja dipaparkan pula trik-trik jadi istri yang oke, seperti bagaimana menyenangkan suami, lalu dalam apa saja mereka wajib meminta izin dan dalam keadaan apa saja saja tidak perlu meminta izin.
Jadi bagi yang hidup di Indonesia khususnya Jawa, wanita memiliki begitu banyak pintu pahala yang didapat akibat dari kultur yang terbentuk.
Ada begitu banyak hal yang sebenarnya bukan kewajiban tetapi dilakukan dengan sukarela karena penyesuaian pola budaya yang memiliki nilai pahala plus-plus lebih-lebih jika part demi part diniati sebagai ibadah tambahan dan tabungan akhirat.
Selain poin-poin tanggung jawab apa saja yang sebenarnya harus ditanggung suami, ada pula bab menerangkan takaran nafkah. Dimana jumlah -setidaknya- harus selaras dengan pola zaman dan pola hidup sekitar, juga menyangkut urusan apa saja yang harus tercover dengan ideal.
Namun kajian pagi ini diakhiri dengan bahasan yang lebih lentur.
Bahwa jika perihal tugas, tanggung jawab, dan segala perkara rumah tangga dibahas bersama dijalani bersama, diperjuangkan bersama, dipahami bersama sesuai kadar kemampuan masing-masing, menerima kurang-lebih masing-masing, tumbuh dan membangun bersama dengan aneka perbaikan sana sini, maka yang demikian lebih mendekatkan pada nuansa Romantis... <3 br="">
- - -
*Teori dulu, praktik kemudian :D "
_____________
Izzatush Shobihah
20 Agustus pukul 19:05 ·
Snack enak. ๐
Abda Alif Yakfiy
19 Agustus pukul 18:57 ·
Sebuah tulisan dari Al ustadz asy Syaikh Ichsan Nafarin ra (masih hidup):
HORMAT BENDERA
Sebuah fenomena menggelitik ketika hari ini kita masih melihat sebagian saudara kita umat Islam yang mengharamkan hormat bendera. Mereka menolaknya karena bagi mereka itu adalah pengagungan pada benda mati dan merupakan bentuk kesyirikan.
Ya, mungkin beda cara kita beragama dan mengaplikasikannya, tapi biarkan saya menyatakan perspektif saya disini.
Apakah mengagungkan benda mati haram secara absolut? Ternyata tidak, malah Islam dan cara beragama umat islam sejak era Nabi dipenuhi dengan penghormatan pada benda-benda mati. Ga percaya?
Islam bukan agama penampakan melainkan agama nilai & spiritual. Bukankah anda diperintahkan Tuhan shalat dan sujud 34 kali sehari menghadap rumah batu berbentuk kubus, lalu apakah Tuhanmu mengajarkan kesyirikan?
Tentu tidak, karena bangunan Ka'bah dimana milyaran umat Islam bersujud menundukkan kepalanya mengandung nilai-nilai spiritual. Itulah rumah yang pertama kali dibangun di Bakkah dan itulah satu-satunya rumah yang Allah sebut sebagai rumah-Nya, dan tentu memiliki nilai spiritual Maha Tinggi.
Apakah ketika Nabi mengajarkan anda mencium batu hajar Aswad beliau mengajarkan kesyirikan pada benda mati? Tentu tidak, Nabi menciumnya karena Nabi tidak secara dangkal melihat itu sebagai seonggok batu, melainkan karena batu tersebut mengandung nilai dan sejarah spiritual. Nabi melihat dengan mata batin, sedangkan kita melihat dengan mata zahir. Ketika anda mencium mushaf Al-Qur'an, apa anda hanya sekedar mencium lembaran-lembaran kertas bertuliskan Arab? Tentu tidak, karena setiap Qur'an menyimpan kandungan spiritual di dalamnya dan untaian yang tertulis di atasnya bukan syair Arab biasa melainkan firman Tuhan. Inilah nilai spiritualnya.
Bukankah Iblis dulu diusir dari surga karena mengabaikan nilai-nilai spiritual ini? Ia menolak bersujud pada Adam as karena ia menganggap Adam hanya seonggok lumpur hitam yang diberi bentuk? Itulah pandangan dangkal yang dilihat Iblis pada Adam as sehingga ia menyebut makhluq baru bernama Adam itu dengan redaksi "Basyar" dimana ia hanya merujuk pada fisik penciptaan dan sifat-sifat hewani tanpa melihat 'Nafs Insaniyah'-nya.
Segala benda mati di alam membawa nilai spiritual yang menempel padanya, yang datang dari kilasan sejarah. Baju yang dipakai Abu Jahal tidaklah sama nilainya dengan baju yang dipakai Muhammad SAW, meskipun baju Abu Jahal lebih mahal dan lembut sedangkan baju Nabi murah dan kasar sehingga kuIitnya sering memerah.
Sandal lusuh yang dipakai Nabi ke atas Arsy saat menghadap Tuhan-Nya mustahil disamai nilainya dengan sandal Kaisar Romawi meski terbuat dari emas permata sekalipun. Inilah dimana seorang manusia Irfani luhur pernah berkata: "Debu yang menempel di bawah sendal Fatimah (putri Rasulullah) lebih berharga daripada aku dan seluruh hidupku."
Ya, nilai intrinsik tak selalu berbanding lurus dengan nilai historis. Dan itulah islam yang diperkenalkan Tuhan, Islam penggapai nilai, bukan Islam penjamah simbol. Bukankah Tuhan yang kita sembah setiap hari itu transenden dan tak tervisualkan? Kau sendiri menyembah apa yang tak kau lihat.
Setiap jasad ada ruh, dan setiap benda mati punya nilai. Dan inilah salah satu hal mengapa Nabi suka memberi nama pada benda-benda yang dimilikinya, pada pedangnya, cincinnya bahkan sorbannya.
Lalu apa yang salah jika hari ini kita hormat pada sang saka merah putih, simbol tanah air yang kemerdekaannya diraih dengan Rahmat Allah dan perjuangan berdarah-darah para Syuhada? Bukankah ini penuh sesak dengan nilai spiritual dan perjuangan, serta menghormati dan menciumnya adalah ungkapan rasa syukur pada-Nya.
"Spiritual", itulah yang hilang dari kaum tekstual. Mungkin mereka harus sedikit belajar tentang tasawwuf dan memulainya dengan membaca kisah cinta Layla dan Majnun, ketika Qais sang Majnun bersyair:
"Kulalui depan rumah Layla, kuciumi dinding-dinding rumahnya. Bukanlah karena rumah itu (yang membuatku menciumnya), melainkan rasa cinta kepada penghuninya.
Indah bukan?
______________
Izzatush Shobihah menambahkan 6 foto baru — bersama Izzah Ling dan 2 lainnya.
20 Agustus pukul 15:01 ·
Kata orang, sidang tesis itu mencekam.
Kata yang nulis status ini, sidang tesis itu menyenangkan.
Gimana gak seneng? Kapan lagi bisa puas nimba ilmu selama 45 menit dari beliau-beliau tanpa 'diriwuki' teman-teman yang suka iseng saat kuliah? :D
'Dikerjain' penguji dengan debat? Itu biasa. Prof. Zahro (dosen favorit sejak saya belum menjadi mahasiswi beliau), Dr. Rofi', Dr. Habibi, dan Dr. Hanif memang hadir untuk menguji daya tahan tesis kita. Wong mata saya aja sampai berair ketika ketemu beliau-beliau. Bukan karena pingin nangis diuji mereka sih, melainkan karena ngantuk, semalem baru bisa tidur jam 1 dan bangun lagi jam 4. ๐
Intinya, harus dapet ide baru dari mereka untuk perbaikan karya kita.
Selain tanya jawab tentang konten penelitian (dan ini yang bikin ruang munaqosyah dengan AC bersuhu 18°C terasa 33°C), selebihnya sidang tesis berisi how we defend the research. Pertahankan penelitian itu tanpa harus menggebrak meja. Misalnya,
"Ini TPQ dan PAUD masuk pendidikan nonformal?"
"Siap, iya, Prof."
"Kenapa?"
"Karena di UU nomor 20 tahun 2003 semua pendidikan berjenjang yang bukan pendidikan formal termasuk pendidikan nonformal."
"UU tentang apa itu?"
"Sistem pendidikan nasional."
"Hmmm, berarti Anda sudah mengerti isi tesis Anda."
atau
"Di judul ini, NU singkatan dari apa?"
"Siap, Nahdlatul 'Ulama', Prof."
"Bukan Nahdlatul Ummah?"
"Siap, bukan, Prof."
"Kalau bukan, maka tulisan NU, jika bukan sebagai nama, harus ditulis lengkap, tidak boleh disingkat."
"Mohon maaf, Prof. Tapi saat seminar proposal dulu, Pak Hanif (penguji paling kanan) dan Pak Imam Sukardi (direktur PPs) mengatakan NU tidak usah dijabarkan karena semua orang se-Indonesia pasti tahu apa itu NU."
"Itu kan sebagai nama. Jika sebagai nama, tidak usah dijabarkan tidak apa-apa. Tapi kalau bukan nama, ya harus dijabarkan."
"Siap, Prof. :) " ➡ Life is choice, remember? ๐
atau yang ini
"Judulnya pakai nonformal ya?"
"Siap, iya, Bu."
"Sudah dicek di kamus besar bagaimana penulisan nonformal?"
"Siap, sudah."
"Dipisah (non formal) atau digabung (nonformal)?"
"Siap, digabung, Bu."
"Kalau non pendidikan? Digabung juga?"
"Tidak, Bu. Itu pakai tanda hubung."
"Kenapa?"
"Karena 'pendidikan' itu bukan kata dasar, melainkan kata yang sudah mendapat imbuhan."
"Oh, ya sudah. Saya hanya memastikan bahwa Anda benar-benar paham."
Walaupun catatan revisi saya paling banyak di antara peserta lain, bahkan sampai tumpah ruah :D , rasa-rasanya munaqosyah tiga perempat jam tadi masih kurang, hehehe.
Masih rindu diguyur ilmu oleh mereka.
Semoga suatu saat nanti dipertemukan kembali di kesempatan yang sama di tingkat yang lebih tinggi lainnya. Aamiiiin. ^_^
*Btw, terima kasih atas doa dan dukungan teman-teman semua, sidangnya lancar dan membahagiakan*
Foto Izzatush Shobihah.
Foto Izzatush Shobihah.
Foto Izzatush Shobihah.
Foto Izzatush Shobihah.
Foto Izzatush Shobihah.
+2
FYI, saya dan Prof. Zahro sama-sama pakai arloji di tangan kanan dan saya sempat kaget ketika beliau tanya, "Penelitian ini dilakukan di MWC atau di PAC?"
Kenapa? Sebab itu termasuk pertanyaan defense yang saya persiapkan iseng-iseng.
Gak taunya malah beneran dibahas.
"Siap, di PAC, Prof. Kalau MWC itu untuk NU-nya, sementara untuk banom seperti Muslimat, Anshor, Fatayat, itu pakai PAC."
"Ya," jawab beliau. "Memang benar begitu jawabannya." — bersama Izzah Ling.
_____________
Izzatush Shobihah
19 Agustus pukul 14:48 ·
Maafkan saja mereka yang hanya melihat penampilan luarmu.
Itu karena mereka belum tahu bahwa emas takkan bisa ditemukan hanya dengan sekali saringan.
#iZzatQuote
______________
Izzatush Shobihah
15 Agustus pukul 16:59 ·
Teman-teman, mohon doa suksesnya ya... Al-Fatihah saja sudah cukup.
5 hari lagi saya sidang tesis. Semoga dilancarkan prosesnya, diindahkan hasilnya.
Agak grogi waktu lihat nomor urutnya. SATU. :D
Jelas dipanggil pertama. Tapi, setelah itu yakin bisa bernafas lega saat yang lainnya deg-degan nunggu giliran, bisa dapet kesempatan revisi (semoga bukan revisi total) lebih lama, dan insya Allah wisudanya juga duduk di bangku nomor satu. Ambil positifnya ajalah.
Lebih grogi lagi pas baca nama yang sebaris horizontal dengan nama saya.
Ketua, Bu Dr. Rofiatul Hosna. Dulu pas S1, skripsi saya diuji oleh beliau. Saya masih ingat betul, bahkan beliau tidak canggung bertanya bagaimana cara membaca kata 'pious'. Dan sekarang, masya Allah, dipertemukan kembali di ujian sejenis. Mohon doanya ya, Bu Cantik. :D
Penguji, Prof. Zahro. Ya Allah, dulu pas S1 berharap diuji sama beliau, ndilalah dikabulkannya justru sekarang. Siap-siap mengosongkan cangkir otak agar bisa menerima ilmu beliau saat sidang nanti.
Sekretaris, Dr. Habibi Al-Amin, M.Ag. Jujur, saya belum kenal beliau. Semoga lewat beliau, saya bisa lebih dekat ke predikat yanfa'uhum linnas.
Bismillah, niat ingsun cari ilmu saat munaqasyah lillahi ta'ala.
Al-Fatihah. ^_^
____________
Izzatush Shobihah
14 Agustus pukul 8:57 · Instagram ·
Mau 17an, nih aye penuhi TANTANGAN MENGENALI DIRI SENDIRI yang terangkum dalam 17 mitos tentang Izzatush. Mending jangan dibaca deh. ๐
1. 18 y.o.
➡ Faktanya, I'm younger than you, if you're older than me. ๐
2. A real boy
➡ You don't need to find out if I'm a girl. ✌
3. Izzatush itu konsultan psikologi / dosen / a culinary enterpreneur
➡ Kalau ini sih bukan mitos, melainkan doa. ๐
4. A smart person
➡ A smart person usually doesn't use a smartphone as often as me.
5. The face reader
➡ Should listen to your story of life rather than read your face.
6. Quote factory
➡ Quote saya hanya keluar kalau ada curhat, kasus, atau kejadian yang menginspirasi.
7. An artist
➡ Saya penikmat musik, koreografi, dan lukisan, tapi bukan berarti saya seniman asli.
8. Matre
➡ Daripada fokus menggoda pria dengan gaji 300 juta per tahun, lebih baik saya bekerja menghasilkan gaji segitu dan membiarkan mereka tergoda. ๐
9. A bodyline maniac
➡ Yang saya utamakan adalah kesehatan, bukan penampilan.
10. Tertarik pada pria tampan dan kaya
➡ Bagi saya pribadi, tak ada yang lebih menarik dibandingkan pemuda yang setia pada Qur'an, visioner, ngerti tanggung jawab, mengutamakan ibunya, dan mau sama saya. ๐
11. Bersedia dipoligami
➡ Saya tidak menentang poligami, tapi bukan berarti saya mendukungnya tanpa syarat dan ketentuan.
12. Pemberani
➡ I have a phobia.
13. Hanya bergaul dengan orang femes
➡ Yang mana sih?
14. Hobi diajak ngegosip
➡ Yang bener tuh "Hobi diajak diskusi." Apalagi diskusi tentang masa depan bareng kamu. *Asseeegggg ๐
15. A leader of choirs
➡ Saya pemandu, bukan pemerintah. Apalah artinya dirigen tanpa pasukannya?
16. A Korean/Deutsch lover
➡ Nein! Aye suka belajar bahasa asing & aksaranya, tapi cinta saya tetap buat INDONESIA. Apa gunanya jadi keluarga paskibra dan paduan suara kalau bukan untuk menjaga Nusantara? ๐
17. Senang ditantang
➡ Bukan ditantang, tapi diajak berproses. Status ini juga tantangan, tapi... Udahan dulu deh kayaknya, wkwkwk. ๐
So, now, I challenge you to recognize yourself and write 17 myths or facts about you to celebrate the Independence Day: August 17, 2017. ๐
๐ท : Tri Ayunda
foto
____________
Izzatush Shobihah berada di UPT Pelatihan Kerja Jombang.
12 Agustus pukul 20:03 · Instagram ·
Rezeki tergantung pada Tuhan, tapi istri tergantung pada rezeki. ๐
#iZzatQuote adaptasi dari ucapan Sukmo #RepublikTwitter
foto
____________
Izzatush Shobihah membagikan sebuah kenangan.
9 Agustus pukul 21:07 ·
3 tahun yang lalu
Lihat Kenangan Anda
Izzatush Shobihah
9 Agustus 2014 ·
Selalu terkesan dengan kalimat filosofis pada Iklan A Mild:
"Mana yang akan dijalani, arah mana yang akan dituju
Pilihan salah terkadang membawa kita ke arah yang benar
Pilihan yang benar bukan jalan menuju pengalaman
Saat dihadapkan pilihan, pilih untuk menjalani!"
"Orang bilang kita terhubung..
Pernahkah terpikir bahwa apa yang kita awali menentukan apa yang akan terjadi?"
"Terkadang semua bisa didapatkan ketika semua dilepaskan (versi satunya '...ketika semua dirasakan').."
------
Yang bikin kalimat2 ini perokok juga bukan ya?
______________
Izzatush Shobihah bersama Izzah Ling dan Nurul Mahmudah.
3 Agustus ·
Mau tujuh belasan temanya berbau perjuangan. ๐
Makasih banyak, Nurul Mahmudah, udah dibikinin. ๐
foto
___________
Izzatush Shobihah
1 Agustus · Instagram ·
Sempet digadang-gadang jadi produk gagal gara-gara urutan prosesnya salah. Telur dan ovaletnya gak dikocok bareng gula, jadi 45 menit ngemixer masih mirip es krim cair, belum kaku juga. Tapi sambil terus dishalawati pas bikinnya, ternyata hasilnya malah jadi yang paling menggiurkan.
Choco chipnya meleleh di bagian bawah, kejunya melimpah dan parutan coklatnya melumer di bagian atas.
Alhasil, laris paling cepat. Maaf ya, anak mekanik mobil yang awalnya nolak beli, tapi pas udah bantingan uang, malah gak kebagian. ๐ญ
Pelajaran kali ini:
Salah dalam proses?
Sadari, perbaiki, dan libatkan Sang Mahasukses.
#iZzatQuote
foto
___________
3>
31 Agustus pukul 18:03 ·
Terima kasih telah menghadirkan takbir (tanpa pentungan) di beranda Facebook.
Setidaknya hari raya kurban tidak melulu diisi berita korban perasaan, korban biro umroh, atau lebih parah lagi, korban apa aja yang penting jadi PNS. *eh๐*
Selamat Idul Adha. ๐
Maaf lahir batin ya...
______________
Izzatush Shobihah membagikan sebuah kenangan.
28 Agustus pukul 15:14 ·
Thank youuuuu ๐
2 tahun yang lalu
Lihat Kenangan Anda
Izzatush Shobihah
28 Agustus 2015 ·
"Doa bukanlah (jurus) pamungkas, Bundo.. Tapi sebagai dampingan yang urgen, dimana doa harus selalu mengiringi.."
(Juragan Adnan Bin Hadir Rahaded, teman 'berantem', 25 Agustus 2015, 07:15 WIB)
"Tipis perbedaan antara diam karena 'merasa bersalah' dan 'pesimis', Za.."
(Mb Ama Wahbatur Rahmaniyah, teman 'gasakan', 26 Agustus 2015, 18:20 WIB)
"Berdoa itu berbisik. Gusti Allah menjawabnya juga dengan cara berbisik, karena Dia adalah Dzat Yang Sangat Halus. Hanya saja manusianya yang gak (semuanya) bisa mendengar."
(Pak Bambang, teman 'sing penting ojo jotos-jotosan', 28 Agustus 2015, 13:44 WIB)
Inilah akibatnya jika kelamaan gak ikut kuliah: ucapan dan SMS kawan-kawanpun masuk jadi 'pelajaran'..
_________________
Izzatush Shobihah
27 Agustus pukul 5:20 ·
Terima kasih atas perjuangannya, Timnas Indonesia. ๐
We're so proud of you, as always.
foto
________________
Izzatush Shobihah
26 Agustus pukul 5:49 ·
Ada saatnya menang.
Ada saatnya tenang.
#iZzatQuote
Positive thinking aja.
Jangan biarkan negative thinking jadi tugas kita.
foto
_____________
Izzatush Shobihah memperbarui bionya.
26 Agustus pukul 5:42 ·
Mohon kirimkan pesan di inbox dulu untuk konfirmasi pertemanan. Terima kasih.
______________
Izzatush Shobihah
21 Agustus pukul 20:01 ·
Tugas istri adalah menurut dan tampil cantik. ๐
Fina Af'idatussofa
21 Agustus pukul 6:15 ·
Kajian Bandongan pagi kitab Nihayatuz-Zain dan Ihya Ulumuddin dua bulan ini pembahasannya sama : Bab Nikah.
Dipapar dari berbagai segi mulai dari niat, tanggung jawab, masalah keseharian sampai materi tentang apa-apa yang menjadikan pernikahan itu 'rusak', apa yang menyebabkan jatuh talaq, dst.
Kemarin dua hari dipaparkan dan dijelaskan panjang tentang tanggung jawab suami yang begitu banyak dan beratnya dalam urusan rumah tangga.
Seperti kitab-kitab lain, Nihayatuz-zain juga menerangkan rincian tanggung jawab nafkah yang tidak hanya menyangkut urusan duit tapi juga menyangkut fasilitas tampilan istri, kebersihan rumah, sandang, penyajian makanan, menu-menu yang ideal sampai dengann perawatan anak -semisal andai pun sang istri enggan memberi Asi, maka suami yang bertanggung jawab mencarikan asupan bagi si anak- apakah Ibu Rodho' dan yang lainnya.
Intinya tugas istri hanya menurut dan tampil cantik :v
Selain itu tentu saja dipaparkan pula trik-trik jadi istri yang oke, seperti bagaimana menyenangkan suami, lalu dalam apa saja mereka wajib meminta izin dan dalam keadaan apa saja saja tidak perlu meminta izin.
Jadi bagi yang hidup di Indonesia khususnya Jawa, wanita memiliki begitu banyak pintu pahala yang didapat akibat dari kultur yang terbentuk.
Ada begitu banyak hal yang sebenarnya bukan kewajiban tetapi dilakukan dengan sukarela karena penyesuaian pola budaya yang memiliki nilai pahala plus-plus lebih-lebih jika part demi part diniati sebagai ibadah tambahan dan tabungan akhirat.
Selain poin-poin tanggung jawab apa saja yang sebenarnya harus ditanggung suami, ada pula bab menerangkan takaran nafkah. Dimana jumlah -setidaknya- harus selaras dengan pola zaman dan pola hidup sekitar, juga menyangkut urusan apa saja yang harus tercover dengan ideal.
Namun kajian pagi ini diakhiri dengan bahasan yang lebih lentur.
Bahwa jika perihal tugas, tanggung jawab, dan segala perkara rumah tangga dibahas bersama dijalani bersama, diperjuangkan bersama, dipahami bersama sesuai kadar kemampuan masing-masing, menerima kurang-lebih masing-masing, tumbuh dan membangun bersama dengan aneka perbaikan sana sini, maka yang demikian lebih mendekatkan pada nuansa Romantis... <3 br="">
- - -
*Teori dulu, praktik kemudian :D "
_____________
Izzatush Shobihah
20 Agustus pukul 19:05 ·
Snack enak. ๐
Abda Alif Yakfiy
19 Agustus pukul 18:57 ·
Sebuah tulisan dari Al ustadz asy Syaikh Ichsan Nafarin ra (masih hidup):
HORMAT BENDERA
Sebuah fenomena menggelitik ketika hari ini kita masih melihat sebagian saudara kita umat Islam yang mengharamkan hormat bendera. Mereka menolaknya karena bagi mereka itu adalah pengagungan pada benda mati dan merupakan bentuk kesyirikan.
Ya, mungkin beda cara kita beragama dan mengaplikasikannya, tapi biarkan saya menyatakan perspektif saya disini.
Apakah mengagungkan benda mati haram secara absolut? Ternyata tidak, malah Islam dan cara beragama umat islam sejak era Nabi dipenuhi dengan penghormatan pada benda-benda mati. Ga percaya?
Islam bukan agama penampakan melainkan agama nilai & spiritual. Bukankah anda diperintahkan Tuhan shalat dan sujud 34 kali sehari menghadap rumah batu berbentuk kubus, lalu apakah Tuhanmu mengajarkan kesyirikan?
Tentu tidak, karena bangunan Ka'bah dimana milyaran umat Islam bersujud menundukkan kepalanya mengandung nilai-nilai spiritual. Itulah rumah yang pertama kali dibangun di Bakkah dan itulah satu-satunya rumah yang Allah sebut sebagai rumah-Nya, dan tentu memiliki nilai spiritual Maha Tinggi.
Apakah ketika Nabi mengajarkan anda mencium batu hajar Aswad beliau mengajarkan kesyirikan pada benda mati? Tentu tidak, Nabi menciumnya karena Nabi tidak secara dangkal melihat itu sebagai seonggok batu, melainkan karena batu tersebut mengandung nilai dan sejarah spiritual. Nabi melihat dengan mata batin, sedangkan kita melihat dengan mata zahir. Ketika anda mencium mushaf Al-Qur'an, apa anda hanya sekedar mencium lembaran-lembaran kertas bertuliskan Arab? Tentu tidak, karena setiap Qur'an menyimpan kandungan spiritual di dalamnya dan untaian yang tertulis di atasnya bukan syair Arab biasa melainkan firman Tuhan. Inilah nilai spiritualnya.
Bukankah Iblis dulu diusir dari surga karena mengabaikan nilai-nilai spiritual ini? Ia menolak bersujud pada Adam as karena ia menganggap Adam hanya seonggok lumpur hitam yang diberi bentuk? Itulah pandangan dangkal yang dilihat Iblis pada Adam as sehingga ia menyebut makhluq baru bernama Adam itu dengan redaksi "Basyar" dimana ia hanya merujuk pada fisik penciptaan dan sifat-sifat hewani tanpa melihat 'Nafs Insaniyah'-nya.
Segala benda mati di alam membawa nilai spiritual yang menempel padanya, yang datang dari kilasan sejarah. Baju yang dipakai Abu Jahal tidaklah sama nilainya dengan baju yang dipakai Muhammad SAW, meskipun baju Abu Jahal lebih mahal dan lembut sedangkan baju Nabi murah dan kasar sehingga kuIitnya sering memerah.
Sandal lusuh yang dipakai Nabi ke atas Arsy saat menghadap Tuhan-Nya mustahil disamai nilainya dengan sandal Kaisar Romawi meski terbuat dari emas permata sekalipun. Inilah dimana seorang manusia Irfani luhur pernah berkata: "Debu yang menempel di bawah sendal Fatimah (putri Rasulullah) lebih berharga daripada aku dan seluruh hidupku."
Ya, nilai intrinsik tak selalu berbanding lurus dengan nilai historis. Dan itulah islam yang diperkenalkan Tuhan, Islam penggapai nilai, bukan Islam penjamah simbol. Bukankah Tuhan yang kita sembah setiap hari itu transenden dan tak tervisualkan? Kau sendiri menyembah apa yang tak kau lihat.
Setiap jasad ada ruh, dan setiap benda mati punya nilai. Dan inilah salah satu hal mengapa Nabi suka memberi nama pada benda-benda yang dimilikinya, pada pedangnya, cincinnya bahkan sorbannya.
Lalu apa yang salah jika hari ini kita hormat pada sang saka merah putih, simbol tanah air yang kemerdekaannya diraih dengan Rahmat Allah dan perjuangan berdarah-darah para Syuhada? Bukankah ini penuh sesak dengan nilai spiritual dan perjuangan, serta menghormati dan menciumnya adalah ungkapan rasa syukur pada-Nya.
"Spiritual", itulah yang hilang dari kaum tekstual. Mungkin mereka harus sedikit belajar tentang tasawwuf dan memulainya dengan membaca kisah cinta Layla dan Majnun, ketika Qais sang Majnun bersyair:
"Kulalui depan rumah Layla, kuciumi dinding-dinding rumahnya. Bukanlah karena rumah itu (yang membuatku menciumnya), melainkan rasa cinta kepada penghuninya.
Indah bukan?
______________
Izzatush Shobihah menambahkan 6 foto baru — bersama Izzah Ling dan 2 lainnya.
20 Agustus pukul 15:01 ·
Kata orang, sidang tesis itu mencekam.
Kata yang nulis status ini, sidang tesis itu menyenangkan.
Gimana gak seneng? Kapan lagi bisa puas nimba ilmu selama 45 menit dari beliau-beliau tanpa 'diriwuki' teman-teman yang suka iseng saat kuliah? :D
'Dikerjain' penguji dengan debat? Itu biasa. Prof. Zahro (dosen favorit sejak saya belum menjadi mahasiswi beliau), Dr. Rofi', Dr. Habibi, dan Dr. Hanif memang hadir untuk menguji daya tahan tesis kita. Wong mata saya aja sampai berair ketika ketemu beliau-beliau. Bukan karena pingin nangis diuji mereka sih, melainkan karena ngantuk, semalem baru bisa tidur jam 1 dan bangun lagi jam 4. ๐
Intinya, harus dapet ide baru dari mereka untuk perbaikan karya kita.
Selain tanya jawab tentang konten penelitian (dan ini yang bikin ruang munaqosyah dengan AC bersuhu 18°C terasa 33°C), selebihnya sidang tesis berisi how we defend the research. Pertahankan penelitian itu tanpa harus menggebrak meja. Misalnya,
"Ini TPQ dan PAUD masuk pendidikan nonformal?"
"Siap, iya, Prof."
"Kenapa?"
"Karena di UU nomor 20 tahun 2003 semua pendidikan berjenjang yang bukan pendidikan formal termasuk pendidikan nonformal."
"UU tentang apa itu?"
"Sistem pendidikan nasional."
"Hmmm, berarti Anda sudah mengerti isi tesis Anda."
atau
"Di judul ini, NU singkatan dari apa?"
"Siap, Nahdlatul 'Ulama', Prof."
"Bukan Nahdlatul Ummah?"
"Siap, bukan, Prof."
"Kalau bukan, maka tulisan NU, jika bukan sebagai nama, harus ditulis lengkap, tidak boleh disingkat."
"Mohon maaf, Prof. Tapi saat seminar proposal dulu, Pak Hanif (penguji paling kanan) dan Pak Imam Sukardi (direktur PPs) mengatakan NU tidak usah dijabarkan karena semua orang se-Indonesia pasti tahu apa itu NU."
"Itu kan sebagai nama. Jika sebagai nama, tidak usah dijabarkan tidak apa-apa. Tapi kalau bukan nama, ya harus dijabarkan."
"Siap, Prof. :) " ➡ Life is choice, remember? ๐
atau yang ini
"Judulnya pakai nonformal ya?"
"Siap, iya, Bu."
"Sudah dicek di kamus besar bagaimana penulisan nonformal?"
"Siap, sudah."
"Dipisah (non formal) atau digabung (nonformal)?"
"Siap, digabung, Bu."
"Kalau non pendidikan? Digabung juga?"
"Tidak, Bu. Itu pakai tanda hubung."
"Kenapa?"
"Karena 'pendidikan' itu bukan kata dasar, melainkan kata yang sudah mendapat imbuhan."
"Oh, ya sudah. Saya hanya memastikan bahwa Anda benar-benar paham."
Walaupun catatan revisi saya paling banyak di antara peserta lain, bahkan sampai tumpah ruah :D , rasa-rasanya munaqosyah tiga perempat jam tadi masih kurang, hehehe.
Masih rindu diguyur ilmu oleh mereka.
Semoga suatu saat nanti dipertemukan kembali di kesempatan yang sama di tingkat yang lebih tinggi lainnya. Aamiiiin. ^_^
*Btw, terima kasih atas doa dan dukungan teman-teman semua, sidangnya lancar dan membahagiakan*
Foto Izzatush Shobihah.
Foto Izzatush Shobihah.
Foto Izzatush Shobihah.
Foto Izzatush Shobihah.
Foto Izzatush Shobihah.
+2
FYI, saya dan Prof. Zahro sama-sama pakai arloji di tangan kanan dan saya sempat kaget ketika beliau tanya, "Penelitian ini dilakukan di MWC atau di PAC?"
Kenapa? Sebab itu termasuk pertanyaan defense yang saya persiapkan iseng-iseng.
Gak taunya malah beneran dibahas.
"Siap, di PAC, Prof. Kalau MWC itu untuk NU-nya, sementara untuk banom seperti Muslimat, Anshor, Fatayat, itu pakai PAC."
"Ya," jawab beliau. "Memang benar begitu jawabannya." — bersama Izzah Ling.
_____________
Izzatush Shobihah
19 Agustus pukul 14:48 ·
Maafkan saja mereka yang hanya melihat penampilan luarmu.
Itu karena mereka belum tahu bahwa emas takkan bisa ditemukan hanya dengan sekali saringan.
#iZzatQuote
______________
Izzatush Shobihah
15 Agustus pukul 16:59 ·
Teman-teman, mohon doa suksesnya ya... Al-Fatihah saja sudah cukup.
5 hari lagi saya sidang tesis. Semoga dilancarkan prosesnya, diindahkan hasilnya.
Agak grogi waktu lihat nomor urutnya. SATU. :D
Jelas dipanggil pertama. Tapi, setelah itu yakin bisa bernafas lega saat yang lainnya deg-degan nunggu giliran, bisa dapet kesempatan revisi (semoga bukan revisi total) lebih lama, dan insya Allah wisudanya juga duduk di bangku nomor satu. Ambil positifnya ajalah.
Lebih grogi lagi pas baca nama yang sebaris horizontal dengan nama saya.
Ketua, Bu Dr. Rofiatul Hosna. Dulu pas S1, skripsi saya diuji oleh beliau. Saya masih ingat betul, bahkan beliau tidak canggung bertanya bagaimana cara membaca kata 'pious'. Dan sekarang, masya Allah, dipertemukan kembali di ujian sejenis. Mohon doanya ya, Bu Cantik. :D
Penguji, Prof. Zahro. Ya Allah, dulu pas S1 berharap diuji sama beliau, ndilalah dikabulkannya justru sekarang. Siap-siap mengosongkan cangkir otak agar bisa menerima ilmu beliau saat sidang nanti.
Sekretaris, Dr. Habibi Al-Amin, M.Ag. Jujur, saya belum kenal beliau. Semoga lewat beliau, saya bisa lebih dekat ke predikat yanfa'uhum linnas.
Bismillah, niat ingsun cari ilmu saat munaqasyah lillahi ta'ala.
Al-Fatihah. ^_^
____________
Izzatush Shobihah
14 Agustus pukul 8:57 · Instagram ·
Mau 17an, nih aye penuhi TANTANGAN MENGENALI DIRI SENDIRI yang terangkum dalam 17 mitos tentang Izzatush. Mending jangan dibaca deh. ๐
1. 18 y.o.
➡ Faktanya, I'm younger than you, if you're older than me. ๐
2. A real boy
➡ You don't need to find out if I'm a girl. ✌
3. Izzatush itu konsultan psikologi / dosen / a culinary enterpreneur
➡ Kalau ini sih bukan mitos, melainkan doa. ๐
4. A smart person
➡ A smart person usually doesn't use a smartphone as often as me.
5. The face reader
➡ Should listen to your story of life rather than read your face.
6. Quote factory
➡ Quote saya hanya keluar kalau ada curhat, kasus, atau kejadian yang menginspirasi.
7. An artist
➡ Saya penikmat musik, koreografi, dan lukisan, tapi bukan berarti saya seniman asli.
8. Matre
➡ Daripada fokus menggoda pria dengan gaji 300 juta per tahun, lebih baik saya bekerja menghasilkan gaji segitu dan membiarkan mereka tergoda. ๐
9. A bodyline maniac
➡ Yang saya utamakan adalah kesehatan, bukan penampilan.
10. Tertarik pada pria tampan dan kaya
➡ Bagi saya pribadi, tak ada yang lebih menarik dibandingkan pemuda yang setia pada Qur'an, visioner, ngerti tanggung jawab, mengutamakan ibunya, dan mau sama saya. ๐
11. Bersedia dipoligami
➡ Saya tidak menentang poligami, tapi bukan berarti saya mendukungnya tanpa syarat dan ketentuan.
12. Pemberani
➡ I have a phobia.
13. Hanya bergaul dengan orang femes
➡ Yang mana sih?
14. Hobi diajak ngegosip
➡ Yang bener tuh "Hobi diajak diskusi." Apalagi diskusi tentang masa depan bareng kamu. *Asseeegggg ๐
15. A leader of choirs
➡ Saya pemandu, bukan pemerintah. Apalah artinya dirigen tanpa pasukannya?
16. A Korean/Deutsch lover
➡ Nein! Aye suka belajar bahasa asing & aksaranya, tapi cinta saya tetap buat INDONESIA. Apa gunanya jadi keluarga paskibra dan paduan suara kalau bukan untuk menjaga Nusantara? ๐
17. Senang ditantang
➡ Bukan ditantang, tapi diajak berproses. Status ini juga tantangan, tapi... Udahan dulu deh kayaknya, wkwkwk. ๐
So, now, I challenge you to recognize yourself and write 17 myths or facts about you to celebrate the Independence Day: August 17, 2017. ๐
๐ท : Tri Ayunda
foto
____________
Izzatush Shobihah berada di UPT Pelatihan Kerja Jombang.
12 Agustus pukul 20:03 · Instagram ·
Rezeki tergantung pada Tuhan, tapi istri tergantung pada rezeki. ๐
#iZzatQuote adaptasi dari ucapan Sukmo #RepublikTwitter
foto
____________
Izzatush Shobihah membagikan sebuah kenangan.
9 Agustus pukul 21:07 ·
3 tahun yang lalu
Lihat Kenangan Anda
Izzatush Shobihah
9 Agustus 2014 ·
Selalu terkesan dengan kalimat filosofis pada Iklan A Mild:
"Mana yang akan dijalani, arah mana yang akan dituju
Pilihan salah terkadang membawa kita ke arah yang benar
Pilihan yang benar bukan jalan menuju pengalaman
Saat dihadapkan pilihan, pilih untuk menjalani!"
"Orang bilang kita terhubung..
Pernahkah terpikir bahwa apa yang kita awali menentukan apa yang akan terjadi?"
"Terkadang semua bisa didapatkan ketika semua dilepaskan (versi satunya '...ketika semua dirasakan').."
------
Yang bikin kalimat2 ini perokok juga bukan ya?
______________
Izzatush Shobihah bersama Izzah Ling dan Nurul Mahmudah.
3 Agustus ·
Mau tujuh belasan temanya berbau perjuangan. ๐
Makasih banyak, Nurul Mahmudah, udah dibikinin. ๐
foto
___________
Izzatush Shobihah
1 Agustus · Instagram ·
Sempet digadang-gadang jadi produk gagal gara-gara urutan prosesnya salah. Telur dan ovaletnya gak dikocok bareng gula, jadi 45 menit ngemixer masih mirip es krim cair, belum kaku juga. Tapi sambil terus dishalawati pas bikinnya, ternyata hasilnya malah jadi yang paling menggiurkan.
Choco chipnya meleleh di bagian bawah, kejunya melimpah dan parutan coklatnya melumer di bagian atas.
Alhasil, laris paling cepat. Maaf ya, anak mekanik mobil yang awalnya nolak beli, tapi pas udah bantingan uang, malah gak kebagian. ๐ญ
Pelajaran kali ini:
Salah dalam proses?
Sadari, perbaiki, dan libatkan Sang Mahasukses.
#iZzatQuote
foto
___________
3>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar