Senin, 3 Februari 2020
Ngajar rasanya masih pingin nangis. Nangis semaleman kayaknya masih kurang. Ya Allah gimana kondisi Bu Nyai yaaa... Di media tersebar foto beliau dipeluk Gus Billy, putra beliau, ketika turun dari pesawat begitu sampai di Jawa Timur dan disambut Gubernur. Dan wajah beliau sembab sekali.
Aku sempat ke makam saat itu, lewat gerbang barat, tapi ga ada akses masuk makam. Gerbang ke lorong memang dibuka, tapi gerbang ke makam ditutup. Hanya akses pers dan petugas aja yang bisa masuk. Sekedar tau aja, dari semalem, tim redaksi dan admin akun yang tak pegang pada rame bikin caption ucapan belasungkawa. Termasuk aku yang pegang 5 akun medsos influencer. Abah Yai meninggal, perasaanku berantakan, pikiranku ga karuan.
Jadi, di lorong makam itu aku cuma bisa liat proses penggalian kuburan untuk Abah Yai dengan berkarung-karung bunga tabur. Lalu balik lagi ke sekolah, karena masih ada jam ngajar. Abah Yai mintanya begitu, laksanakan tugas dulu. Baru yang ga wajib. Seharian itu aku ga berani ke makam. Jelas ramai.
Akhirnya aku menuju ke Zabo Coffee and Resto, tempat ngopi langgananku, sekedar untuk melepas ingatan bahwa Abah Yai sudah tiada, sekaligus mengerjakan tugas presentasi menjelang pelatihan dirigen dengan anggota Dharma Wanita Persatuan Dikbud Jombang . Walaupun itu sia-sia, sebab Abah Yai juga pernah ngajak Mas Ajudan ngopi. Bahkan kopipun mengingatkanku pada Abah Yai. 😢
Sehari sebelumnya, aku sempet buka lagi arsip postingan IG yang bareng Abah Yai. Ya Allah, berikan tempat terbaik untuk Kiai kami. Aaamiiiiin. 🙏
Tidak ada komentar:
Posting Komentar