2 Februari 2020 kemarin, dikabari seorang teman bahwa beliau wafat, I was so angry. I said, "Don't make a joke, please!"
Tapi ternyata amarahku tak membawa hasil di luar kenyataan. Abah Yai seda. Hari Ahad, 2 Februari 2020, di RS Harapan Kita Jakarta. Tanggal yang manis tapi mencetak sejarah yang pahit. 😢 2 Februari malam adalah malam tangis seluruh mata yang pernah disapa oleh Abah Yai Sholah.
Keesokan harinya, Senin, tanggal 3 Februari 2020, jenazah dibawa ke Jombang untuk dimakamkan di pemakaman keluarga pesantren Tebuireng.
Awalnya, aku khawatir dengan kondisi Mas Ajudan, mengingat dia kemana-mana bareng beliau. Tapi lama-lama, perhatianku lebih ke Bu Nyai. Semoga beliau kuat. 52 tahun bersama Abah Yai dan beliau mendahului sepertinya bukan kondisi yang mudah diterima.
Karena itu, aku berniat untuk selalu mengunjungi beliau setiap hari setelah hari pemakaman itu hingga peringatan 100 hari Abah Yai. Dan aku udah matur Bu Nyai Farida mengenai hal ini. "Insya Allah saya usahakan datang ke sini setiap hari sampai 100 harinya Abah Yai, Bu. Jadi, kalau sering ketemu saya, mohon Bu Nyai tidak bosan." Dan Bu Nyai Farida menganggur sambil matur, "Iya, gapapa."
"Bu Nyai masih di Jombang kan?"
"Iya masih di Jombang kok."
Beberapa posting setelah ini sengaja aku pasang untuk memenuhi janji itu. Doakan semoga lancar ya.
Dan juga, Izzatush turut berduka cita sedalam-dalamnya. Semoga seluruh amal Abah Yai diterima oleh Allah. Aaamiiiiin.
*NB: Aku nulis ini udah dalam kondisi stabil. Tulisan saat aku ga stabil ada di FBku, Izzatush Shobihah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar