Sabtu, 17 Oktober 2009

Mujizat Matematika Al-Qur'an

Kalo postingan Gita Bone dari http://telukbone.blogspot.com/2008/06/mujizat-matematika-al-quran.html yang satu ini, ada yang mbuatku semakin merasa setanggung sepernasiban, eh maksudnya senasib sepenanggungan. Apa itu? Let's check it out! (Kalo belon ketemu juga, berarti masihg belum rezekinya, hahaha..)

Saya selalu terkesan dengan matematika. Nilai-nilai saya tinggi untuk pelajaran itu. Ada hal yang indah di dalamnya, sebuah kepastian, sebuah ketegasan. Aturan-aturan tida pernah dilanggarnya dan teka-teki di jelaskan dengan tepat. Saya terkesan khsusunya dengan teori bilangan. Pada pola bilangan fermat, pola bilangan persegi panjang, distribusi bilangan prima tau bilangan sempurna. Hukum alam dinyatakan secara matematis, sehingga saya membayangkan tersembuny rumus-rumus dalam segalanya. Pada bintang quar di kegelapan ruang antar galaksi hingga pada atom-atom di tubuh saya. Sya pikir, bila tuhan ngin berbicara dengan mnusia lewt kitab suci, tentunya ia berbicara dengan bahasa matematika. Setidaknya ad rumus yang tersembunyi di dalamnya. Ada keteraturan. Film Contact karya Carl Sagan menunjukan bagaimana alien yang sangat cerdas, mengirim sinyal dalam bentuk bilangan prima untuk menanda keberadaannya dalam gelombang radio. Saya ingat jels film ini, terutama bagian endingnya.


Saya dilahirkan dalam keluarga islam. Hapal dua juz pada saat saya SMP.
Cukup beralasan bagi saya saat itu untuk mengnggap ada satu eteraturan matematis yang tak terliht di dalamnya. Saya ktakan demikian, karena saya melihat dan melakukan hitung-hitungan pada jumlah ayat, surah dan kaitan-aitannya, namun tidak menemukan pola yang teratur.
Saya kecewa, tidak ada pola bilangan prima dalam urutan ayat-ayat pada surat misalnya.
Mungkin saya belum cukup cerdas. Maka saya memutuskan untuk kuliah jurusan matematika setamat SMA.
Perkembangan teknologi internet sangat membantu. Saat itu di kampus saya sudah ada warnet.
Sat membuka google pertama kali saya langsung menuliskan kata kunci “mathematics Qur’an”. Ternyata ada. Dengan berdebar-debar saya membacanya. Saya mulai mengenal kode matematis dan nilai gemtrik yang menerjemahan huruf-huruf arab menjadi nilai-nilai numerik. Penjelajahan saya berlanjut dengan penuh antusias. Dua semester pertama saya isi waktu luang dengan mengumpuan fakta-fakta matematika dalam qur’an. Saya terkesan, bagaimana mereka bisa menemukan pola-pola numerik yang menakjubkan pada seluruh isi Al Qur’an.
Setiap hari ada saja fakta baru. Tentang nilai yang sama pada kata, “di Mekkah, yang diberi berkat” (3:96) dengan “yang telah kami berkati sebelumnya” (17:1); atau seluruh nomer ayat yang mengandung kata “putih” bila dijumlahkan ternyata sama dengan nilai numerik dri kata “putih ” itu sendiri, tau jumlah kata dalam ayat-ayat yang memuat nama Musa dan Harun di surah 28, sama dengan nilai numerk nama Musa dan Harun. Tentang jumlh kta dari ayat 15:9 dan 38:8 yang dapt dibagi 19 dan 114, sedang 114 sendiri adalah jumlah surah dalam Qur’an dan ayat 15:9 dan 8:8 juga mengenai Qur’an dan penjagaannya, dan lain-lan. Diktakan, pengali 19 dalah kunci dari hampr semua penemuan matematis dalam Qur’an. Bahkan ada yang menunjukan bahwa distribusi ayat Qur’an memenuhi hukum Benford.
Hampr seluruh penemuan matematis ini dilakukan oleh tiga orang. DR Rshad Khalifa untuk faktor 19, Bahattin Uzunkaya untuk 666 dan Keirkhoshow Emami untuk pengali 8. da konsekuensi yang merisaukan saya saat itu, ketiganya mengaku sebagai rasul dan semua menolak hadist sebagai dasar hukum islam. Saya seharusnya menuruti ajarannya karena tuhan telah memberi bukti kepada keajaiban mtemtis. Sempat Bahattin meramalkan adanya gempa besar di San Fransisco pada 2004, tapi tidak terjadi apa-apa. Perhitungan matematisnya menunjukkan hal itu, sayaberdebar-debar karena perhitungan itu di ambil dari quran, dan saaatnya triba, tidak terjadi apa-apa.
Beliau ktanya, telah mengirim surt untuk mengungsikan seluruh penduduk San Fransisco ke presiden. Gempa besar ada katanya untuk menghukum amerika. Tapi saat tidak terjadi apa-apa, beliau mengatakan tuhan mengasihi mereka dan menyelamatkan manusia.
Siap saya yang anti hadist atas ajaran mtematis quran sungguh tidak mengenakkan.
Saya merasa tidak senang dengan teman-teman saya yang mengutip hadist dan teman-teman sya merasa risih dengan saya. Saya yang terkenal vokal menempel tulisan-tulisan di kampus yang menolak hadist sebagai landasan hukum islam dan melakukan ritual shalat yang berbeda dengan teman-teman. Saya berubah benci terhadap teman-teman saya yang tidak sealiran. Saya menjadi fanatik.
Kebencian tidak dapat dihindari oleh saya yang masih muda, sat melihat ‘kebohongan’ di mata saya. Saya merasa saat itu sebgai satu-satunya orang yang memahami quran. Kenapa tidak. Guru-guru mengatakan Quran memiliki 6666 ayat, padahal ada 6234 ayat.
Sebenarnya 6236 ayat, tapi 2 ayat ditolak oleh Khalifa karena tidak cocok dengan hitungannya, dan itu berarti bukn bgian dari al quran. Ayat itu adalah 9 :128 dan 129.
Sat saya semakin dalam mempelajari matematika di ruang kuliah, keraguan mulai menyelimuti atas doktrin dari khalifa berupa sistem matematikanya.
Saya belajar bahwa matematika pada dasarnya di dasari oleh aksioma, kemudian teorema-teorema.
Teorem ini adalah aturan-aturan baku yang tidak pernah berubah dan tergantung dri aksioma-asioma. Seluruh mtemtika yang dajarkan d sekolah seperti ini, hanya saja tidak ada pernyatan tentang aksiomanya.
Dari teorema bahwa semua prima adalah jumlah dua bilangan kuadrat, teorema dasar minkowski, teorema Bezout, teorema dasar mithnet hingga aturan tanda descartes. Selain itu , walaupun melibatkan angka-anka, sesungguhnya hanyalah permainan probabilitas, seperti undian.
Quran juga memiliki aksioma. Ayat-ayatnya selalu benar. Namun tidak memiliki teorema.
Tidak ada rumus pasti. Tidak ada aturan yang jelas bagaimana menggunakan bilangan-bilangan ayat, huruf, kata, surat. Setiap orang bebas menghitung pa saja dan ketika ternyata kelipatan 19 tau 8 atau 666. Maka irtu sebuh keajaiban. Sebgai contoh kasus kedua mesjid, enapa mesjidil haram harus dinytakan dengan “di Mekkah, yang di beri berkat”, bukannya masjidil hram saja? Karena ini bila dipasangkan dengan “mesjidil aqsa” tidaklha sama, mak dicari sinonimnya hingga di dapat yang cocok.
Dengan melakukan ini, kita memperluas pilihan dan dengan demikian ada kesempatan mendapatkan satu kalimat yang benar. Ini hanya sebuah manipulasi angka-angka.
Saat mereka mengtakan surah 19 di awali dengan Kaf Ha Ya Ain Shd yang jumlah huruf-huruf ini bila dihitung jumlahnya dari surah 19 tersebut ternyata juga kelipatan 19 dan bila huruf ini d letakkan berdampingan nilai numeriknya 20,5,10,70,90 maka kelipatan 19, ini adalah benar.
Tpi ini sebuah hasil seleksi. Bila kita objektif, kita juga harus melihat surah lain, surah 31 misalnya yang diawali dengan alif lam mim. Lalu mernghitung jumlah huruf-huruf tersebut muncul dalam quran dan harusnya kelipatan 31, ternyta tida. Bila huruf ini diletakkan berdampingan membentuk 1,30,40 dan ini bukan kelipatan 31. Silakan coba dengan 112 surat lannya.
Tpi anda bisa berkata bahwa ini menunjukkan bahwa surah 19 istimewa. Istimewa atau tidak, ia tidak mengikuti aturan teorema, dia dipilh agar sesuai dengan keinginan. Rashad tidak pula menambah angka-angka numeriknya, karena itu bukn keliptan 19, sementara bil keliptan 19, seperti kata al masjidil aqsa, maka akan disebutnya sebgai mukjizat.
anda bisa memeriksa sendir hitungan-hitungan ini di www.submission.org, atau www.universalunity.org dan www.19666.org. Dan silkan anda cob menemukan sendiri kode tersebut dalam quran dengan ayat-ayat lain, anda aan menemukan kasarnya sertiap 19 kali percobaan. Ini menunjukan bhwa kemungkinan munculnya mukjizat matematika adalah 1:19. Keajaiban? Cobalah dengn kelipatan 6Anda akan dapatkan rata-rata setiap 6 kali percobaan. Dengan 9 pada 9 kali percobaan rata-rata.
Ini yang disebut kemungkinan. Tentu anda pernah belajar teori peluang. Saat anda melempar dadu satu kali, kemungkinan muncul angka 5 adalah 1 dari 6 lemparan, karena dadu mempunyai 6 sisi. Mukjizat al quran matematis juga demikian, bedanya saat angka 5 muncul, itu dikatakan mukjizat.
Mengenai nilai numerik huruf arab adalah sebagai berikut
tabel nilai gematrik
Anda bisa mencoba dengan nama anda. Misalkan syamsiah. Terdiri dari syin, mim, sin, alif, ha. Total numeriknya 300 + 40 + 60 + 1 + 5 = 406. 406 bukan kelipatan 19. Coba 300406015 bukan kelipatan 19. Coba cara lain, tanggal lahir, 22 agustus 1994, 22 +8+1994 = 2024. Tidak terbagi 19. Coba dibariskan 2281994. Tidak terbagi 19. Coba anggap agustus di hitung dua angka, 22081994, tidak terbagi 19.
Bagaimana kalau 94 saja bukan 1994, 220894. Mukjizat! Terbagi dengan 19!
Lalu anda mengatakan bahwa ini sebuah bukti nama anda suci, atau tanggal lahir anda suci.
Hal ini akan terasa sangat meyakinkan saat anda menghitung 220894 sejak dari awal percobaan. Dan masih banyak kemungkinan lain, bisa bulan di depan 82294, nama ditambah dengan tanggal lahir, tanggal lahir di deretkan dengan nama, dan sebagainya. Demikia juga matematika Quran, anda bisa menghitung nilai numerik huruf, kmbinasi nomer ayat, urutan kata, nomer surah, jumha ayat, urutan turunya wahyu, jumlha huruf, kombinasi jumlah, kombinasi urutan, frekuensi kata tertentu, urutan surah dari belakang, dan sebagainya. Dengan banyak pilihan, mukjizat-mukjizat bermunculan. Tidak ada aturan, yang penting muncul kelipatan 19, dan pastilah ada. Ini, bukanlah matematika.
Kenyataan ni membuat saya kecewa. Dan pencarian lebih lanjut, mennjukkan bahwa usaha menunjukkan kode seperti ini juga ada dalam injil dan taurat. Panin misalnya menghitung mukjizat injil dengan memakai kelipatan 7 pada teks yunani dari 12 ayat terakhir dari gospel Mark. Intinya, orang tidak tahu apa yang dibuang karena selalu ditunjukkan yang bagus. Matematika tidak demikian, matematika harus berlaku umum. Agae sebuah data signifikan secara statistik, ia mesti ortogonal pada substrukturnya. Saat ingin menguji apakah nama satu surat memiliki nilai numerik yang sama dengan jumlah huruf-hurufnya dalam surat tersebut, maka hal ini harus ditunjukkan pada semua surat, dan bila semuanya menunjukkan fenomena ini barulah bisa di klaim itu sebuah mukjizat.
Usaha menjadikan kitab suci berasal dari tuhan dengan matematika sepertinya gagal di mata ilmuan. Tapi tidak di mata orang-orang yang tidak paham dengan matematika. Ada versi lain yang banyak dijumpai, berusaha menjelaskan kitab suci yang sesuai engan sains. Ltar belakang sejarahnya adalah ketertinggalan dunia agama dengan sekuler. Kekayaan Arab dan bangkitnya nasionalisme Mesir di bawah Nasser muncul pada kasus islam. Sementara islam harus terus berkembang, peradabannya mesti sejalan dengan pencapaian lmiah masa kini. Arab saudi mempromosikan Wahabi pada dunia arab dan islam.
Quran sebagai kitab suci mestilah menjadi buku petunjuk untuk mengatasi hidup manusia.
Ia harusnya menjadi alat komunikasi manusia dengan tuhan. Dalam Quran ditekankan bahwa ia adalah kitab yang jelas (mubiin) an universal. Ayat-ayatnya harus ditafsirkan dalam bahasa Arab. Mereka yang mengklaiam hak merubah makna Quran hanya akan membuktikan bahwa Qur’an itu bukanlah kitab yang jelas.

AL QUR’AN: SEBUAH KEAJAIBAN BERSIFAT MATEMATIS

[Subhanallah, detail banget ya Bung Ali Said ini..
:-) :-) :-)
Makasih banyak ya Bung..]

Keajaiban Al Quran dilihat dari sisi kandungannya telah banyak ditulis dan diketahui, tetapi keajaiban dilihat dari bagaimana Al Quran ditulis/disusun mungkin belum banyak yang mengetahui. Orang-orang non-muslim khususnya kaum orientalis barat sering menuduh bahwa Al Qur’an adalah buatan Muhammad. Padahal kalau kita baca Al Qur’an ada ayat yang menyatakan tantangan kepada orang-orang kafir khususnya untuk membuat buku/kitab seperti Al Quran dimana hal ini tidak mungkin akan dapat dilakukannya meskipun jin dan manusia bersatu padu membuatnya. Tulisan singkat ini bertujuan untuk menyajikan beberapa keajaiban Al Qur’an dilihat dari segi bagaimana Al Qur’an ditulis, dan sekaligus secara tidak langsung juga untuk menyangkal tuduhan tersebut, dimana Muhammad sebagai manusia biasa tidak mungkin dapat melakukan atau menciptakan sebuah Al Qur’an.
Pandangan sains secara konvensional menempatkan matematika sebagai suatu yang prinsipil dari sebuah cabang pengetahuan dimana alasan dikedepankan, emosi tidak dilibatkan, kepastian menjadi hal yang ingin diketahui, dan kebenaran hari ini merupakan kebenaran untuk selamanya. Dalam masalah agama, ilmuan memandang bahwa semua agama sama, karena semua agama sama-sama tidak mampu memverifikasi atau menjustifikasi kebenaran melalui pembuktian yang dapat diterima oleh logika. Jadi suatu hal dikatakan valid jika ada bukti nyata, dan pembuktian ini merupakan sebuah prosedur yang dibentuk untuk membuktikan suatu realitas yang tak terlihat melalui sebuah proses deduksi dan konklusi yang hasil akhirnya dapat diterima oleh semua pihak. Dengan dasar tersebut, tulisan ini mencoba untuk membawa pembaca pada suatu kesimpulan bahwa Al Qur’an yang ditulis menurut aturan matematika, merupakan bukti nyata bahwa Al Qur’an adalah benar-benar firman Allah dan bukan buatan Nabi Muhammad. Kiranya patut juga direnungi apa yang dikatakan oleh Galileo (1564-1642 AD) bahwa . “Mathematics is the language in which God wrote the universe (Matematika adalah bahasa yang digunakan Tuhan dalam menuliskan alam semesta ini)” ada benarnya. Kebenaran bahasa matematika tersebut akan dibahas sekilas sebagai tambahan dari tema utama tulisan ini.

Angka-angka Menakjubkan dari Beberapa Kata dalam Al Qur’an

Kalau kita buka Al Quran dan kita perhatikan beberapa kata dalam Al Quran dan menghitung berapa kali kata tersebut disebutkan dalam Al Quran, kita akan peroleh suatu hal yang sangat menakjubkan. Mungkin kita betanya, berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencari dan menghitungnya. Dengan kemajuan teknologi khususnya komputer, hal tersebut tidak menjadi masalah. Tabel 1 menyajikan frekuensi penyebutan beberapa kata penting dalam Al Qur’an yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan tabel tersebut ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik. Misalnya pada kata “dunya” dan “akhirat” yang disebutkan dalam Al Qur’an dengan frekuensi sama, kita dapat menafsirkan bahwa Allah menyuruh umat manusia untuk memperhatikan baik kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat secara seimbang. Artinya kehidupan dunia dan akhirat sama-sama penting bagi orang Islam. Selanjutnya pada penyebutan kata “malaaikat” dan “syayaathiin” juga disebutkan secara seimbang. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa kebaikan yang direfleksikan oleh kata “malaaikah” akan selalu diimbangi oleh adanya kejahatan yang direfleksikan oleh kata “syayaathiin”. Hal lain juga dapat kita kaji pada beberapa pasangan kata yang lain.

Tabel 1. Jumlah Penyebutan beberapa Kata Penting dalam Al Quran

tabel11.jpg

Sumber: From the Numeric Miracles In the Holy Qur’an by Suwaidan, http://www.islamicity.org

Beberapa kata lain yang menarik dari tabel tersebut adalah kata “syahr (bulan)” yang disebutkan sebanyak 12 kali yang menunjukkan bahwa jumlah bulan dalam setahun adalah 12, dan kata “yaum (hari)” yang disebutkan sebanyak 365 kali yang menunjukkan jumlah hari dalam setahun adalah 365 hari. Selanjutnya Kata “lautan (perairan)” disebutkan sebanyak 32 kali, dan kata “daratan” disebut dalam Al Quran sebanyak 13 kali. Jika kedua bilangan tersebut kita tambahkan kita dapatkan angka 45.

Sekarang kita lakukan perhitungan berikut:

· Dengan mencari persentase jumlah kata “bahr (lautan)” terhadap total jumlah kata (bahr dan barr) kita dapatkan:
(32/45)x100% = 71.11111111111%

· Dengan mencari persentase jumlah kata “barr (daratan)” terhadap total jumlah kata (bahr dan barr) kita dapatkan:
(13/45)x100% = 28.88888888889%

Kita akan mendapatkan bahwa Allah SWT dalam Al Quran 14 abad yang lalu menyatakan bahwa persentase air di bumi adalah 71.11111111111%, dan persentase daratan adalah 28.88888888889%, dan ini adalah rasio yang riil dari air dan daratan di bumi ini.

Al Qur’an Didisain Berdasarkan Bilangan 19

Dalam kaitannya dengan pertanyaan yang bersifat matematis yang hanya memiliki satu jawaban pasti, maka jika ada beberapa ahli matematika, yang menjawab di waktu dan tempat yang berbeda dan dengan menggunakan metode yang berbeda, maka tentunya akan memperoleh jawaban yang sama. Dengan kata lain, pembuktian secara matematis tidak dipengaruhi oleh ruang dan waktu. Perlu diketahui bahwa dari seluruh kitab suci yang ada di dunia ini, Al Qur’an merupakan satu-satunya kitab suci yang seluruhnya ditulis dalam bahasa aslinya. Berkaitan dengan pembuktian, kebenaran Al Qur’an sebagai wahyu Allah yang sering dikatakan oleh orang barat sebagai ciptaan Muhammad, dapat dibuktikan secara matematis bahwa Al Qur’an tidak mungkin diciptakan oleh Muhammad. Adalah seorang ahli biokimia berkebangsaan Amerika keturunan Mesir dan seorang ilmuan muslim, Dr. Rashad Khalifa yang pertama kali menemukan sistem matematika pada desain Al Qur’an. Dia memulai meneliti komposisi matematik dari Al Quran pada 1968, dan memasukkan Al Qur’an ke dalam sistem komputer pada 1969 dan 1970, yang diteruskan dengan menerjemahkan Al Qur’an ke dalam bahasa Inggris pada awal 70-an. Dia tertantang untuk memperoleh jawaban untuk menjelaskan tentang inisial pada beberapa surat dalam Al Qur’an (seperti Alif Lam Mim) yang sering diberi penjelasan hanya dengan “hanya Allah yang mengetahui maknanya”. Dengan tantangan ini, dia memulai riset secara mendalam pada inisial-inisial tersebut setelah memasukkan teks Al Qur’an ke dalam sistem komputer, dengan tujuan utama mencari pola matematis yang mungkin akan menjelaskan pentingnya inisial-inisial tersebut. Setelah beberapa tahun melakukan riset, Dr. Khalifa mempublikasikan temuan-temuan pertamanya dalam sebuah buku berjudul “MIRACLE OF THE QURAN: Significance of the Mysterious Aphabets” pada Oktober 1973 bertepatan dengan Ramadan 1393. Pada buku tersebut hanya melaporkan bahwa inisial-inisial yang ada pada beberapa surat pada Al Qur’an memiliki jumlah huruf terbanyak (proporsi tertinggi) pada masing-masing suratnya, dibandingkan huruf-huruf lain. Misalnya, Surat “Qaaf” (S No. 50) yang dimulai dengan inisial “Qaaf” mengandung huruf “Qaaf” dengan jumlah terbanyak. Surat “Shaad” (QS No. 38) yang memiliki inisial “Shaad”, mengandung huruf “Shaad” dengan proporsi terbesar. Fenomena ini benar untuk semua surat yang berinisial, kecuali Surat Yaa Siin (No. 36), yang menunjukkan kebalikannya yaitu huruf “Yaa” dan “Siin” memiliki proporsi terendah. Berdasarkan temuan tersebut, pada awalnya dia hanya berfikir sampai sebatas temuan tersebut mengenai inisial pada Al Qur’an, tanpa menghubungkan frekuensi munculnya huruf-huruf yang ada pada inisial surat dengan sebuah bilangan pembagi secara umum (common denominator). Akhirnya, pada Januari 1974 (bertepatan dengan Zul-Hijjah 1393), dia menemukan bahwa bilangan 19 sebagai bilangan pembagi secara umum[1] dalam insial-inisial tersebut dan seluruh penulisan dalam Al Qur’an, sekaligus sebagai kode rahasia Al Qur’an. Temuan ini sungguh menakjubkan karena seluruh teks dalam Al Qur’an tersusun secara matematis dengan begitu canggihnya yang didasarkan pada bilangan 19 pada setiap elemen sebagai bilangan pembagi secara umum. Sistem matematis tersebut memiliki tingkat kompleksitas yang bervariasi dari yang sangat sederhana (bisa dihitung secara manual) sampai dengan yang sangat kompleks yang harus memerlukan bantuan program komputer untuk membuktikan apakah kelipatan 19. Jadi, sistem matematika yang didasarkan bilangan 19 yang melekat pada Al Quran dapat diapresiasi bukan hanya oleh orang yang memiliki kepandaian komputer dan matematika tingkat tinggi, tetapi juga oleh orang yang hanya dapat melakukan penghitungan secara sederhana.

Selain 19 sebagai kode rahasia Al Qur’an itu sendiri, peristiwa ditemukannya bilangan 19 sebagai “miracle” dari Al Qur’an juga dapat dihubungkan dengan bilangan 19 sebagai kehendak Allah. Disebutkan di atas bahwa kode rahasia tersebut ditemukan pada tahun 1393 Hijriah. Al Qur’an diturunkan pertama kali pada 13 tahun sebelum Hijriah (hijrah Nabi). Jadi keajaiban Al Qur’an ini ditemukan 1393+13=1406 tahun (dalam hitungan hijriah) setelah Al Qur’an diturunkan, yang bertepatan dengan tahun 1974 M.

alquran1406.jpg

Surah 74 adalah Surah Al Muddatsir yang berarti orang yang berkemul (Al Quran dan Terjemahnya, Depag) dan juga dapat berarti rahasia yang tesembunyi, yang memang mengandung rahasia Allah mengenai keajaiban Al Qur’an. Dalam Surah 74 ayat 30-36 dinyatakan:

(74:30) Di atasnya adalah 19.

(74:31) Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami jadikan bilangan mereka itu (19) melainkan untuk:

- cobaan/ujian/tes bagi orang-orang kafir,

- meyakinkan orang-orang yang diberi Al Kitab (Nasrani dan Yahudi),

- memperkuat (menambah)keyakinan orang yang beriman,

- menghilangkan keragu-raguan pada orang-orang yang diberi Al kitab dan juga orang-orang yang beriman, dan

- menunjukkan mereka yang ada dalam hatinya menyimpan keragu-raguan; dan orang-orang kafir mengatakan: “Apakah yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan ini?” Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia. Dan ini tiada lain hanyalah sebuah peringatan bagi manusia.

(74:32) Sungguh, demi bulan.

(74:33) Dan malam ketika berlalu.

(74:34) Dan pagi (subuh) ketika mulai terang.

(74:35) Sesungguhnya ini (bilangan ini) adalah salah satu dari keajaiban yang besar.

(74:36) Sebagai peringatan bagi umat manusia.

Sebagian besar ahli tafsir menafsirkan 19 sebagai jumlah malaikat. Menurut Dr. Rashad Khalifa, menafsirkan bilangan 19 sebagai jumlah malaikat adalah tidak tepat karena bagaimana mungkin jumlah malaikat dapat dijadikan untuk ujian/tes bagi orang-orang kafir, untuk meyakinkan orang-orang nasrani dan yahudi, untuk meningkatkan keimanan orang yang telah beriman dan juga untuk menghilangkan keragu-raguan. Jadi, tepatnya bilangan 19 ini merupakan keajaiban yang besar dari Al Qur’an sesuai ayat 35 di atas, menurut terjemahan Dr. Rashad Khalifa (dan juga terjemahan beberapa penterjemah lain). Jadi pada ayat 35 kata “innahaa” merujuk pada kata “’iddatun” pada ayat 31.

Mengapa 19?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, perlu dijelaskan tentang sistem bilangan. Kita pasti mengenal betul sistem bilangan Romawi yang masih sangat dikenal pada saat ini, seperti I=1, V=5, X=10, L=50, C=100, D=500 dan M=1000. Seperti halnya pada sistem bilangan Romawi, sistem bilangan juga dikenal pada huruf-huruf arab. Bilangan yang ditandai pada setiap huruf dikenal sebagai “nilai numerik (numerical value atau gematrical value)”. Click link ini untuk mengetahui lebih jauh tentang nilai numerik.

Setelah mengetahui nilai dari setiap huruf arab tersebut, kita dapat menjawab mengapa 19 dipakai sebagai kode rahasia Allah dalam Al Qur’an, dan sekaligus dapat digunakan untuk mengungkap keajaiban Al Qur’an. Berikut beberapa hal yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa 19.

* 19 merupakan nilai numerik dari kata “Waahid” dalam bahasa arab yang artinya ‘esa/satu’ (lihat Tabel 2) Tabel 2. Nilai numerik dari kata “waahid”

alquranwahid.jpg

* 19 merupakan bilangan positif pertama dan terakhir (1 dan 9), yang dapat diartikan sebagai Yang Pertama dan Yang Terakhir seperti yang dikatakan Allah, misalnya, pada QS 57 ayat 3 sebagai berikut: “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS 57:3). Kata “waahid” dalam Qur’an disebutkan sebanyak 25 kali, dimana 6 diantaranya tidak merujuk pada Allah (seperti salah satu jenis makanan, pintu, dsb). Sisanya 19 kali merujuk pada Allah. Total jumlah dari (nomor surat + jumlah ayat pada masing-masing surat) dimana 19 kata “waahid” yang merujuk pada Allah adalah 361 = 19 x 19. Jadi 19 melambangkan keesaan Allah (Tuhan Yang Esa).

* Pilar agama Islam yang pertama juga dikodekan dengan 19

“La – Ilaha – Illa – Allah”

Nilai-nilai numerik dari setiap huruf arab pada kalimah syahadat di atas adalah dapat ditulis sebagai berikut

“30 1 – 1 30 5 – 1 30 1 – 1 30 30 5”

Jika susunan angka tersebut ditulis menjadi sebuah bilangan, diperoleh = 30113051301130305 = 19 x … atau merupakan bilangan yang mempunyai kelipatan 19. Jadi jelaslah bahwa 19 merujuk kepada keesaan Allah sebagai satu-satunya dzat yang wajib disembah.

Beberapa Contoh Bukti-bukti yang Sangat Sederhana tentang Kode 19

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa desain Al Qur’an yang didasarkan bilangan 19 ini, dapat dibuktikan dari penghitungan yang sangat sederhana sampai dengan yang sangat komplek. Berikut ini hanya sebagian kecil dari keajaiban Al Quran (sistim 19) yang dapat ditulis dalam artikel singkat ini. Fakta-fakta yang sangat sederhana:

(1) Kalimat Basmalah pada (QS 1:1) terdiri dari 19 huruf arab.

(2) QS 1:1 tersebut diturunkan kepada Muhammad setelah Surat 74 ayat 30 yang artinya “Di atasnya adalah 19”.

(3) Al Qur’an terdiri dari 114 surah, 19×6.

(4) Ayat pertama turun (QS 96:1) terdiri dari 19 huruf.

(5) Surah 96 (Al Alaq) ditempatkan pada 19 terakhir dari 114 surah (dihitung mundur dari surah 114), dan terdiri dari 19 ayat

(6) Surat terakhir yang turun kepada Nabi Muhammad adalah Surah An-Nashr atau Surah 110 yang terdiri dari 3 ayat. Surah terakhir yang turun terdiri dari 19 kata dan ayat pertama terdiri dari 19 huruf.

(7) Kalimat Basmalah berjumlah 114 (19×6). Meskipun pada Surah 9 (At Taubah) tidak ada Basmalah pada permulaan surah sehingga jumlah Basmalah kalau dilihat pada awal surah kelihatan hanya 113, tetapi pada Surah 27 ayat 30 terdapat ekstra Basmalah (dan juga 27+30=57, atau 19 x 3). Dengan demikian jumlah Basmalah tetap 114.

(8) Jika dihitung jumlah surah dari surah At Taubah (QS 9) yang tidak memiliki Basmalah sampai dengan Surah yang memuat 2 Basmalah yaitu S 27, ditemukan 19 surah. Dan total jumlah nomor surah dari Surah 9 sampai Surah 27 diperoleh (9+10+11+…+26+27=342) atau 19×18. Total jumlah ini (342) sama dengan jumlah kata antara dua kalimat basmalah dalam Surat 27.

(9) Berkaitan dengan inisial surah, misalnya ada dua Surah yang diawali dengan inisial “Qaaf” yaitu Surah 42 yang memiliki 53 ayat dan Surah 50 yang terdiri dari 45 ayat. Jumlah huruf “Qaaf” pada masing-masing dua surat tersebut adalah 57 atau 19 x 3. Jika kita tambahkan nomor surah dan jumlah ayatnya diperoleh masing-masing adalah (42+53=95, atau 19 x 5) dan (50+45=95, atau 19 x 5). Selanjutnya initial “Shaad” mengawali tiga surah yang berbeda yaitu Surah 7, 19, dan 38. Total jumlah huruf “Shaad” di ketiga surah tersebut adalah 152, atau 19 x 8. Hal yang sama berlaku untuk inisial yang lain.

(10) Frekuensi munculnya empat kata pada kalimat Basmalah dalam Al Qur’an pada ayat-ayat yang bernomor merupakan kelipatan 19 (lihat Tabel 3)

Tabel 3: Empat kata dalam Basmalah dan frekuensi penyebutan dalam ayat-ayat yang bernomor dalam Al Quran

No. Kata Frekuensi muncul

1 Ism 19

2 Allah 2698 (19×142)

3 Al-Rahman 57 (19×3)

4 Al-Rahiim 114 (19×6)

(11) Ada 14 huruf arab yang berbeda yang membentuk 14 set inisial pada beberapa surah dalam Al Qur’an, dan ada 29 surah yang diawali dengan inisial (seperti Alif-Lam-Mim). Jumlah dari angka-angka tersebut diperoleh 14+14+29=57, atau 19×3.

(12) Antara surah pertama yang berinisial (Surah 2 atau Surah Al Baqarah) dan surah terakhir yang berinisial (Surah 68), terdapat 38 surah yang tidak diawali dengan inisial, 38=19×2.

(13) Al-Faatihah adalah surah pertama dalam Al-Quran, No.1, dan terdiri dri 7 ayat, sebagai surah pembuka (kunci) bagi kita dalam berhubungan dengan Allah dalam shalat. Jika kita tuliskan secara berurutan Nomor surah (No. 1) diikuti dengan nomor setiap ayat dalam surah tersebut, kita dapatkan bilangan: 11234567. Bilangan ini merupakan kelipatan 19. Hal ini menunjukkan bahwa kita membaca Al Faatihah adalah dalam rangka menyembah dan meng-Esakan Allah.

Selanjutnya, jika kita tuliskan sebuah bilangan yang dibentuk dari nomor surah (1) diikuti dengan bilangan-bilangan yang menunjukkan jumlah huruf pada setiap ayat (lihat Tabel 4), diperoleh bilangan : 119171211191843 yang juga merupakan kelipatan 19.

Tabel 4: Jumlah huruf pada setiap ayat dalam Surah Al Faatihah

alquranfatiha1.jpg

(14) Ketika kita membaca Surah Al-Fatihah (dalam bahasa arab), maka bibir atas dan bawah akan saling bersentuhan tepat 19 kali. Kedua bibir kita akan bersentuhan ketika mengucapkan kata yang mengandung huruf “B atau Ba’” dan huruf “M atau Mim”. Ada 4 huruf Ba’ dan 15 huruf Mim. Nilai numerik dari 4 huruf Ba’ adalah 4×2=8, dan nilai numerik dari 15 huruf Mim adalah 15×40=600. Total nilai numerik dari 4 huruf Ba’ dan 15 huruf Mim adalah 608=19×32 (lihat Tabel 5).

Tabel 5. Kata-kata dalam Surah Al-Fatihah yang mengandunghuruf Ba’ dan Mim beserta nilai numeriknya

alquranfatihah2.jpg

Kejadian Di Alam Semesta yang Terkait dengan Bilangan 19

Beberapa kejadian lain di alam ini dan juga dalam kehidupan kita sehari-hari yang mengacu pada bilangan 19 adalah:

· Telah dibuktikan bahwa bumi, matahari dan bulan berada pada posisi yang relatif sama setiap 19 tahun

· Komet Halley mengunjungi sistim tata surya kita sekali setiap 76 tahun (19×4).

· Fakta bahwa tubuh manusia memiliki 209 tulang atau 19×11.

· Langman’s medical embryology, oleh T. W. Sadler yang merupakan buku teks di sekolah kedokteran di Amerika Serikat diperoleh pernyataan “secara umum lamanya kehamilan penuh adalah 280 hari atau 40 minggu setelah haid terakhir, atau lebih tepatnya 266 hari atau 38 minggu setelah terjadinya pembuahan”. Angka 266 dan 38 kedua-duanya adalah kelipatan dari 19 atau 19×14 dan 19×2.

Lima Pilar Islam (Rukun Islam) dan Sistem 19

Islam adalah agama yang dibawa oleh seluruh nabi sejak Nabi Ibrahim sebagai the founding father of Islam (misalnya lihat QS 2:67, 130-136; QS 5:44, 111; QS 3:52).Pesan utama yang disampaikan oleh seluruh Nabi sejak Nabi Ibrahim sampai Nabi Muhammad adalah sama yaitu menyembah Allah yang Esa, Shalat, Puasa, Zakat dan Haji. Allah menyempurnakan Islam melalui Nabi Muhammad. Jadi praktek shalat, zakat, puasa dan haji telah dilakukan dan diajarkan oleh Nabi-nabi sejak Nabi Ibrahim. Dari kelima pilar agama Islam, dapat ditunjukkan bahwa semua berkaitan dengan sistim bilangan 19 (kelipatan 19).

· Syahadat

Telah dibahas di atas bahwa pilar pertama agama Islam “Laa Ilaaha Illa Allah” didisain berdasarkan bilangan 19.

· Shalat

Kata “shalawat” yang merupakan bentuk jamak dari kata “shalat“ muncul di Al Qur’an sebanyak 5 kali. Ini menunjukkan bahwa perintah Allah untuk melaksanakan shalat 5 kali sehari dikodekan di Al Qur’an. Selanjutnya jumlah rakaat dalam shalat dikodekan dengan bilangan 19. Jumlah rakaat pada shalat subuh, zuhur, ashar, maghrib dan isya masing-masing adalah 2,4,4,3, dan 4 rakaat. Jika jumlah rakaat tersebut disusun menjadi sebuah angka 24434 merupakan bilangan kelipatan 19 atau (24434 = 19×1286). Digit 1286 kalau dijumlahkan akan didapat angka 17 (1+2+8+6) yang merupakan jumlah rakaat shalat dalam sehari. Untuk hari Jum’at jumlah rakaat Shalat adalah 15, karena Shalat Jum’at hanya 2 rakaat. Ini juga dapat dikaitkan dengan bilangan 19 (kelipatan 19). Jika kita buat hari Jum’at sebagai hari terakhir, maka jumlah rakaat shalat mulai hari Sabtu sampai Jum’at dapat ditulis secara berurutan sebagai berikut: 17 17 17 17 17 17 15. Jika urutan bilangan tersebut kita jadikan menjadi satu bilangan 17171717171715, maka bilangan tersebut merupakan bilangan dengan kelipatan 19 atau (19 x 903774587985). Jadi pada intinya shalat itu menyembah Tuhan yang Satu (ingat: 19 adalah total nilai numerik dari kata ‘waahid’). Surah Al-Fatihah yang dibaca dalam setiap rakaat dalam Shalat seperti dibahas sebelumnya juga mengacu pada bilangan 19. Selanjutnya, kata “Shalat’ dalam Al Qur’an disebutkan sebanyak 67 kali. Jika kita jumlahkan nomor surat-surat dan nomor ayat-ayat dimana ke 67 kata “Shalat” disebutkan, diperoleh total 4674 atau 19×246.

· Puasa

Perintah puasa dalam Al Qur’an disebutkan pada ayat-ayat berikut:

- 2:183, 184, 185, 187, 196;

- 4:92; 5:89, 95;

- 33:35, 35; dan

- 58:4.

Total jumlah bilangan tersebut adalah 1387, atau 19×73. Perlu diketahui bahwa QS 33:35 menyebutkan kata puasa dua kali, satu untuk orang laki-laki beriman dan satunya lagi untuk wanita beriman.

· Kewajiban Zakat dan Menunaikan Haji ke Mekkah

Sementara tiga pilar pertama diwajibkan kepada semua orang Islam laki-laki dan perempuan, Zakat dan Haji hanya diwajibkan kepada mereka yang mampu. Hal ini menjelaskan fenomena matematika yang menarik yang berkaitan dengan Zakat dan Haji.

Zakat disebutkan dalam Al Qur’an pada ayat-ayat berikut:

alquransurat-zakat.jpg

Penjumlahan angka-angka tersebut diperoleh 2395. Total jumlah ini jika dibagi dengan 19 diperoleh sisa 1 (bilangan tersebut tidak kelipatan 19).

Haji disebutkan dalam Al Qur’an pada ayat-ayat

- 2:189, 196, 197;

- 9:3; dan

- 22:27.

Total penjumlahan angka-angka tersebut diperoleh 645, dan angka ini tidak kelipatan 19 karena jika angka tersebut dibagi 19 kurang 1.

Kemudian jika dari kata Zakat dan Haji digabungkan diperoleh nilai total 2395+645 = 3040 = 19x160.

Penutup

Secara umum disimpulkan bahwa Al Qur’an didisain secara matematis. Apa yang dibahas di atas hanyalah sebagian kecil dari ribuan bukti tentang desain matematis dari Al Qur’an dan khususnya tentang bilangan dasar 19 sebagai desain Al Qur’an yang dapat disajikan pada tulisan ini. Selain itu, tulisan ini hanya memfokuskan pada contoh-contoh yang sangat sederhana, sementara untuk contoh-contoh yang sangat kompleks tidak disajikan di sini karena mungkin akan sulit dipahami oleh orang yang tidak memiliki latar belakang atau kurang memahami matematika. Bilangan 19 yang juga berarti Allah yang Esa, dan juga berarti tidak ada Tuhan melainkan Dia, dapat dikatakan sebagai “Tanda tangan Allah” di alam semesta ini. Hal ini sesuai dengan salah satu firman Allah yang menyatakan bahwa seluruh alam ini tunduk dan sujud kepada Allah dan mengakui keesaan Allah. Hanya orang-orang kafir lah yang tidak mau sujud dan mengakui keesaan Allah. Allah dalam menciptakan Al Qur’an dan alam semesta ini telah melakukan perhirtungan secara detail, seperti firman Allah yang berbunyi: dan Allah menghitung segala sesuatunya satu per satu (secara detail)” (QS 72:28). Jumlahkan angka-angka pada nomor surah dan ayat tersebut !!!!!! Anda memperoleh angka 19 (7+2+2+8=19). Dari uraian di atas khususnya mengenai lima pilar Islam diperoleh kesimpulan yang sangat tegas bahwa pemeluk Islam adalah orang-orang yang pasrah dan tunduk menyembah dan mengakui keesaan Allah seperti yang ditunjukkan bahwa kelima pilar Islam tersebut berkaitan dengan sistim bilangan 19 (nilai numerik dari kata “waahid” atau Esa). Hal ini juga sesuai dengan Islam sendiri yang yang secara harfiah dapat berarti pasrah/tunduk. Hal lain yang dapat diambil sebagai pelajaran dari sistim bilangan 19 sebagai disain Al Qur’an adalah terpecahkannya “unsolved problem” mengenai perdebatan di antara para ulama terhadap status “Basmalah” pada Surah Al-Faatihah apakah termasuk salah satu ayat dalam surah tersebut atau tidak. Dengan ditemukannya bilangan 19 sebagai disain Al Qur’an, bukti-bukti matematis pada tulisan ini telah membuktikan bahwa lafal “Basmalah” termasuk dalam salah satu ayat Surah Al-Fatihah. Sebagai penutup, semoga tulisan ini dapat menambah keimanan bagi orang-orang yang beriman, menjadi tes/ujian bagi mereka yang belum beriman, dan menghilangkan keragu-raguan bagi mereka yang hatinya dihinggapi keragu-raguan akan kebenaran Al Qur’an. Allah akan membiarkan sesat orang-orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya (QS 74:31).

Catatan:

Untuk memverifikasi “keajaiban matematis” dari Al Qur’an anda perlu menggunakan Al Qur’an yang dicetak menurut versi cetak Arab Saudi atau Timur Tengah pada umumnya. Mengapa? Hasil penelitian yang saya lakukan, terdapat banyak perbedaan antara Qur’an versi cetak Indonesia pada umumnya dan Qur’an versi cetak Arab Saudi (kebetulan saya memegang Qur’an versi cetak Arab Saudi), meskipun perbedaan tersebut tidak berpengaruh pada makna/arti. Perbedaan tersebut hanya pada cara menuliskan beberapa kata. Meskipun demikian, jika mengacu pada “Keajaiban Matematis” dari Al Qur’an, Qur’an versi cetak Indonesia pada umumnya (yang disusun oleh orang Indonesia) menyalahi aturan yang aslinya sehingga keajaiban matematis tidak muncul. Saya hanya memberikan 2 contoh kata saja dari sekian kata yang berbeda penulisannya yaitu kata “shirootho” dan “insaana”. Menurut versi cetak Arab Saudi, tidak ada huruf “ALIF” antara huruf “RO’” dan “THO” pada kata “SHIROOTHO” (lihat di Surat Al Fatihah) dan antara huruf “SIN” dan “NUN”pada kata “INSAANA”, tetapi menurut versi cetak Indonesia pada umumnya terdapat huruf ALIF pada kedua kata tersebut. Pada versi cetak Arab Saudi, untuk menunjukkan bacaan panjang pada bunyi ROO dan SAA pada kata SHIROOTHO dan INSAANA, digunakan tanda “fathah tegak”. Saya paham, maksud orang menambahkan ALIF pada kedua kata tersebut agar lebih memudahkan bagi pembacanya, tetapi ternyata menyimpang dari aslinya. Maka dari itu anda menemukan jumlah huruf yang lebih banyak pada Surat Al Fatihah ayat 6 dan 7 dari yang saya tuliskan. Sebagai tambahan, salah satu ciri Qur’an versi cetak Indonesia pada umumnya adalah Surat Al Fatihah terletak pada HALAMAN 2, sementara versi cetak Arab Saudi, Fatihah berada pada HALAMAN 1.
Mengenai jumlah kata, kata harus didefinisikan sebagai susunan dari beberapa huruf (dua hrurf atau lebih), sehingga anda harus memperlakukan “WA atau WAU” sebagai huruf meskipun bisa diartikan dengan kata “DAN” dalam bahasa Indonesia. Perlakuan “WA” (misalnya pada kata “WATAWAA”) sebenarnya bisa disamakan dengan “BI” (pada kata BISMI), karena kebetulan BI bisa gandeng dengan kata berikutnya, sementara WA tidak bisa ditulis gandeng dengan kata yang mengikutinya. Jadi jangan hitung “WA” sebagai kata, tetapi sebagai huruf.

Posted by alisaid on 26 October 2007

Oleh: Ali Said

http://alisaid.wordpress.com/2007/10/26/al-qur%E2%80%99an-sebuah-keajaiban-bersifat-matematis/

About Al-Quran

Alhamdulillah akhirnya q dapet saku lagi buat tulisanku besok2. Yah, mudah2an aja q gak berubah pikiran untuk mengganti tema agar q gak perlu lagi nyari sumber2 yang lebih menghabiskan waktu lagi.

Ketika Rasulullah saw mengutus Mu'adz bin Jabal ke Yaman, beliau bertanya kepada Mu'adz, "Dengan pedoman apa anda memutuskan suatu urusan?. Jawab Mu'adz: Dengan Kitabullah. Tanya Rasul: Kalau tidak ada dalam al-Quran? Jawab Mu'adz: Dengan sunnah Rasulullah. Tanya Rasul: Kalau dalam sunnah juga tidak ada? Jawab Mu'adz: Saya berijtihad dengan pikiran saya. Sabda Rasul: Maha Suci Allah yang telah memberikan bimbingan kepada utusan Rasul-Nya, dengan satu sikap yang disetujui Rasul-Nya." (HR. Abu Dawud dan Turmudzi).
Dari peristiwa ini dapat diambil kesimpulan tentang nilai dan sumber nilai Islam, yaitu al-Qu'an, sunnah, dan ijtihad. Ayat-ayat yang mendukung bahwa al-Qur'an, as-sunnah, dan ijtihad merupakan nilai dan sumber nilai seorang muslim, dapat kita temukan dalam banyak surat. Kesimpulan lain yang dapat diambil dalam peristiwa tersebut di atas ialah bahwa penggunaan tiga sumber nilai itu hendaknya diprioritaskan yang pertama, kedua, dan ketiga. Konsekuensinya adalah apabila bertentangan satu dengan yang lain, maka hendaknya dipilih al-Qur'an terlebih dahulu kemudian yang kedua, al-Hadits.

1. Fungsi dan peranan al-Qur'an.
Al-Qur'an adalah wahyu Allah (42:7) yang berfungsi sebagai mu'jizat bagi Rasulullah Muhammad saw (17:88; 10:38), sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim (4:105; 5:49,50; 45:20), dan sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah sebelumnya (5:48,15; 16:64), dan bernilai abadi. Sebagai mu'jizat, al-Qur'an telah menjadi salah satu sebab penting bagi masuknya orang-orang Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab penting pula bagi masuknya orang-orang sekarang, dan (insya Allah) pada masa-masa yang akan datang.
Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dapat meyakinkan kita bahwa Al-Qur'an adalah firman-firman Allah, tidak mungkin ciptaan manusia apalagi ciptaan Nabi Muhammad saw yang ummi (7:158) yang hidup pada awal abad ke-enam Masehi (571-632M). Di antara ayat-ayat tersebut umpamanya: 39:6; 6:125; 23:12,13; 51:49; 41:11-41; 21:30-33; 51:7, dan lain-lain. Demikian juga ayat-ayat yang berhubungan dengan sejarah seperti tentang kekuasaan di Mesir, Negeri Saba', Tsamud, 'Ad, Yusuf, Sulaiman, Dawud, Adam, Musa, dan lain-lain dapat memberikan keyakinan kepada kita bahwa al-Qur'an adalah wahyu Allah bukan ciptaan manusia.
Ayat-ayat yang berhubungan dengan ramalan-ramalan khusus yang kemudian dibuktikan oleh sejarah seperti tentang bangsa Romawi, berpecah-belahnya Kristen dan lain-lain juga menjadi bukti lagi kepada kita bahwa al-Qur'an adalah wahyu Allah swt (30:2-4; 5:14). Bahasa al-Qur'an adalah mu'jizat terbesar sepanjang masa, keindahan bahasa dan kerapian susunan katanya tidak dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab lainnya. Gaya bahasa yang luhur tapi mudah dimengerti adalah merupakan ciri dari gaya bahasa al-Qur'an. Karena gaya bahasa yang demikianlah 'Umar bin Khathab masuk Islam setelah mendengar awal surat Thaha yang dibaca oleh adiknya Fathimah. Abul Wahd, diplomat Quraisy waktu itu, terpaksa cepat-cepat pulang begitu mendengar beberapa ayat dari surat Fushshilat yang dikemukakan Rasulullah sebagai jawaban atas usaha-usaha bujukan dan diplomasinya. Bahkan Abu Jahal musuh besar Rasulullah, sampai tidak jadi membunuh Nabi karena mendengar surat adh-Dhuha yang dibaca nabi. Tepat yang dinyatakan al-Qur'an bahwa sebab seorang tidak menerima kebenaran al-Qur'an sebagai wahyu Ilahi adalah salah satu diantara dua sebab, yaitu:
a) tidak berpikir dengan jujur dan sungguh-sungguh.
b) tidak sempat mendengar dan mengetahui al-Qur'an secara baik (67:10, 4:82).
Oleh al-Qur'an disebut al-maghdhub (dimurkai Allah) karena tahu kebenaran tetapi tidak mau menerima kebenaran itu dan disebut adh-Dhalim (orang sesat) karena tidak menemukan kebenaran itu. Sebagai jaminan bahwa al-Qur'an itu adalah wahyu Allah, maka al-Qur'an sendiri menantang setiap manusia untuk membuat satu surat saja yang senilai dengan al-Qur'an (2:23,24; 17:88).
Sebagai pedoman hidup, al-Qur'an banyak mengemukakan pokok-pokok serta prinsip-prinsip umum pengaturan hidup dalam hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan makhluk lainnya. Di dalamnya terdapat peraturan-peraturan seperti:
- beribadah langsung kepada Allah (2:43,183,184,196,197; 11:114),
- berkeluarga (4:3,4,15,19,20,25; 2:221; 24:32; 60:10,11),
- bermasyarakat (4:58; 49:10,13; 23:52; 8:46; 2:143),
- berdagang (2:275,276,280; 4:29),
- utang-piutang (2:282),
- kewarisan (2:180; 4:7-12,176; 5:106),
- pendidikan dan pengajaran (3:159; 4:9,63; 31:13-19; 26:39,40),
- pidana (2:178; 4:92,93; 5:38; 10:27; 17:33), dan
- aspek-aspek kehidupan lainnya yang oleh Allah dijamin dapat berlaku dan sesuai pada setiap tempat dan setiap waktu (7:158; 34:28; 21:107).
Setiap Muslim diperintahkan untuk melakukan tata nilai tersebut dalam kehidupannya (2:208; 6:153; 9:51). Dan sikap memilih sebagian dan menolak sebagian tata nilai itu dipandang al-Qur'an sebagai bentuk pelanggaran dan dosa (33:36). Melaksanakannya dinilai ibadah (4:69; 24:52; 33:71), memperjuangkannya dinilai sebagai perjuangan suci (61:10-13; 9:41), mati karenanya dinilai sebagai mati syahid (3:157, 169), hijrah karena memperjuangkannya dinilai sebagai pengabdian yang tinggi (4:100; 3:195), dan tidak mau melaksanakannya dinilai sebagai zhalim, fasiq, dan kafir (5:44,45,47).
Sebagai korektor al-Qur'an banyak mengungkapkan persoalan-persoalan yang dibahas oleh kitab-kitab Taurat, Injil, dan lain-lain yang dinilai al-Qur'an tidak sesuai dengan ajaran Allah yang sebenarnya (karena pemalsuan-pemalsuan). Baik menyangkut segi sejarah orang-orang tertentu, hukum-hukum, prinsip-prinsip ketuhanan, dan lain sebagainya. Sebagai contoh koreksi-koreksi yang dikemukakan al-Qur'an antara lain sebagai berikut:
a) tentang ajaran Trinitas (5:73).
b) tentang Isa (3:49,59; 5:72,75).
c) tentang penyaliban Nabi Isa (4:157, 158).
d) tentang Nabi Luth (29:28-30; 7:80-84), perhatikan (Genesis, 19:33-36).
e) tentang Harun (20:90-94), perhatikan (Keluaran, 37:2-4).
f) tentang Sulaiman (2:102; 27:15-44), perhatikan (Raja-raja, 21:4-5), dan lain-lain.

2. Sejarah kodifikasi dan perkembangannya.
Allah akan menjamin kesucian dan kemurnian al-Qur'an, akan selamat dari usaha-usaha pemalsuan, penambahan atau penguranan-pengurangan (15:9; 75:17-19). Dalam catatan sejarah dapat dibuktikan bahwa proses kodifikasi dan penulisan al-Qur'an dapat menjamin kesuciannya secara meyakinkan. Al-Qur'an ditulis sejak nabi masih hidup. Begitu wahyu turun kepada nabi, nabi langsung memerinahkan para sahabat penulis wahyu untuk menuliskannya secara hati-hati. Begitu mereka tulis, kemudian mereka hafalkan sekaligus mereka amalkan.
Pada awal pemerintahan khalifah yang pertama dari Khulafaur Rasyidin, yaitu Abu Bakar ash-shiddiq, al-Qur'an telah dikumpulkan dalam mushhaf tersendiri. Dan pada zaman khalifah yang ketiga, 'Utsman bin Affan, al-Qur'an telah sempat diperbanyak. Alhamdulillah al-Qur'an yang asli itu sampai saat ini masih ada. Dalam perkembangan selanjutnya, tumbuh pula usaha-usaha untuk menyempurnakan cara-cara penulisan dan penyeragaman bacaan, dalam rangka menghindari adanya kesalahan-kesalahan bacaan maupun tulisan. Karena penulisan al-Qur'an pada masa pertama tidak memakai tanda baca (tanda titik dan harakat) maka al-Khalil mengambil inisiatif untuk membuat tanda-tanda yang baru, yaitu huruf waw yang kecil di atas untuk tanda dhammah, huruf alif kecil di atas untuk tanda fat-hah, huruf alif yang kecil di bawah untuk tanda kasrah, kepala huruf syin untuk tanda shiddah, kepala ha untuk syukun, dan kepala 'ain untuk hamzah. Kemudian tanda-tanda ini dipermudah, dipotong, dan ditambah sehingga menjadi bentuk yang sekarang ada.
Dalam perkembangan selanjutnya tumbuhlah beberapa macam tafsir al-Qur'an yang ditulis oleh ulama Islam, yang sampai saat ini tidak kurang dari 50 macam tafsir al-Qur'an. Juga telah tumbuh pula berbagai macam disiplin ilmu untuk membaca dan membahas al-Qur'an.

3. Ilmu-ilmu yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan al-Qur'an.
Ilmu-ilmu yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan al-Qur'an antara lain:
a) Ilmu Mawathin Nuzul, yaitu ilmu yang membahas tempat-tempat turunnya ayat al-Qur'an.
b) Ilmu Asbabun Nuzul, yaitu ilmu yang membahas sebab-sebab turunnya ayat al-Qur'an.
c) Ilmu Tajwid, yaitu ilmu yang membahas teknik membaca al-Qur'an.
d) Gharibil Qur'an, yaitu ilmu yang membahas kalimat-kalimat yang asing artinya dalam al-Qur'an.
e) Ilmu Wajuh wa Nadhar, yaitu ilmu yang membahas kalimat yang mempunyai banyak arti dan makna apa yang dikehendaki oleh sesuatu ayat dalam al-Qur'an.
f) Ilmu Amtsalil Qur'an, yaitu ilmu yang membahas perumpamaan-perumpamaan dalam al-Qur'an.
g) Ilmu Aqsamil Qur'an, yaitu ilmu yang mempelajari maksud-maksud sumpah Tuhan dalam al-Qur'an.
h) dan masih banyak lagi.

4. Pembagian isi al-Qur'an.
Al-Qur'an terdiri dari 114 surat; 91 surat turun di Makkah dan 23 surat turun di Madinah. Ada pula yang berpendapat, 86 surat turun di Makkah dan 28 surat di Madinah. Surat yang turun di Makkah dinamakan Makkiyah, pada umumnya suratnya pendek-pendek, menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan kepada manusia. Sedangkan surat yang turun di Madinah disebut Madaniyyah, pada umumnya suratnya panjang-panjang menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan atau seseorang dengan lainnya (syari'ah). Diperkirakan 19/30 turun di Madinah. Atas inisiatif para ulama maka kemudian al-Qur'an dibagi-bagi menjadi 30 juz. Dalam 30 juz dibagi kepada setengah juz, seperempat juz, maqra, dan lain-lain.

5. Nama-nama al-Qur'an.
al-Kitab: tulisan yang lengkap (2:2)
al-Furqan: memisahkan antara yang haq dari yang bathil (25:1)
al-Mau'idhah: nasihat (10:57)
asy-Syifa': obat (10:57)
al-Huda: yang memimpin (72:13)
al-Hikmah: kebijaksanaan (17:39)
al-Hukmu: keputusan (13:37)
al-Khair: kebaikan (3:103)
adz-dzikru: peringatan (15:9)
ar-Ruh: roh (42:52)
al-Muthahharah: yang disucikan (80:14)

6. Nama-nama surat berdasarkan urutan turunnya (menurut sebagian besar Ulama).

a) Makkiyah.
01. Al'Alaq
02. Al-Qalam
03. Al-Muzammil
04. Al-Muddatstsir
05. Al-Fatihah
06. Al-Masab (Al-Lahab)
07. At-Takwir
08. Al-A'la
09. Al-Lail
10. Al-Fajr
11. Adh-Dhuha
12. Alam Nasyrah (Al-Insyirah)
13. Al-'Ashr
14. Al-Aadiyat
15. Al-Kautsar
16. At-Takatsur
17. Al-Ma'un
18. Al-Kafirun
19. Al-Fiil
20. Al-Falaq
21. An-Nas
22. Al-Ikhlas
23. An-Najm
24. 'Abasa
25. Al-Qadar
26. Asy-Syamsu
27. Al-Buruj
28. At-Tin
29. Al-Quraisy
30. Al-Qariah
31. Al-Qiyamah
32. Al-Humazah
33. Al-Mursalah
34. Qaf
35. Al-Balad
36. Ath-Thariq
37. Al-Qamar
38. Shad
39. Al-A'raf
40. Al-Jin
41. Yaasin
42. Al-Furqan
43. Fathir
44. Maryam
45. Thaha
46. Al-Waqi'ah
47. Asy-Syura
48. An-Naml
49. Al-Qashash
50. Al-Isra
51. Yunus
52. Hud
53. Yusuf
54. Al-Hijr
55. Al-An'am
56. Ash-Shaffat
57. Lukman
58. Saba'
59. Az-Zumar
60. Ghafir
61. Fushshilat
62. Asy-Syura
63. Az-Zukhruf
64. Ad-Dukhan
65. Al-Jatsiyah
66. Al-Ahqqaf
67. Adz-Dzariyah
68. Al-Ghasyiyah
69. Al-Kahf
70. An-Nahl
71. Nuh
72. Ibrahim
73. Al-Anbiya
74. Al-Mu'minun
75. As-Sajdah
76. Ath-Thur
77. Al-Mulk
78. Al-Haqqah
79. Al-Ma'arij
80. An-Naba'
81. An-Nazi'at
82. Al-Infithar
83. Al-Insyiqaq
84. Ar-Rum
85. Al-Ankabut
86. Al-Muthaffifin
87. Al-Zalzalah
88. Ar-Rad
89. Ar-Rahman
90. Al-Insan
91. Al-Bayyinah

Turunnya surah-surah Makiyyah lamanya 12 tahun, 5 bulan, 13 hari, dimulai pada 17 Ramadhan 40 tahun usia Nabi (Februari 610 M).

b) Madaniyyah.
01. Al-Baqarah
02. Al-Anfal
03. Ali 'Imran
04. Al-Ahzab
05. Al-Mumtahanah
06. An-Nisa'
07. Al-Hadid
08. Al-Qital
09. Ath-Thalaq
10. Al-Hasyir
11. An-Nur
12. Al-Hajj
13. Al-Munafiqun
14. Al-Mujadalah
15. Al-Hujurat
16. At-Tahrim
17. At-Taghabun
18. Ash-Shaf
19. Al-Jum'at
20. Al-Fath
21. Al-Ma'idah
22. At-Taubah
23. An-Nash

7. Susunan al-Qur'an dalam sistematika yang ada sekarang.

01. Al-Fatihah
02. Al-Baqarah
03. Ali 'Imran
04. An-Nisa'
05. Al-Ma'idah
06. Al-An'am
07. Al-A'raf
08. Al-Anfal
09. At-Taubah
10. Yunus
11. Hud
12. Yusuf
13. Ar-Ra'd
14. Ibrahim
15. Al-Hijr
16. An-Nahl
17. Al-Isra'
18. Al-Kahf
19. Maryam
20. Thaha
21. Al-Anbiya
22. Al-Hajj
23. Al-Mu'minun
24. An-Nur
25. Al-Furqan
26. Asy-Syu'ara
27. An-Naml
28. Al-Qashash
29. Al-Ankabut
30. Ar-Rum
31. Lukman
32. As-Sajdah
33. Al-Ahzab
34. Saba'
35. Fathir
36. Yaasin
37. Ash-Shaffat
38. Shad
39. Az-Zumar
40. Al-Mu'min
41. Fushshilat
42. Asy-Syura
43. Az-Zukhruf
44. Ad-Dukhan
45. Al-Jatsiyah
46. Al-Ahqqaf
47. Muhammad
48. Al-Fath
49. Al-Hujurat
50. Qaf
51. Adz-Dzariyah
52. Ath-Thur
53. An-Najm
54. Al-Qamar
55. Ar-Rahman
56. Al-Waqi'ah
57. Al-Hadid
58. Al-Mujadalah
59. Al-Hasyir
60. Al-Mumtahanah
61. Ash-Shaf
62. Al-Jum'at
63. Al-Munafiqun
64. At-Taghabun
65. Ath-Thalaq
66. At-Tahrim
67. Al-Mulk
68. Al-Qalam
69. Al-Haqqah
70. Al-Ma'arij
71. Nuh
72. Al-Jin
73. Al-Muzammil
74. Al-Muddatstsir
75. Al-Qiyamah
76. Al-Insan
77. Al-Mursalah
78. An-Naba'
79. An-Nazi'at
80. 'Abasa
81. At-Takwir
82. Al-Infithar
83. Al-Muthaffifin
84. Al-Insyiqaq
85. Al-Buruj
86. Ath-Thariq
87. Al-A'la
88. Al-Ghasyiyah
89. Al-Fajr
90. Al-Balad
91. Asy-Syamsu
92. Al-Lail
93. Adh-Dhuha
94. Alam Nasyrah (Al-Insyirah)
95. At-Tin
96. Al-'Alaq
97. Al-Qadar
98. Al-Bayyinah
99. Al-Zalzalah
100. Al-Aadiyat
101. Al-Qariah
102. Al-Takatsur
103. Al-'Ashr
104. Al-Humazah
105. Al-Fiil
106. Al-Quraisy
107. Al-Ma'un
108. Al-Kautsar
109. Al-Kafirun
110. An-Nashr
111. Al-Masab (Al-Lahab)
112. Al-Ikhlas
113. Al-Falaq
114. An-Nas
http://bimcrot.tripod.com/qrn-i.html

Heal The World, Heal My Heart

Lagu Michael Jackson yang satu ini ngingetin aku pada perjalanan seorang mujahid yang tak mampu mengubah lingkungannya karena alasan fisik tapi ia tetap berusaha untuk berjuang mendapatkan apa yang dicita-citakannya: perdamaian dan kedamaian dalam hidup, meski hanya berbekal sesobek tulisan dan rentengan kata-kata.

There's a place in your heart, and I know that it is love
And this place could be much brighter than tomorrow
And if you really try, you'll find there's no need to cry
In this place you'll feel, there's no hurt or sorrow

There are ways to get there
If you care enough for the living
Make a little space, make a better place

* Heal the world make it a better place
For you and for me and the entire human race

** There are people dying if you care enough for the living
Make a better place for you and for me

If you want to know why, there's a love that cannot lie
Love is strong, it only cares for joyful giving if we try
We shall see in this bliss, we cannot feel fear or dread
We stop existing and start living

Then it feels that always love's enough for us growing
So make a better world, make a better world

[Repeat * , **]

And the dream we were conceived In will reveal a joyful face
And the world we once believed in will shine again in grace
Then why do we keep strangling life wound this earth crucify
Its soul though it's plain to see this world is heavenly be God's glow

We could fly so high let our spirits never die in my heart
I feel you are all my brothers create a world with no fear
Together we'll cry happy tears see the nations turn
Their swords into plowshares

We could really get there if you cared enough for the living
Make a little space, to make a better place

[Repeat * , ** , * , **]

[Repeat * , ** , ** , **]

You and for me (x11)

Hikmah : Keistimewaan Angka 19, 0 dan 7

Alhamdulillah satu sumber dah q temuin tentang apa yang ku cari buat nyelengi bekal skripsi nanti..

REPUBLIKA, Minggu, 16 Agustus 2009 pukul 01:43:00

Angka 19, 0 dan 7

Rubrik Laput

Angka 19 merupakan kunci utama akan keteraturan susunan huruf, kata, kalimat, jumlah ayat, dan jumlah surah dalam Alquran.

Allah SWT menciptakan bilangan sebagai bahasa universal, yang dapat ditemui di seluruh ciptaan-Nya yang dijabarkan dalam bentuk satuan, ukuran massa, volume, kecepatan, dan lain sebagainya. Bahkan, dalam kehidupan sehari-hari, umat Islam tak pernah melewatkan angka-angka atau bilangan itu. Misalnya, bilangan rakaat shalat, persentase zakat, pembagian warisan, jumlah hari berpuasa, waktu melempar jumrah, tawaf, sai, Lebaran Idul Fitri, dan Idul Adha.

Dan, Alquran sebagai kitab suci umat Islam, juga banyak menyebutkan tentang bilangan. Salah satunya adalah angka 19, sebagaimana terdapat dalam surah al-Muddatstsir ayat 30. ”Dan di atasnya ada 19 (malaikat penjaga).”Penyebutan angka 19 ini ternyata sangatlah menakjubkan. Bahkan, beberapa ilmuwan Muslim bidang matematika, telah menemukan berbagai hal istimewa terkait angka 19 ini. Di antaranya, Abah Salma Alif Sampayya, Fahmi Basya, dan Iskandar AG Soembrata.

Bilangan 19 adalah bilangan prima, yaitu bilangan yang tidak habis dibagi dengan bilangan mana pun, kecuali dengan dirinya sendiri. Bilangan prima lainnya adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, dan masih banyak lagi. Para astrofisikawan meyakini bilangan prima sebagai bahasa komunikasi di alam semesta dan dijadikan sebagai bahasa, dalam melakukan percobaan komunikasi dengan makhluk angkasa luar.

Dalam bukunya, Abah Salma Alif Sampayya menyatakan, bilangan 19 menjadikan beberapa ilmuwan ternama di dunia menemukan sejumlah rumus atau berbagai keajaiban dengan angka 19. Misalnya, heksagonal, magic star, dan metonic cycle.

Kunci utama
Dalam Alquran, angka 19 menjadi awal pembuka surah. Kalimat Bismillahirrahmanirrahim yang diletakkan sebagai kata pembuka dari keseluruhan ayat dan surah di dalam Alquran, memiliki susunan angka yang sangat menakjubkan. Kalimat basmalah itu bila dihitung hurufnya mulai dari ba hingga mim, berjumlah 19 huruf. Angka 19 ini ternyata menjadi ‘kunci utama’ dalam bilangan jumlah surah, jumlah ayat, dan lainnya di dalam Alquran.

Dalam catatan Sampayya, Alquran menyebutkan bilangan yang berbeda sebanyak 30 kali, yakni 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 19, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 99, 100, 200, 300, 2.000, 3.000, 5.000, 50 ribu, dan 100 ribu. Selain bilangan bulat tersebut, Alquran menyebutkan delapan kali bilangan pecahan (desimal), yakni 1/2, 1/3, 1/4, 1/5, 1/6, 1/8, 1/10, dan 2/3. Bilangan pecahan ini sebagian besar terdapat pada ayat-ayat yang berkaitan tentang warisan. Lalu, di mana istimewanya angka 19?

”Bila bilangan bulat dan bilangan pecahan dijumlahkan, hasilnya ada 38. Angka 38 ini merupakan kelipatan dari 19 X 2,” tulis Sampayya. Pendapat senada juga dikemukakan Fahmi Basya, staf pengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Dalam bukunya yang berjudul Matematika Islam, Sebuah Pendekatan Rasional untuk Yaqin , Fahmi Basya menjelaskan, berbagai keajaiban angka 19.

Percaya atau tidak, hampir keseluruhan ayat Alquran yang terdapat dalam 114 surat, selalu berpatokan pada angka 19. Misalnya, jumlah surah dalam Alquran jumlahnya 114. Bilangan ini bila dibagi dengan 19, hasilnya adalah 6.

Kata bilangan dalam Alquran adalah adda . Kata yang berasal dari adda ( ma’dudaat, ta’uddu, iddat, adada, dan ma’dud ) disebutkan dalam Alquran sebanyak 35 kali yang tersebar di 19 surah dalam 29 ayat. Dari penjumlahan nomor surat yang sebanyak 29 tadi (misalnya, Al-Baqarah nomor 2, Ali Imran nomor 3, at-Taubah nomor 9, an-Nas nomor 114), adalah sebanyak 779, merupakan perkalian dari 19 X 41.

Begitu juga, dengan penjumlahan nomor ayat yang menyebutkan kata adda atau kata lainnya yang berarti perhitungan atau bilangan itu, jumlahnya sebanyak 1577. Angka ini merupakan perkalian dari 19 X 83. Fahmi Basya mencontohkan, jumlah kata basmalah dalam Alquran juga berjumlah 114 (19 X 6). Kendati surah al-Taubah tidak didahului dengan kalimat basmalah , namun pada surah ke-27 terdapat dua kata basmalah , masing-masing pada pembuka ayat (0) dan ayat ke-30.

Kalimat Bismillahirrahmanirrahim yang berjumlah 19 huruf, terdapat pada surah ke-1 (al-Fatihah) dengan jumlah ayat tujuh buah. Nomor surah at-Taubah adalah 9, sedangkan jumlah ayatnya sebanyak 129. Penjumlahan kode angka kedua jumlah ayat tersebut pun berjumlah 19, yakni 7+1+2+9=19.

Keajaiban lainnya dari angka 19 ini adalah jumlah ayat dari surah pertama (al-Fatihah) hingga ayat ke-8 (al-Anfal) atau sebelum surah at-Taubah, berjumlah 1.235 ayat, yang merupakan perkalian dari 65 X 19. Al-Fatihah jumlah ayatnya tujuh, al-Baqarah 286, Ali Imran 200, an-Nisa 176, al-Maidah 120, al-An’am 165, al-A’raf 206, dan al-Anfal 75.

Pada surah ke-27 (an-Naml), terdapat dua kata basmalah , satu pada pembukaan surah (kode 0) dan satu lagi pada ayat ke-30. Jarak dari surah ke-9 (at-Taubah) ke surah 27 (an-Naml) berjumlah 19 surah.

Keajaiban lainnya, surah pertama memiliki 7 ayat, surah ke-9 memiliki 129 ayat, dan surah ke-27 berjumlah 93 ayat. Penjumlahan ketiga surah tersebut beserta ayatnya juga merupakan kelipatan angka 19, yakni 1+7+9+129+27+93=266. Bilangan 266 merupakan perkalian 14 X 19. Apakah ini semua sebuah kebetulan? Pendapat yang mengatakan bahwa hasil yang selalu merujuk pada angka 19 itu sebagai kebetulan, terbantahkan dengan bukti-bukti lainnya.

Misalnya, struktur kata dalam kalimat basmalah terdiri atas empat suku kata, yaitu Ism, Allah, Rahman, dan Rahim . Dalam Alquran, kata Ism disebut sebanyak 19 kali, kata Allah sebanyak 2.698, kata al-Rahman sebanyak 57 kali, dan al-Rahim sebanyak 114 kali. Masing-masing kata itu merupakan pembagian dari angka 19 pula. Ism adalah 19 X 1, Allah 19 X 142, al-Rahman 19 X 3, dan al-Rahim 19 X 6. Jumlah total pembagian kata Ism (1), Allah (142), al-Rahman (3), dan al-Rahim (6) berjumlah 152 yang juga merupakan hasil dari 8 X 19.

”Bila semua itu merupakan kebetulan, tak mungkin hasilnya selalu berjumlah atau merupakan perkalian maupun pembagian dari angka 19. Ini merupakan pembuktian dari keseimbangan dan komposisi penyusunan kalimat yang sangat teratur, terencana, dan tersusun secara matang oleh Allah SWT,” jelas Sampayya. sya


Kalimat
Basmalah dan Misteri Angka 0

Mungkin sebagian besar umat Islam tak pernah menyadari keteraturan kalimat basmalah . Bahkan, ketika kata Bismillahirrahmanirrahim sebagai pembuka surah, mungkin banyak yang menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa dan hal itu merupakan kehendak Allah SWT.

Namun, komposisi jumlah huruf, jumlah kata basmalah yang ditempatkan sebagai pembuka surah, dan tidak disepakatinya kata itu sebagian dari ayat Alquran atau bukan, ternyata bagi ilmuwan matematika memberikan sebuah fenomena yang sangat unik dan menakjubkan. Disadari atau tidak, kata basmalah dalam Alquran yang berjumlah 114 itu, sebanyak 112 di antaranya tidak diberi nomor ayat atau hanya ditandai dengan bilangan 0 (nol).

Angka 0 (nol) ini ternyata memberi dampak yang sangat besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Sejarah mencatat, al-Khawarizmi adalah orang yang menulis pertama kali dalam buku Aljabar pada tahun 976 Masehi. Kemudian, setelah dibawa dan diperkenalkan ke Eropa oleh Leonardo Fibonacci, ternyata mendapatkan sambutan yang luar biasa.

Bahkan, revolusi ilmu pengetahuan, khususnya matematika, yang menjadi cikal bakal semua ilmu pengetahuan berkembang pesat setelah digunakannya bilangan nol ini. Teori-teori fisika, kimia, biologi, astronomi, beserta aplikasinya bermunculan dalam peradaban Eropa. Dari angka ini, kemudian lahirlah perhitungan dengan menggunakan sistem binary, 0 dan 1 yang kemudian menjadi cikal bakal komputer.

Demikian juga, dalam Alquran. Kalimat basmalah yang keberadaannya dalam Alquran bagi beberapa kalangan masih diperdebatkan penempatannya sebagai ayat atau bukan ternyata secara aksiomatik menjawab segala perbedaan pandangan tersebut dengan sangat menakjubkan. Di manakah Alquran ‘menyembunyikan’ bilangan 0 (nol) ini? Abah Salma Alif Sampayya, dalam bukunya Keseimbangan Matematika dalam Alquran , menemukan hasil yang mengagumkan.

Pertama, dalam surah al-Fatihah terdapat satu kalimat basmalah yang ditempatkan pada awal surah (ayat 1). Angka 1 merupakan bilangan asli terkecil, yang ‘bukan bilangan prima dan juga bukan bilangan komposit’, karena bilangan itu hanya memiliki satu faktor perkalian saja, yakni 1 X 1, dan kalimat basmalah dalam surah al-Fatihah dengan nomor ayat 1 mewakili bilangan 1.

Kedua, surah at-Taubah tidak dibuka dengan kalimat basmalah , alias kosong (blank, empty) . Kosong bukan bilangan melainkan sifat dari bilangan. Adanya kekosongan dalam penempatan kalimat tersebut pada surah at-Taubah, berkaitan erat dengan sebutan lain surah ini, yaitu al-bara`ah yang artinya bebas. Kosong dapat didefinisikan sebagai sebuah sifat bilangan yang berarti bebas dari nilai apa pun. Ketiga, sebanyak 112 surah, kata basmalah tidak ditandai dengan nomor ayat kecuali tanda 0 (nol), nilai terkecil dari sebuah bilangan. Notasi 0 untuk 112 ayat tersebut adalah untuk membedakan dengan surat at-Taubah yang ‘kosong’ kalimat basmalah .

Apa perbedaan antara ‘kosong’ dengan bilangan 0? Kebanyakan orang menganggap bahwa 0 sama dengan tidak ada atau kosong. Tapi, bagi ilmuwan matematika, 0 tidak sama dengan kosong dan kosong tidak sama dengan 0.Ambillah kalkulator dan cobalah melakukan perhitungan. Bila sebuah bilangan dikalikan dengan angka nol, hasilnya akan nol (0). Tetapi, bila sebuah bilangan dikalikan dengan kosong ( isblank ), hasilnya #VALUE!.

Begitu juga, bila dilakukan pembagian, hasilnya akan berbeda. Misalnya, 114 dibagi 0 sama dengan #DIV/0! atau error . Sedangkan 114, dibagi kosong hasilnya sama dengan #VALUE!.Dengan petunjuk tersebut di atas, Sampayya menegaskan, ”Kalimat basmalah di luar surah al-Fatihah adalah bagian dari ayat Alquran dengan ayat bernomor 0.”
Wa Allahu A’lam. sya


Keajaiban Angka 7

Alquran menyebutkan sejumlah angka atau bilangan. Di antaranya angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 19, 20, 100, 200, 1.000, 2.000, 100 ribu, dan lainnya. Dibandingkan dengan lainnya, bilangan yang paling sering disebut dalam Alquran adalah tujuh (7). Apakah keistimewaan bilangan ini?

Dalam Alquran, angka tujuh disebutkan pada 23 surah, dimulai dari surah al-Baqarah [2] ayat 29, dan diakhiri pada surah an-Naba’ [78] ayat 12. Penyebutan angka tujuh berkaitan dengan penciptaan langit dan bumi, kisah-kisah dalam Alquran, misalnya ketika Nabi Yusuf menafsirkan mimpi Raja Mesir tentang tujuh ekor sapi yang gemuk dan kurus serta tujuh tahun musim subur dan paceklik. Kemudian, kisah umat Nabi Hud yang diturunkan siksa selama tujuh malam delapan hari, kisah Ashabul Kahfi, dan lainnya.

Para ahli tafsir juga banyak menafsirkan tentang maksud angka tujuh ini. Misalnya, dalam buku Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan Hadis , dibahas secara detail mengenai kemukjizatan angka tujuh ini. Di antaranya, tujuh ayat surah al-Fatihah yang disebut juga dengan al-Sab’u al-Matsani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang), lalu ada tujuh surah yang panjang (al-Sab’u al-Thiwal) .

Kemudian, angka tujuh juga dicontohkan dalam pelaksanaan ibadah haji. Tawaf tujuh kali, sai tujuh kali, melempar jumrah dengan tujuh batu kerikil. Angka tujuh juga terdapat dalam gerakan shalat, yaitu posisi sujud yang harus menempelkan dahi, dua telapak tangan, dua lutut, dan dua ibu jari kaki.

Dalam Alquran, terdapat pula tujuh surah yang dimulai dengan kalimat tasbih ( Subhana ), yakni surah Al-Isra, Al-Hadid, Al-Hasyr, Al-Shaff, Al-Jumuah, Al-Taghabun, dan al-A’la.Bahkan, angka tujuh atau kelipatannya juga dijadikan penyebutan dalam Alquran maupun contoh lainnya. Misalnya, angka 70, jumlah huruf Arab (28), jumlah surah yang dimulai dengan huruf yang disebut fawatihu al-suwar (pembuka surah), seperti Alif Lam Mim, Yaa Sin, Haa Mim, Tha Ha, Qaf, Nun, dan Alif Lam Ra , berjumlah 14.

Dalam Alquran, penyebutan angka tujuh yang dimulai dari surah al-Baqarah [2] ayat 29, dan diakhiri pada surah an-Naba’ [78] ayat 12, memiliki makna yang sangat mengagumkan.
Jumlah surah yang berada di antara surah al-Baqarah hingga surah al-Naba sebanyak 77 surah. Jumlah ayat yang berada di antara keduanya (dari ayat pertama hingga ayat terakhir yang menyebutkan angka tujuh), berjumlah 5.649 ayat, yang merupakan perkalian dari 807 X 7.

www.jakarta45.wordpress.com/.../hikmah-keistimewaan-angka-19-0-dan-7/