Kamis, 25 Maret 2010

Izinkan Aku MendekatiMu

Tabungan: 27 Mei 2008 (pz ultah Bunda)

Sakura itu jatuh
Tapi ada yang lebih jatuh lagi
Yakni air mata hati ini

Bunga tulip itu gugur layu
Tapi ada yang lebih layu lagi
Adalah harga diri yang semakin bejat ini

Eforbia itu layu lenyap
Namun ada yang lebih lenyap lagi
Ialah rasa malu yang semakin hari
Semakin memudar ini

Bungan alang-alang itu terbang
Tertiup angin senja
Tapi ada yang lebih terbang lagi
Karena tertiup angin maksiat
Itulah jarakku denganMu yang semakin hari
Semakin jauh
Lebih jauh daripada jarak ahli Jahannam
Dengan ahli Firdaus

Allah, dimanakah pada akhirnya ku akan menemuiMu?
Meskipun aku tak pantas berada di tamanMu
Tapi sungguh, aku tak berharap
Aku menemui murkaMu dalam cambukan neraka

Allah, kenalkanlah aku dengan surgaMu
Izinkan aku untuk mengerti akan diriMu
Izinkan aku mendekatiMu
Agar aku bisa bersamaMu dalam tamanMu
Kelak

Dia...

Tebungan: 7 Mei 2008


Kupandangi jalan itu sekali lagi. Sepi. Lengang. Yang ada hanya kehampaan. Dia sudah pergi.

Ketika ku kembali menuju pondok bambu itu, semua sesak serasa mencekam. Dadaku sakit. Tenggorokanku tercekat. Mata ini tak tahan dengan butiran air yang keluar begitu derasnya meski tanpa suara isak.

"Aku tak sanggup lagi!"

Sejenak.

"Mengapa dia tinggalkanku? Apa salahku?"

Embun di sudut mata itu jatuh ke punggung tangannya.

"Mengapa dia setega itu padaku?"

Dia mencoba untuk tegar dengan menahan isak.

"Aku gak terima, apa dia kira bisa dengan mudahnya menyuruhku untuk...."

Lemah itu menyergap lagi. Putus asa.

"....melupakannya...." Tangis itupun meledak

"Aku masih sayang dia, aku masih cinta dia! Ya Allah, beri aku kekuatan!" Dan tangis 23 April malam itupun memecah tenangnya jiwa.

Namun, sedikit waktu jiwa ini mereda. Apalah arti menggundahkan hati. Itu hanyalah cara Sang Terlaknat menjauhkan kita dari panggilan surga untuk berjumpa denganNya.

Bangsat!

Mengapa pikiranku masih teringat pada kejadian di malam itu? Malam dimana sebuah kepercayaan telah terluka. terluka dalam. Tanpa kasih, tanpa sayang.

(Ini fragmen kedua di Diary Merah, yang pertama ada di Diary Biru)

Allah, Aku Kalut!

Tabungan: Kamis, 3 Juli 2008



Dimana letak perasaan itu?
Ketika untuk yang ketiga kalinya
Aku melupakanMu

Panggilan dan seruan kalbuku
Tak pernah ku hiraukan

Allah, aku kalut
Aku tak ingin akhir hidupku
Tertutup seperti ini
Aku kalut, ya Allah!
Aku kalut!
SuratMu tak lagi kubuka
NamaMu telah ku lupa

Kesalahan

Tabungan: Kamis, 3 Juli 2008

Aku heran
Ketika iblis sudah nyata mendekatiku
Aku masih mau menggenggam tangannya

Aku benci
Aku benci pada diriku sendiri
Yang tak mampu memberi contoh
Bagi jiwa dan hatiku

Aku tak ingin mengulangi
Karena aku tak ingin hatiku berucap
"Mengapa bajingan sepertiku
Masih diperkenankan hidup?"

Ku Tak Bisa Berpaling

Tabungan: Kamis, 3 Juli 2008

Hatiku hanya satu
Tapi mengapa...
Ah, aku tak mampu bicara
Sungguh besar dosa yang ku tanggung
Hanya karena penguasa hatiku

Allah, maafkan aku!
Jika aku telah menduakanMu
Perlahan-lahan hatiku bukan lagi untukMu

Aku mencintaiMu , ya Allah!
Tapi aku juga mencintainya

Allah, jika memang cintaku padanya
Bisa membuatku jauh dariMu
Hilangkan rasa ini ya Allah!
Buang jauh-jauh dariku!
Allah, aku mohon...

Hatiku hanya satu
Dan harus kuputuskan
Siapa yang akan menguasainya

Tapi, ya Allah!
Aku merasa sakit jika harus berpisah darinya
Aku merasa aku tak bisa berpaling darinya

Allah, tegaskan aku!
Aku tak ingin berpaling dariMu
Tapi aku juga tak ingin jauh darinya
Aku hanya ingin menghadapMu
Bersama dirinya
Dalam kejernihan hati dan beningnya pikiran

(Alhamdulillahi robbil 'aalamiin...)