Jumat, 16 September 2016

Status FB 16 September 2016


Izzatush Shobihah
16 September pukul 18:25 ·

Sebelum memaksa anak-anak kelas 1 SD yang belum mengenal huruf untuk bisa membaca dengan lancar, gak ada salahnya memaksa diri sendiri untuk membaca huruf Cybertron di film Transformers dulu.
Call me if you can spell it fluently. -_-
#iZzatQuote #iLingChallenges

*ketika emak-emak berambisi tanpa amunisi*
________

Izzatush Shobihah
16 September pukul 18:09 ·

Ikhlas itu meng-Hajar-kan pertanyaan, meng-Ibrahim-kan jawaban. :'(
He made me cry "ikhlas"-ly.

Nadirsyah Hosen
10 September pukul 7:26 ·

Ikhlas

Hajar protes. Mengapa suaminya meninggalkan dia dan anaknya yang masih kecil di padang pasir tak bertuan. Seperti jamaknya dia hanya bisa menduga bahwa ini akibat kecemburuan Sarah, istri pertama suaminya yang belum juga bisa memberi putra. Hajar mengejar Ibrahim, suaminya, dan berteriak: "Mengapa engkau tega meninggalkan kami di sini? Bagaimana kami bisa bertahan hidup?" Ibrahim terus melangkah meninggalkan keduanya, tanpa menoleh, tanpa memperlihatkan air matanya yang meleleh. Remuk redam perasaannya terjepit antara pengabdian dan pembiaran.

Hajar masih terus mengejar sambil menggendong Ismail, kali ini dia setengah menjerit, dan jeritannya menembus langit, "Apakah ini perintah Tuhanmu?" Kali ini Ibrahim, sang khalilullah, berhenti melangkah. Dunia seolah berhenti berputar. Malaikat yang menyaksikan peristiwa itu pun turut terdiam menanti jawaban Ibrahim. Butir pasir seolah terpaku kaku. Angin seolah berhenti mendesah. Pertanyaan, atau lebih tepatnya gugatan Hajar membuat semua terkesiap.

Ibrahim membalik tubuhnya, dan berkata tegas, "Iya!". Hajar berhenti mengejar. dia terdiam. Lantas meluncurlah kata-kata dari bibirnya, yang memgagetkan semuanya: malaikat, butir pasir dan angin. "Jikalau ini perintah dari Tuhanmu, pergilah, tinggalkan kami di sini. Jangan khawatir. Tuhan akan menjaga kami." Ibrahim pun beranjak pergi. Dilema itu punah sudah. Ini sebuah pengabdian, atas nama perintah, bukan sebuah pembiaran. Peristiwa Hajar dan Ibrahim ini adalah romantisme keberkahan.

Itulah ikhlas. Ikhlas adalah wujud sebuah keyakinan mutlak pada Sang Maha Mutlak. Ikhlas adalah kepasrahan bukan mengalah apalagi menyerah kalah. Ikhlas itu adalah engkau sanggup berlari melawan dan mengejar, namun engkau memilh patuh dan tunduk. Ikhlas adalah sebuah kekuatan menundukkan diri sendiri dari semua yang engkau cintai. Ikhlas adalah memilih jalanNya, bukan karena engkau terpojok tak punya jalan lain. Ikhlas bukan lari dari kenyataan. Ikhlas bukan karena terpaksa. Ikhlas bukan merasionalisasi tindakan, bukan mengalkulasi hasil akhir. Ikhlas tak pernah berhitung. Ikhlas tak pernah pula menepuk dada. Ikhlas itu tangga menujuNya. Ikhlas itu mendengar perintahNya dan menaatiNya. Ikhlas adalah ikhlas. Titik.

"Belum cukupkah engkau memahami apa itu ikhlas dari diamnya Hajar dan perginya Ibrahim?"

Dan aku, kamu, serta kita....semuanya tertunduk pasrah bersama Malaikat, butir pasir dan angin.

Tabik,

Nadirsyah Hosen
*meng-Hajar-kan pertanyaan, meng-Ibrahim-kan jawaban*
8 Zulhijah 1437H
__________

Izzatush Shobihah memperbarui bionya.
16 September pukul 16:25 ·

나 는 할수 있다.
__________

Izzatush Shobihah memperbarui bionya.
16 September pukul 11:36 ·

Selamat mengulang hari jadi SMA Negeri 3 Jombang. Semoga semakin sukses dan jaya selalu. :)
___________

Izzatush Shobihah
16 September pukul 7:38 · 

"Penjual nasi goreng itu lo nglamak, Mbak!"
"Penjual nasi goreng yang mana?"
"Yang pinggir jalan itu lo Mbak, ngarepe konter."
"Nglamak piye?"
"Moso aku tuku pulsa, ora didoli sampe aku ngenteni suwi."

Golok, mana golok? -_-
_______

Status FB 15 September 2016

Izzatush Shobihah
15 September pukul 11:52 ·

Dulu...
"Nyanyinya sampeyan enak, Mbak. Lebih enak lagi kalau gak nyanyi."

Sekarang...
"Wuih, suaranya pas nyanyi bisa enak gitu ya? Gimana kalau gak nyanyi, coba!"

Oke, lebih sopan.
________

Izzatush Shobihah menambahkan foto profil sementara.
15 September pukul 7:26 · 


__________