Selasa, 07 Desember 2010

Calon Dokter dari UI

New job!
New profession!
New desk!

Pagi ini sebelum berangkat ke kampus aku menyempatkan diri untuk mengembalikan buku ke Basecamp FASSAL karena ada 4 buku yang belum ku kembalikan yang ku pake buat nyari judul skripsi kemarin. Setelah itu langsung berangkat ke perpustakaan pusat buat mbalikin buku yang dah saatnya dikembaliin. Dah cukup trauma juga sih telat ngembaliin buku ke sono, habisnya sekarang dendanya naik dua kali lipat dari denda sebelumnya. Sekarang jadi Rp. 200/buku/hari. Sekarang keliatan banget kalo telat dua bulan dendanya dah bisa ku pake buat beli buku baru milik sendiri.

Berhubung dilema tragis itulah yang mbuatku harus kembali ke tradisi SMAku dulu: DISIPLIN.. Akhirnya dengan kesadaran penuh *lebih tepatnya takut kena denda yang lebih biadab lagi* aku kembalikan 2 buku yang sebelumnya ku pinjam TEPAT PADA WAKTUNYA, Sodara2.

Begitu sampai di lante 2 yang notabene merupakan tempat peminjaman dan pengembalian buku aku langsung naruh buku untuk dikembalikan dan nyari buku lainnya untuk dipinjam. Karena server buat pendataan di komputernya mati, akhirnya pendataan buat pengembalian dan peminjamannya kembali ke teknis manual alias ditulis make tangan..

Balada belum terjadi ketika yang didata adalah buku pinjaman yang ku kembalikan. Tapi tak lama kemudian yang didata dalah buku yang baru ku pinjam. Mau tidak mau terjadi juga percakapan selanjutnya ketika pendataan dua buku tersebut: Prophetic Medicine karyanya Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah dan Penyakit Kulit dan Kelamin karya dr. Puspita Laksmintari.

"Servernya mati, Mbak?" ku beranikan diri bertanya.

Dengan ramah sang petugas menjawab, "Iya, Mbak.."

Tidak lama keudian, mungkin karena telah mencerna buku pertama yang ku pinjam (Prophetic Medicine) akhirnya dia bertanya, mungkin menebak2, "Akper, Mbak?"

"Ow, nggak..", jawabku sambil senyum tanpa birahi.

Sang petugas masih terus mendata, kali ini buku yang kedua (Penyakit Kulit dan Kelamin). tetap dengan nada penasaran, "Dokter, Mbak?"

"Nggak jugaa..", kataku dengan senyum yang mulai ramah.

"Ooo", sang petugas masih juga percaya dengan tatapan yang masih istiqomah penasarannya. Sejurus kemudian pendataan selesai dan sebelum aku meninggalkan meja petugas, aku berkata,

"Kalau calon dokter, iya," kataku sambil tetap senyum. Kali ini dengan sukses aku tersenyum najis trilili. Benar2 mugholadhoh!

Eh, malah sang petugas menanggapi serius, "Sama aja, Mbak. Ya itu maksud saya." Kali ini tatapannya bukan lagi karena penasaran, bukan juga kagum, salut atau bangga. Tapi tampaknya lebih karena melihat cewek dengan muka tak rata make baju batik yang berada di hadapannya bisa mendapatkan gelar DOKTER, mengingat tinggi badan yang semampai (semeter tak sampai) ini.


Barangkali jika setelah ku tinggalkan mejanya lantas dia bilang, "Masya Allah, universitas mana ya yang mau ngelulusin dokter cebol kayak dia?", maka aku tak akan ragu menjawab, "UI!" dan ku teruskan di dalam hati, di Jombang.

Fakta: Mohon doanya aja dari temen2, moga2 aku segera bisa jadi dokter, dengan spesialisasi Sp.Pd (Spesialis Pendidikan), yang siap menyembuhkan sekolah dan pendidikan di Indonesia dari penyakit-penyakitnya, walaupun tanpa gelar "dr" (dokter) di depan namaku..

Minggu, 10 Oktober 2010

Akhirnya Bumipun Meminta Haknya

Selesai makan malam, agenda selanjutnya di malam liburan ini adalah MEROKOK SAMBIL NONTON TV. Stop kontak sudah tertancap dan segera kuraih remote control yang ada di atas meja depan tv. Sekilas ada kepuasan yang melintas di dada. Bagaimana tidak, bagi laki-laki sepertiku, kenikmatan apa yang bisa menandingi hisapan rokok setelah perut kenyang? Ternyata dalil yang diucapkan perempuan itu benar:

Ni’matul ‘uduud ba’dad dahaar.

Hahahaha, memang kenikmatan merokok itu setelah makan. Kali ini aku setuju dengan dia, tapi tidak untuk sikap antirokoknya itu. Pernah suatu hari dengan seenaknya dia menyuruhku pergi gara-gara dia tidak suka asap rokok. Alasannya karena asap rokok itu lebih membunuh mereka yang tidak merokok daripada perokok itu sendiri. Kalau menurut aku sih, siapa suruh jadi perokok pasif! Lebih baik jadi perokok aktif sajalah, resikonya juga lebih ringan. Ya gak?

“Jadi orang blo’on banget sih ente nih! Kalo emang nyari resiko yang lebih ringan, ya udah, mending gak usah merokok dan gak usah kumpul dengan manusia ahli hisap (sebutan untuk para perokok di komunitasku) aja sekalian! Pokoknya ente boleh merokok di dekatku asal gak ngeluarin asap!”

Teman-teman yang mendengar pernyataan terakhirnya itu langsung geerrrr… Maklum, untuk komunitas pecinta seksologi seperti kami seringkali ada neuron otak yang menghubungkan setiap kata yang tertangkap gendang telinga dengan istilah dunia prostitusi. Harap keikhlasannya untuk tetap membaca tulisan ini sampai selesai. Kami memang terbiasa dengan pernyataan-pernyataan yang membutuhkan banyak penafsiran itu dan kami menyukainya untuk sekedar melepas penat. Jika ada yang mual, langsung dimuntahkan saja, aku tadi sudah kok. Di kamar mandi, muntah karena merokok tanpa asap.

Oke, sekarang aku sedang menyaksikan salah satu acara televisi yang judulnya hampir sama dengan nama senjata tajam, meskipun ukurannya kecil. (Kali ini tidak ada hubungannya dengan istilah dunia prostitusi, sumpah!) Acara tersebut menampilkan sebuah pohon beringin besar di wilayah pemakaman yang roboh karena terseret angin puting beliung. (Sekali lagi, tolong jangan meniru kelakuanku dan teman-temanku untuk menghubungkan kedua kata sebelum tanda buka kurung tadi dengan rangkaian huruf yang kurang beradab! Terima kasih.)

Diberitakan juga bahwa bencana yang akhir-akhir ini sering melanda negeri yang katanya kaya raya tersebut tidak hanya mengganggu ketenangan mereka-mereka yang masih hidup, tapi juga mengganggu mereka-mereka yang sedang istirahat tenang di alam sana. Barangkali kesimpulan itu diambil dari fakta bahwa ada kijingan makam yang mencuat hingga berdiri 180 derajat di sekitar akar pohon beringin yang tumbang di kawasan Jawa Barat itu dan memperlihatkan isinya yang masih terbungkus kafan.

Wah, wah, wah…

Beberapa hari sebelumnya di wilayah Timur juga terdengar kabar mengenai banjir bandang yang menyebabkan 97 warga tewas dan 70 warga masih belum ditemukan. Karena aku hanya mendengar kabar tersebut samar-samar, aku hanya jadi pendengar yang baik hati ketika ada yang berkata bahwa rumah yang terseret banjir itu menjadi seperti kapal-kapalannya adik-adik TK dan SD di dalam bak kamar mandi. Bahkan beberapa waktu yang lalu juga ada tanah longsor di sejumlah tempat dan jalan yang ambrol hingga aspalnya hilang beberapa puluh meter. Rumah dan bangunan yang megahpun tak lagi berpenghuni. Semuanya mengungsi ke tempat yang katanya (lagi) lebih aman. Rata-rata berita tersebut menggunakan cuaca yang ekstrim sebagai alasannya.

Ck, ck, ck…

Aku yang kata perempuan itu disumpahi blo’on mulai sedikit berpikir. Kalau tumbangnya pohon yang berumur sekitar 20 tahun tersebut juga karena cuaca yang ekstrim, lantas siapa yang harus bertanggung jawab atas semua ini?

Ah, pikiranku jadi penat! Aku kok malah ikut-ikutan pusing begini sih? Apa urusanku dengan mereka yang terkena bencana itu? Masa bodo, yang penting sekarang aku masih bisa menikmati rokok dengan secangkir kopi legam. Tapi tunggu! Bagaimana kalau yang ada di dalam bencana itu adalah ibuku, orang tuaku satu-satunya? Ibuku?

Aku bergegas menuju kamar tidur. Ibuku tidak ada. Kemana perginya dia? Kutanyakan kepada tetanggaku yang jarang aku sapa, katanya ibuku ikut pengajian di desa sebelah. Setelah aku ucapkan terima kasih kepada tetanggaku itu ada kelegaan yang mendalam ketika kulihat ibuku sudah memasuki pintu rumah dengan membawa sajian pengajian alias berkat. Kurang ajar! Anak macam apa aku ini sampai dimana ibuku berada saja aku tak tahu. Bagaimana aku bisa memastikan keadaannya baik-baik saja jika keberadaannya tak pernah kuperhatikan? Selepas berpisahnya ibu dan ayahku karena perbedaan prinsip, yang kukerjakan hanyalah makan, tidur, nongkrong, kebut-kebutan di jalan, ya seputar itulah duniaku. Tak ada makna, tak ada manfaat untuk orang lain. Ah, persetan dengan makna dan manfaat!

Sekali lagi, aku yang pernah disumpahi teman perempuanku sebagai orang yang blo’on kembali berpikir ilmiah, meskipun sedikit. Tampaknya bukan hanya cuaca yang ekstrim yang menyebabkan bencana itu terjadi, tapi juga kurangnya regenerasi dan penghijauan kembali di wilayah padat penduduk. Ditambah lagi jumlah pemukiman warga juga semakin mempersempit lahan hijau dan polusi yang semakin hari semakin memperbesar lubang intip matahari lewat ozon bumi. Heh? Polusi?

Bentar, bentar!

“Iiiiiggghhh, ente nih apa-apaan sih? Malem-malem gini telpon orang yang lagi tidur! Ini udah jam berapa? Gangguin orang lagi istirahat aja! Ada apa?”, celoteh perempuan itu di seberang sana.

“Gini, Jeng King, eh salah, Jeng Ping, selain asap pabrik dan kendaraan bermotor, polusi itu apa lagi?”

“Ente nih cuma mau tanya gituan doang? Ya elah, Kho, Kho!”, terdengar perempuan yang bernama Pingky itu menguap, “Hoooaaahmm, ya banyaklah! Mulai dari plastik yang ente buang sembarangan, asap dan suara motor yang ente pake buat kebut-kebutan pas malem-malem di jalan raya tuh, air bekas deterjen yang kemaren ente pake buat nyuci baju sampe asep rokok ente juga polusi!”

Yah, dia mulai beraksi. Stay tune untuk tetap menjadi pendengar yang baik.

“Makanya daur ulang tuh limbah, buang sampah pada tempatnya, tanem pohon mulai sekarang dan JANGAN MEROKOK! Ente kan demen banget merokok, mana bungkus dan plastiknya gak pernah masuk tempat sampah lagi, mesti dibuang sembarangan! Kalo yang ngerokok cuma ente sih mungkin gak banget-banget masalahnya, karena perokok kayak ente tuh gak akan pernah bisa tua karena rata-rata bakalan mati muda.”

Tunggu, tunggu!

Kayaknya kali ini aku memang benar-benar pantas untuk dinobatkan menjadi pendengar yang baik untuk si Pingky. Tapi bukan itu penobatan itu yang aku cari.

“Tapi kalo perokok kayak ente nih jumlahnya lebih dari satu negara trus ngerokoknya setiap hari, setiap waktu, setiap 3 menit ngabisin satu batang, walah-walah, bisa-bisa atap rumahku kebakar matahari langsung tuh gara-gara ozonnya bolong dimana-mana kena polusi asap rokok. Emangnya kenapa siy kalo gak me…..”

Bla bla bla bla. Dia begitu tamak mengunyah aksara. Mulai merokok sampai ke kebakaran hutan, terus menyambung ke bumi yang sudah keberatan muatan. Hingga akhirnya aku mendapatkan kesempatan untuk bertanya ketika dia mulai menguap, tanda matanya agak tidak bisa diajak kompromi. Tapi mungkin dia memaksakan. Buktinya…

“Tapi kalo misalnya ntar nanem pohon trus pohonnya kena puting beliung juga gimana?”

“Lhah kalo yang nanem itu manusia macem ente, trus kok masih juga kena musibah kayak gitu, itu mungkin karena dosa ente, kenapa ente gak segera tobat-tobat. Makanya sebelum Allah ngasih peringatan, ente tuh cepetan sadar dan segera balik ke Yang Ngecat Cabe. Lagian, pelit banget sih, masa ente tega cuma nanem satu tumbuhan doang? Tiga kek, ato lima gitu, syukur-syukur satu kebon. Dah, ah, aku mau tidur lagi! Alamicum…”

Tut tut tut! Nada telpon mati mengakhiri salamnya dengan lafal kekanak-kanakan.

Kalau ingat-ingat kata-kata dia yang terakhir, apa benar musibah di negeri ini sedikit banyak juga karena sumbangan dosaku? Emang dia gak punya dosa? Kan cuma malaikat yang gak punya dosa. Emang dia malaikat? Fiuh! Kok aku jadi masuk ke pembahasan dosanya Pingky gini sih? Kalau yang aku butuhkan itu saran dan pendapatnya, kenapa aku mesti mikirin siapa dia? Bukannya yang penting itu apa yang aku cari udah aku dapat? Eh, sejak kapan aku mau mendengarkan saran dan nasihat orang lain?

Ah, masa bodo! Lebih baik aku menuruti nasihat si Lidah Yang Gak Bisa Keriting itu sebelum ibuku menjadi korban banjir bandang. Sebelum satu-satunya orang yang memilih lebih mendahulukan aku makan sebelum dia sendiri makan digerogoti kanker paru-paru karena asap rokokku.

Sebelum nisanku tercabut oleh angin rebut gara-gara saking tuanya pohon di sekitar makamku.

Sebelum si bumi kembali meminta haknya atas pasirnya yang telah aku rampas untuk bangunan rumahku. Atas udara yang tak pernah luput dari pekaknya suara gembreng dan asap motorku. Atas airnya yang setiap hari kulimbahi dengan sabun yang kupakai untuk mengenyangkan syahwatku sendiri. Atas oksigen yang mungkin sudah terlalu bosan untuk menahan nafas karena masuk ke dalam hidungku yang penuh dengan asap rokok. Atas semua penghinaan dan penyiksaaan yang telah aku lakukan kepada bumi ini. Sebelum akhirnya ketenanganku dan ketenangan ibuku di alam barzah terusik.

Baru kali ini aku merasa bersalah.

Merasa kehidupanku selama ini tidak ada gunanya sama sekali. Merasa bahwa aku telah menjadi pecundang sepanjang masa. Tak mau berpikir apalagi berusaha menjadi orang yang berguna untuk kebaikan orang lain dan alam sekitarku. Tapi aku merasa masih merasa berat untuk meninggalkan asap rokokku dan kepuasan “rokok”ku yang itu, bahkan cenderung tidak mungkin.

Memoriku kembali mengingatkanku pada ucapan si cerewet tadi, “Yang penting prosesnya, ente harus berusaha untuk berhenti merokok, entah itu merokok dengan asap atau dengan busa. Penilaian Allah tuh bukan kayak UAN, Bro! Yang Allah lihat tuh bukan melulu hasil akhirnya aja, tapi juga seberapa konsisten ente berusaha dan seberapa keras ente mau berjuang untuk menjadi hambaNya yang baik hati, gak sombong dan rajin menabung. Kalo rajin menabung kan dah banyak tuh uang yang terselamatkan dari ajal untuk menjadi abu rokok. Ya gak?”

Dia benar. Ya Allah, meski aku belum bisa berhenti total dari merokok, dengan asap maupun tanpa asap, beri aku kekuatan untuk terus berusaha meninggalkannya, walaupun dengan cara pelan-pelan dan bertahap.

Bismillah…

Aku bertobat kepadaMu, wahai Dzat Yang Mengecat Cabe.



(Terima kasih kepada si Ikho atas curahan hati dan konsultasinya, semoga niatan baikmu dibantu sepenuhnya oleh Allah..)

Kamis, 01 Juli 2010

Allah, Terima Kasih, Kau Mengizinkanku Menjadi Kaya

Sebulan yang lalu..

Ada yang bertandang ke rumahku, memintaku menyebutkan apa masalahku.. aku menjawab begitu banyak yang aku pikirkan.. Orang tua, kondisi keuangan keluarga, aktivitas BEM dan UKM di kampus yang sukses membuat otakku jadi begitu keruh, tugas2 kuliah menjelang UAS, KKN yang belum mbayar, masya Allah........

Aku mengusirnya karena sikapnya itu telah mengusikku.. Dia tidak memberiku solusi yang nyata, hanya abstraksi saja.. Wahai tamuku, yang aku hadapi ini bukanlah skripsi yang menggunakan abstraksi segala, tapi benar2 persoalan yang nyata untuk seorang perempuan yang masih belum boleh bekerja, sekedar untuk meringankan beban orang tua, padahal masih banyak tanggungan yang perlu dipenuhi..

Satu minggu kemudian..

Aku kehabisan kesabaran.. Otakku menunjukkan taraf 100 derajat Celcius untuk ukuran otak manusia super...bebal!!! Ia mendidih, uapnya berubah menjadi uap mata.. Bola berlensa itu mencair, akibat dari panasnya otak bertemu dengan dinginnya hati.. Entahlah sudah berapa orang yang aku semproti huruf2 beraroma sambal akhir2 ini..

Sesosok tamu hadir lagi di rumahku, tapi ia bukan yang sebulan lalu datang kepadaku.. Ia agak berbeda, meski raut mukanya sama.. Ia tidak menanyakan apa masalahku, tapi langsung menuju pada mengapa aku bermasalah.. Aku menjawab dengan jawaban yang tak jauh berbeda dengan pertanyaan pertama, empat minggu yang lalu.. Mungkin hanya dengan tambahan "karena", "sebab" dan sebagainya.. Ya! Memang pertanyannya MENGAPA, maka jawabannyapun harus rasional, setidaknya bisa diterima di akalnya..

Tapi kehadiran tamu keduaku ini sepertinya bukan yang aku harapkan.. Yang aku rasakan malah lebih parah dari yang pertama.. Aku tidak hanya mengusirnya, tapi juga menendangnya dan membantingnya.. Ku kerahkan segenap jurus Wushu dan Tai Chi yang pernah ku pelajari, tapi dia tidak juga berpindah tempat.. Hingga saat ini dia masih menghuni rumahku.. Aku masih saja disetir dengan jiwa pesimisku..

Dua minggu yang lalu..

English-Arabic and Calligraph Competition sudah usai.. Seminar nasional entrepreneurship telah terlaksana.. Kongres BEM Fakultas selesai dan Pemilu rayapun telah mendapatkan hasilnya, memberitahukan kepada masyarakat bahwa ada yang lebih baik dari aku..

Ia datang lagi, tapi tidak menanyakan apa masalahku, tapi menanyakan apa yang aku rasakan.. Ia tahu temannya yang bertanya "mengapa-kenapa" itu masih bertengger di kursiku.. Akhirnya ku menjawab tanpa memperhatikan jarum nasibku, berapa derajatkah angka yang ditunjuknya untuk suhuku.. Ia membersihkan permukaan otakku.. Ada banyak debu di sana, benda seperti sarang laba2 dan pasir2 kasar.. Kemudian ia menyerap isi otakku dengan sebuah benda, sepertinya aku pernah kenal.. Mungkin sejenis hati.. Lalu ia memeras isi otakku yang sudah terserap tadi.. Wuih, kayak kain pel yang diperas setelah dipakai untuk membersihkan lantai yang dekiiiiiiiiillll banget.. Selepas itu, ia memintaku melihat suhuku.. Aku melihatnya.. Dua puluh tiga derajat Celcius.. Kok cepet banget ya turunnya?

Tujuh hari kemudian..

Dua per tiga dari tugas kuliahku selesai.. BEM tinggal menunggu waktu untuk segera mengadakan rapat kerja.. KKN dan UAS telah lunas terbayar, tinggal menunggu jaket baru dari almamater.. Namun orang tuaku masih juga begitu, tak pernah berubah acaranya: berantem, bertengkar, perang dingin, sesekali akur, rukun kayak gak ada apa-apa..

Si penanya "mengapa-kenapa" tetap diam, tapi temannya yang mulai melancarakan aktivitasnya: menanyaiku.. Tapi kali ini dengan pertanyaan: bagaimana aku bisa menyelesaikan persoalanku? Aku jawab, "Aku tidak tahu"..

Ia lalu menunjukkan mereka yang diabaikan orang tuanya, menunjukkan mereka yang darahnya dihisap oleh nyawa karena kelainan sistem peredaran darah, juga mereka yang hanya mampu menangis karena tak mungkin lagi memiliki anak kandung karena digerogoti kanker serviks telah menyita rahimnya.. Ia juga memperlihatkan kepadaku mereka yang tanpa selimut dan bantal tidur di kolong jembatan dan mereka yang hanya mampu makan sekali seminggu.. Kepadaku, ia juga menyuguhkan pemandangan mereka yang kehilangan rumah dan keluarga, uang yang menjadi daun hanya untuk membeli nafas karena ia harus menggunakan tabung oksigen untuk paru2nya dan seorang pelajar yang kehilangan 3 ponsel dan dompet serta surat2 penting yang ada di dalamnya: SIM, STNK, KTP, 3 kartu kredit dan uang berlembar2.. Bahkan ia juga menunjukkan mereka yang berdebat di kursi jabatan tanpa memiliki akal dan tanpa menggunakan hati..

Aku bangun, ia kembali berucap, tapi kali ini tidak untuk bertanya, "Jika kau jatuh tujuh kali, bangunlah untuk yang kedelapan kalinya.. Karena biar bagaimanapun, kegagalan itu bukan kesalahan.."

Akhirnya si penanya "mengapa-kenapa" mulai bicara, "Kau begitu kaya, mengapa kau masih merasa kurang? Kalau kau ingin merasa tenang, mengapa tidak kau coba untuk menerima apa yang telah diberikan oleh Tuhanmu sehingga kau bisa merasa menjadi orang yang paling kaya?"

Aku menunduk, baru ku sadari, bahkan masalahku sendiri adalah hartaku.. Harta yang membuatku menjadi semakin kaya..

(Sobatku, ku refleksikan ceritamu pada kisahku..)

Kamis, 27 Mei 2010

27 Mei

Salah seorang yang pernah ikut ke perdebatan kemarin pas rapat ada di sekitar sini, tapi gak masalah, dia dah q maafin meski dia gak minta maaf.. Cuma q masih inget aja akan siapa aku dan siapa dia.. Maka dari itu aku pengen belajar bagaimana bisa menjadi pemaaf instan dan permanen.. Seneng banget kali ya jadi orang yang gampang maafin dan sulit sakit hati.. Duuuhhh, jadi pengen.. ^^

Tapi sodara2, saat ini bukan itu yang jadi pusat tulisanku.. Sekarang tanggal 27 Mei 2010, bertepatan dengan tanggal ulang tahunnya ibuku tercinta. Masalahnya aku gak bisa ngasih apa2 ke ibu.. Q juga gak tau mau berbuat apa2 ke ibu.. Kemarin aku nulis di dinding profil Facebooknya ibu n nulis "Sanah hilwa ya Umi" dan setelah itu sorenya Mas Rosidin, temen kuliah ibu di S2 pas biz ngobrol di kantin ngasih kado ke ibu berupa KRUPUK Rp. 200an dan PERMEN 1 biji. Wkkwkkwkkwkkwkk, katanya jangan ngeliat apa pemberiannya, tapi lihatlah ketulusannya.. Ada2 aja tu orang..


Trus semalem, q terbangun jam 01.56an dan karena di sampingku tergeletak hapeku yang dari tadi nemani bantalku tercetak dan terstempel liur tidurq langsung aja q ambil dan nulis SMS ke nomornya ibu, "Happy Birthday Mom.." dan send! Gak lama kemudian terdengarlah suara ayam berkokok tanda SMS yang kukirim nyampe di hpnya ibu..

Hmmmm, paginya ibu langsung ketawa mbaca SMSq.. Kenapa ketawa? Gimana gak, lha wong yang ngirim aja masih ngorok dan baru aja diobraki buat bangun tidur biar cepet2 mandi dan berangkat ke kampus, tapi kok tiba2 ada SMS dari nomorku.. Hihihihiihihi..

Gak lupa juga q sampein ucapan met ultah dari masq buat ibu, met ultah moga panjang umur dan sehat selalu, plus cepet naik haji.. Ibu dengan antusias njawab, "Amiiiiiiin"..


Yanh, Sanah hilwa aja dah buat ibu, moga tambah sukses dan jadi penghuni surga tanp hisab..

Kursus Ayah Bunda

Ni adalah puisiku yang ngebut nulisnya *sampe dibela2in mbuatnya di tempat yang seadanya (pos satpam, red.) dengan tema yang sudah ditentukan oleh redaktur* gara2 diuber deadline mading HMJ PAI.. Tapi setelah ditampilin di mading beserta puisi "KULI SI JANDA" *yang juga karyaku (sejarahnya niy si redaktur minta q mbuatin 2 puisi, yang satu bertema hari pendidikan dan yang satu bertema hari buruh)*, eh malah puisi di bawah ini yang laris duluan, yang si kuli masih te2p terpampang di balik kaca mading..

Gak tau siapa yang ngambil, tiba2 aja kertas yang berhiaskan tinta Pilot merah ini bisa hilang dari lembaran gabus mading.. Ada yang naksir kali ya dengan gaya bahasaku yang lagi kaco kaya gini.. Ato emang dia keabisan kata buat ngritik niy puisi???

Entahlah, tapi yang jelas kalo ada yang mau mbaca puisi yang berjudul KURSUS AYAH BUNDA ini q harap ada yang mau ngasih komentar ato kritikan yang membantu pembangunan karyaku, tanpa mengurangi substansi dan gaya bahasa puisinya.. Makasih sebelumnya..


"Bajingan!"

Dia bersaing lidah dengan bibir nuraninya

"Bangsat!"

Kembali dia mengulangi bilangan Jahannam itu

Dalam hatinya dia berbisik penuh seru,

"Apa sebenarnya yang mereka angankan

Dari buliran sarat amarah?"



Sesaat dia meleburkan jiwa dalam mimpi

Andai mereka saling mengerti

Andai mereka saling memahami

Andai mereka mau mengalah

Dia menggelengkan pijakan akar rambutnya


Tatkala dia merenung untuk yang ke sekian kalinya

Andai di negeri ini hadir

Sebuah pendidikan untuk orang tua

Pasti tiada lagi anak korban pecahnya keluarga



Lagi-lagi dia menggelengkan kepala

Begitu menyadari bahwa dia hanya bermimpi

Rabu, 26 Mei 2010

Hilangnya Jati Diri Sebatang Facebook

Jengkel banget dah ma Facebook, habisnya setelah sini dah percaya buat njaga tu foto eh ternyata yang punya akun sendiri aja susah banget dah masuknya. Login sini, login situ, login sono.. Banyak banget siy yang harus di-login-in!

Ni yang namanya Mark Zuckerberg dah kewalahan ngadepin para hacker *jadi keinget google yang gak betah tinggal di China gara2 gak betah ma serangan hacker2 sono* ato emang lagi nyalurin hobinya ya kok akunku bolak-balik harus login?

Mau mbuka profil, "Anda harus login untuk melihat halaman ini". Mau upload foto, "Anda harus login untuk melihat halaman ini". Mau nulis komentar, "Anda harus login untuk melihat halaman ini". Masya Allaaaaaaahhh..
*jangan2 mau nikah lewat fb juga dikasih warning "Anda harus login untuk melihat halaman ini" lagi? Wah kaco!!!*

Jadi keinget masa lalu, dimana q mulai kenal dengan yang namanya Facebook, chatting dengan temen2 dari luar negeri, inget2 dimana fb adalah "blog selingkuhanku" untuk bisa belajar banyak hal, dari budaya, iptek sampe bahasa..

Tapi kalo udah inget bahwa keamanan akunku mulai bisa kebongkar orang, tu gak ada bedanya dengan nginceng q yang lagi mandi.. Wahai para hacker, datang tak diundang, pulang makan kacang, bertobatlah! Kalo mau ngehack, ke situs porno aja, jangan ke situs yang dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan jati diri.. Wahai pendiri Facebook, laksanakanlah amanat penduduk jejaringmu.. Wahai para pengguna Facebook, ayo sama2 kita benahi diri, biar "virus2" di Facebook bisa segera lenyap.. Semoga Allah mengizinkan apa yang kita inginkan menjadi takdir terbaik bagi kita, amiiin..

Kamis, 20 Mei 2010

Dia Tujuanmu!

Nduk...

Belajarlah untuk menjadi lebih hitam

Agar tetap menyentuh angkernya sepertiga malam

Dan tetap tergelap dari misteriusnya zina



Nak...

Berusahalah untuk menjadi lebih hijau

Agar tetap terbau parfum Firdaus itu

Yang terselimut zamrud dan ruby dzikir

Dan tersuburkan khatulistiwa kalbumu



Cong...

Tetaplah menjadi yang putih dan lebih putih

Agar lensa mata hatimu lebih transparan

Menatap masa depan di neraka sana

Supaya lebih sucilah engkau dari api Saqar itu

Dan terlindungilah membran imanmu dengan taqwa

Yang menyisipkan ahli-ahlimu sejak azali



Putra-putiku...

Hiduplah dengan lebih jernih

Dengan mengakui dan menyertai air pikiran

Bahwa hanya Allahlah yang berhak memiskinkanmu


(Puisi ndadak pas kelasnya Pak Mahfould, mata kuliah Ushul Fiqih, 18 Mei 2010 kemaren)

Sabtu, 15 Mei 2010

Darah Beku Menarik Urat

Plakkkk!!!

Bodoh!!

Kemana saja dirimu?

Apa telingamu tak mendengar injak jeritnya? Apa matamu gak melihat tampar tangisnya? Apa hidungmu tak menyesapi tonjok rintihnya?

Mbok ya sekali-sekali kamu dengarkan aku!!

Kalau sudah seperti ini apa yang mau kamu lakukan dengan hilangnya harga dirimu? Kamu sudah dengan biadabnya mengubah masa depan yang tercatat indah dan cerah menjadi suram hanya dengan traumamu yang tak kunjung reda itu..

Parahnya lagi, kamu menganggap itu adalah kesalahan Allah yang tak menjagamu. Padahal Dia akan menjagamu jika kau mau menjaga dirimu sendiri. Harusnya kamu mengerti apa yang Dia mau sebelum kamu menuntut kemauanmu padaNya.

Kalau kamu sudah bosan dengan sebutan:

BAJINGAN!

KEPARAT!!!

BEDEBAH!!!!!

IBLIS!!!!!!

Dan segala umpatan lainnya yang terlontar dariku, lekaslah ambil wudhu, ucapkan bismillah untuk memasuki Ruang Taubat, sujudlah padaNya, sesalilah apa yang telah terjadi, berjanjilah dengan jiwa yang benar-benar bersih untuk tak mengulanginya kembali.

Tiuplah debu yang bersemayam di kafer Al-Qur'anmu dan bacalah isinya. Renungilah maknanya dan letakkanlah di dalam diriku bersama taqwamu agar darahmu juga penuh dengan kontrol menenangkan yang kamu impi-impikan.

Tetaplah belajar menjadi wanita yang ikhlas dan bisa menempatkan sesuatu pada tempat dan waktunya. Jangan pernah menoleh ke bawah punggungmu dan teruslah melangkah tanpa mempedulikan manusia mana yang bersedia menerimamu kelak.

Sekali lagi.

JANGAN PERNAH PEDULI PADA RAYUAN MEREKA!!

Karena biar bagaimanapun kamu harus tetap fokus pada cita-citamu:

Menjadi wanita sholihah yang berkualitas tinggi dan bisa merangkai masa depan bersama Allah.

Titik.



(Semoga setelah dia membaca tulisan ini dia berkenan memulai hidupnya dengan segala kepingan reruntuhan yang ada di dalam hatinya. Amin..)

RETAK!!

Dia memalingkan muka

Dia juga memalingkan wajah

Mana bisa anjing dan kucing bersatu?

Ya kecuali ada yang terlahir

Dari hubungan keduanya



Tapi tidak dengan mereka

Mereka lebih bejat daripada mereka

Yang satu lebih sadis dari anjing

Yang satu lebih garang dari kucing

Dan anak mereka menyaksikannya



Jika memang tak ada cinta dibawah atap

Harus kemana lagi anak-anaknya menyewa?




(Semoga berakhirlah drama silsilah yang berjudul "Broken Home" tersebut..)

Kantuk

Lapar kehidupan

Menyeringai tajam bagai jarum onak

Memangsa segalapun terancam

Menganga hingga lambung jiwa terantukkan



Bersihnya Gangga

Membasuh cangkir dan teko mata nurani

Menjernihkan kampas hati

Setapak lalu menghilang pula ombak kotoran

Hingga lupa



Laparnya kehidupan terbanting Gangga

Menghapus seluruh tahajud menjadi dosa dhuha

Saat teringat dalamnya lupa

Terbangunlah dari angan

Dan tersadarlah bahwa adzan menggusur kuliah



(akhirnya jadilah puisiku yang terlahir dari keadaan laper, boring, mendesak dan memuakkan pas jam kuliah..)

Dering2 di Ponsel Nokia Berikut Pencitraannya (1)

Nokia 1208

Airy : Angin sepoi2 di pantai siang hari sambil makan semangka merah + mengenang masa lalu yang membahagiakan + menikmati keindahan

Blue Ice : Pesta panggung dan gemerlap lampu sebagai penghangat di musim salju

Bold : Benar2 tebal, konflik, keras, memaksa, cocok buat yang belajar istiqomah, penuh semangat, jangan sampai loyo

Brook : Ingat angklungdan kulintang, air menetes dari bola besi yang tenang

Coconut : Real panen kelapa besar2an dan ceria! Ya di pantai, ya di kebun.

Continental : Cepat, tepat, dapat, aroma agak kecina2an (jadi inget Imlek dan pecinan.. *kangen*)

Discoid : Disko, pesta rumah, lampu warna-warni di kamar, lumayan menjemukan (bagi yang gampang bosan)

Elves : Debu rumput kering , kerikil yang bergeningan yang kena hembusan angin

Enthrall : Real China, jadi inget Wushu, harpa China

Hushed : Berbisik terus, terus dan terus!!!!!!! Tetap tenang, halus tapi lumayan memekakkan telinga

Mars : Sangkakala ditiup, ayo mulai semangat…!!!!!!!! *kayak ngobarin semangat perang bela tanah air aja* ada aroma seni perangnya dan penutupan juga

Nocturnal : Extra cepat tapi tetap tunjujkkan ketenangan, kesan keburu-buru tapi itu cepat bukan tergesa-gesa

River Cruise : Berlayar meninggalkan pelabuhan menuju China atau Jepang, ada harpanya juga.

Roll on : Ada bekas kekecewaan dan berasa banget sakit hatinya

Shadowing : Diikuti bayangan, dikear oleh bayangan sendiri

Springfield : Padi dan jagung yang siap panen di sawah, burung berkicau, angin semilir di siang yang cerah, musim semi. Jadi keinget sakura yang lagi bermekaran

Strike : Ayo serang…!!!!!!! Kya’ lagu disco

Bullfrog : Suara katak

Cackle : Anak bayi ketawa ngakak.

Cuckoo : Jam burung

Nostalgia : Telepon jadul

Reed : Suara mesin sederhana bergetar

Rooster : Kokok jago

Alarm 2 : Sekedar mengingatkan secara halus

Alarm 3 : Ayo cepetan, aku tinggal lho ya!

Clock alert 2 : Musim dingin, membuat snowman, main-main di salju. Lihat-lihat cemara kayak mau natalan

Clock alert 3 : Inget jingle bellnya gereja

Message 2 : Njawil (nyolek….!!!!!)

Message 3 : Ada ban gembos (bocor di tengah perjalanan)

Message 4 : Hampir sama dengan nada Standar (cuma suara kurang kuat)


*ni cuma dinilai dari pendengaranku aja yang katanya orang2 perlu diperiksain ke spesialis THT*

Minggu, 28 Maret 2010

Lagi-Lagi...

Tabungan: Minggu, 8 Juni 2008

Kemarin paz ngaji maghrib di ndalem, q dpt 1 puisi lagi. Dan ini ungkapanku coz saat itu juga aku ngerasa lega dan kesumpekan yang akhir2 ni menerpaku (ce ile...) eh, maksudnya kesalahan2 yg menyerangku baru2 ni, tu semua serasa lebih ringan. So, let's check the poem.

SEMBAH SYUKURKU

Senyum sabit yang kemarin menyapaku
Kini semakin lebar
Kini semakin benderang
Seterang kalbu ini

Entah angin surga mana yang mengguyur hatiku
Begitu sejuk
Begitu damai
Kosong perut ini terbayar
Aku kembali menghadapNya 
Dalam untaian sembah syukur yang panjang

Aku berbunga
Aku bermekaran
Tanpa kupupuk, tanpa kusiram

Namun Allahlah yang kehendaki
Panjatan doa itu hapus semua gulanaku
Aku yakin, aku pasti bisa

Dan semangat mengarungi ini
Ku dapatkan
Hanya dari-Nya
Bukan yang lain

Melainkan Ditambah, Bukan Dibagi

Tabungan: Selasa, 17 Juni 2008

Tasbih itu menguat erat
Kalbunya penuh dengan angin surga
Meski bermula dari rasa sakit yang mendalam
Tapi dia menumbuk rempah iman
Yang masih sulit untuk dicerna

Haru, menyelimuti hatinya
Sedih, yakin dia rasakan itu
Kecewa, perasaannya retak berkotak-kotak
Berat, saat surat itu ditulisnya

Namun dia percaya padaNya
Bahwa Sang Penguasa Pengadilan akhir akan curahkan
Secakrawala cinta

Tasbih itu menguat erat
Kalbunya penuh dengan angin surga
Bahwa dia yakin
Dimadu bukanlah bagaimana cinta dibagi
Tapi itulah langkah melebarkan sayap kasih


(Thank's 4 the inspiration, Mom!)

Sabtu, 27 Maret 2010

Wisemen Said...

Tabungan: Rabu, 25 Juni 2008

"Tidak masalah betapapun lamanya Anda menunggu obyek foto yang indah, Tuhan selalu berdiri di samping fotografer yang dipilih-Nya."
(Minor White)




"Pengetahuan sejati turun ketika semangat berkompetisi turun."
(J. Krishnamurti)


"Orang yang mengenal sesama adalah orang yang bijaksana, orang yang mengenal dirinya sendiri adalah orang yang tercerahkan."
(Lao Tze)


"Cermatilah kehendak Tuhan setiap hari!"
(C. G. Jung)


"Carilah dan Anda akan mendapatkannya-siapa yang tidak dicari tak akan pernah diketahui."
(Sophocles)

"Juallah kepintaranmu dan belilah kebingungan."
(Jalaluddin Rumi)

Ciri-Ciri Jodoh?

Kalo liat dari tulisannya Ustadz Restu Sugianto (Ustadz Cinta) dalam bukunya "Kalo Kamu Jatuh Cinta: Dari Geer Sampe Teler", tanda2 berjodoh itu ada 4 yang diawali huruf S semua (makanya disebut 4S), yakni:

1. Sama aura wajahnya
2. Selevel
3. Sering nyambung
4. Sulit cuek di hadapannya

Hmmm...
Jadi penasaran niy, siapa ya yang jadi jodohku kelak?

Ada yang bisa ngasih bocoran gak?

Kamis, 25 Maret 2010

Izinkan Aku MendekatiMu

Tabungan: 27 Mei 2008 (pz ultah Bunda)

Sakura itu jatuh
Tapi ada yang lebih jatuh lagi
Yakni air mata hati ini

Bunga tulip itu gugur layu
Tapi ada yang lebih layu lagi
Adalah harga diri yang semakin bejat ini

Eforbia itu layu lenyap
Namun ada yang lebih lenyap lagi
Ialah rasa malu yang semakin hari
Semakin memudar ini

Bungan alang-alang itu terbang
Tertiup angin senja
Tapi ada yang lebih terbang lagi
Karena tertiup angin maksiat
Itulah jarakku denganMu yang semakin hari
Semakin jauh
Lebih jauh daripada jarak ahli Jahannam
Dengan ahli Firdaus

Allah, dimanakah pada akhirnya ku akan menemuiMu?
Meskipun aku tak pantas berada di tamanMu
Tapi sungguh, aku tak berharap
Aku menemui murkaMu dalam cambukan neraka

Allah, kenalkanlah aku dengan surgaMu
Izinkan aku untuk mengerti akan diriMu
Izinkan aku mendekatiMu
Agar aku bisa bersamaMu dalam tamanMu
Kelak

Dia...

Tebungan: 7 Mei 2008


Kupandangi jalan itu sekali lagi. Sepi. Lengang. Yang ada hanya kehampaan. Dia sudah pergi.

Ketika ku kembali menuju pondok bambu itu, semua sesak serasa mencekam. Dadaku sakit. Tenggorokanku tercekat. Mata ini tak tahan dengan butiran air yang keluar begitu derasnya meski tanpa suara isak.

"Aku tak sanggup lagi!"

Sejenak.

"Mengapa dia tinggalkanku? Apa salahku?"

Embun di sudut mata itu jatuh ke punggung tangannya.

"Mengapa dia setega itu padaku?"

Dia mencoba untuk tegar dengan menahan isak.

"Aku gak terima, apa dia kira bisa dengan mudahnya menyuruhku untuk...."

Lemah itu menyergap lagi. Putus asa.

"....melupakannya...." Tangis itupun meledak

"Aku masih sayang dia, aku masih cinta dia! Ya Allah, beri aku kekuatan!" Dan tangis 23 April malam itupun memecah tenangnya jiwa.

Namun, sedikit waktu jiwa ini mereda. Apalah arti menggundahkan hati. Itu hanyalah cara Sang Terlaknat menjauhkan kita dari panggilan surga untuk berjumpa denganNya.

Bangsat!

Mengapa pikiranku masih teringat pada kejadian di malam itu? Malam dimana sebuah kepercayaan telah terluka. terluka dalam. Tanpa kasih, tanpa sayang.

(Ini fragmen kedua di Diary Merah, yang pertama ada di Diary Biru)

Allah, Aku Kalut!

Tabungan: Kamis, 3 Juli 2008



Dimana letak perasaan itu?
Ketika untuk yang ketiga kalinya
Aku melupakanMu

Panggilan dan seruan kalbuku
Tak pernah ku hiraukan

Allah, aku kalut
Aku tak ingin akhir hidupku
Tertutup seperti ini
Aku kalut, ya Allah!
Aku kalut!
SuratMu tak lagi kubuka
NamaMu telah ku lupa

Kesalahan

Tabungan: Kamis, 3 Juli 2008

Aku heran
Ketika iblis sudah nyata mendekatiku
Aku masih mau menggenggam tangannya

Aku benci
Aku benci pada diriku sendiri
Yang tak mampu memberi contoh
Bagi jiwa dan hatiku

Aku tak ingin mengulangi
Karena aku tak ingin hatiku berucap
"Mengapa bajingan sepertiku
Masih diperkenankan hidup?"

Ku Tak Bisa Berpaling

Tabungan: Kamis, 3 Juli 2008

Hatiku hanya satu
Tapi mengapa...
Ah, aku tak mampu bicara
Sungguh besar dosa yang ku tanggung
Hanya karena penguasa hatiku

Allah, maafkan aku!
Jika aku telah menduakanMu
Perlahan-lahan hatiku bukan lagi untukMu

Aku mencintaiMu , ya Allah!
Tapi aku juga mencintainya

Allah, jika memang cintaku padanya
Bisa membuatku jauh dariMu
Hilangkan rasa ini ya Allah!
Buang jauh-jauh dariku!
Allah, aku mohon...

Hatiku hanya satu
Dan harus kuputuskan
Siapa yang akan menguasainya

Tapi, ya Allah!
Aku merasa sakit jika harus berpisah darinya
Aku merasa aku tak bisa berpaling darinya

Allah, tegaskan aku!
Aku tak ingin berpaling dariMu
Tapi aku juga tak ingin jauh darinya
Aku hanya ingin menghadapMu
Bersama dirinya
Dalam kejernihan hati dan beningnya pikiran

(Alhamdulillahi robbil 'aalamiin...)

Rabu, 24 Maret 2010

Terpisah

Tabungan: Sabtu, 28 Juni 2008

Jika kau dengar api neraka itu menyapamu
Maka dengarlah suara merdu itu

Kau tenggelam lagi dalam putaran waktu
Waktu yang tak akan pernah lelah
Menamparmu, Meludahimu
Bahkan merobek-robek harga dirimu

Dan kini semua berpaling padamu
TIDAK!
Ini begitu silau!

Dulu kau pernah melewati bayangan
Bayangan tanpa mimpi
Berjuta tawa canda
Suka duka kita lalui bersama

Tapi sekarang?
Sadarlah!
Mimpi itu berakhir
Dan suara ini

Kau...
Bangunlah!
Kini telah tiga tahun dia hadir dalam hidupmu
Bangunlah mimpi baru! Pegang erat!
Dan suara itu...

Kau telah terjaga dalam teater dunia
Dari bayangan nyata mereka
Kini kau harus rela
Dikenang dan dipisah oleh jarak
Meskipun hatimu dan hati mereka masih satu

(Fragmen untuk Gelar Karya 2008 di PP. Al-Aqobah, Kwaron, Jombang)

Dari Sebuah Undangan, Ku Sisir Untuk Sahabatku....

Allah....

Saat aku menyukai seorang teman
Ingatkanlah bahwa akan ada sebuah akhir
Sehingga aku tetap bersama Yang Tak Pernah Berakhir

Allah....

Ketika aku merindukan seorang kekasih
Rindukanlah aku kepada yang rindu cinta sejatimu
Agar kerinduanku terhadapMu semakin menjadi

Allah....

Jika aku mesti mencintai seseorang
Temukanlah aku dengan orang yang mencintaiMu

Allah....

Ketika aku jatuh cinta
jagalah cinta itu
Agar tidak melebihi cintaku padaMu

Allah...

Ketika aku berucap, "Aku cinta padamu"
Biar aku katakan pada yang hatinya tertaut padaMu
Agar tidak jatuh cinta yang bukan karenaMu

(Teruntuk sahabatku Ah. Mf. Bs., selamat menempuh hidup baru bersama dengan wanita sholihah yang benar2 menjadi madrasah buat semuanya, semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah, wa rohmah, wa banyak anaknah, yang sholih-sholihah dan berakhir dengan husnul khotimah, amiiiin...)

Senin, 15 Maret 2010

Dia Telah Menggantinya...

Baru ku sadari, Allah begitu bijaksana kepadaku. Gimana nggak? Ketika aku terlelah dalam isak, Dia memberiku sesuatu yang begitu sempurna: rasa itu hilang dan Dia mengizinkanku untuk belajar lebih banyak lagi tentang menjaga hati. Atau semacam itulah istilahnya. Segala ingatan dan rasa bahkan tentang istikhoroh itu perlahan mulai pudar seiring Dia membuka jendela cahaya untukku. Tak hanya itu, Dia juga menggantinya dengan yang insya Allah mengajakku lebih mendekat kepadaNya.

Rasa takut itu hilang, masa lalu yang surampun mulai menjauh, pintu kasihNya seakan-akan begitu dekat denganku...

Allah, terima kasih atas tergantikannya air mata itu...

Kini akan ku sambut hari-hari indahku dengan penuh cerita bahagia sembari menunggu kejutan apalagi yang akan Kau berikan kepadaku demi masa depanku yang lebih cerah dari yang ku impikan. Ya! Masa depan bersamaMu yang tanpa ada penyesalan...

Sabtu, 02 Januari 2010

Taushiyah untuk Kalbuku

Memang benar, Rosulullah menikahi Aisyah dan berpoligami setelah Khodijah meninggal...
Memang benar, pria tak pantas berpoligami sebelum istri pertamanya meninggal...
Tapi, Saudara senuraniku...
Pahamilah...

Poligami bukanlah pertanda bahwa cintamu terbagi
Tapi poligami adalah bukti besar
Bahwa suamimu adalah orang yang kaya akan cinta
Dan dia tak ingin memberikan beban yang begitu berat
Hanya kepada orang yang dicintainya

Wahai generasi muslimah luar biasa...

Bersiaplah untuk menjadi yang pertama bagi suamimu
Namun berlapanglah manakala dia memilih untuk memadumu
Selama Allah masih meridhoinya, engkau tak berhak mengubahnya

Karena memang menyakitkan
Melihat orang yang kita cintai bahagia bersama orang lain
Tapi lebih menyakitkan lagi
Jika orang yang kita cintai tak bisa bahagia bersama kita


(Mom, thanks for the inspiration!)