Kamis, 27 Mei 2010

Kursus Ayah Bunda

Ni adalah puisiku yang ngebut nulisnya *sampe dibela2in mbuatnya di tempat yang seadanya (pos satpam, red.) dengan tema yang sudah ditentukan oleh redaktur* gara2 diuber deadline mading HMJ PAI.. Tapi setelah ditampilin di mading beserta puisi "KULI SI JANDA" *yang juga karyaku (sejarahnya niy si redaktur minta q mbuatin 2 puisi, yang satu bertema hari pendidikan dan yang satu bertema hari buruh)*, eh malah puisi di bawah ini yang laris duluan, yang si kuli masih te2p terpampang di balik kaca mading..

Gak tau siapa yang ngambil, tiba2 aja kertas yang berhiaskan tinta Pilot merah ini bisa hilang dari lembaran gabus mading.. Ada yang naksir kali ya dengan gaya bahasaku yang lagi kaco kaya gini.. Ato emang dia keabisan kata buat ngritik niy puisi???

Entahlah, tapi yang jelas kalo ada yang mau mbaca puisi yang berjudul KURSUS AYAH BUNDA ini q harap ada yang mau ngasih komentar ato kritikan yang membantu pembangunan karyaku, tanpa mengurangi substansi dan gaya bahasa puisinya.. Makasih sebelumnya..


"Bajingan!"

Dia bersaing lidah dengan bibir nuraninya

"Bangsat!"

Kembali dia mengulangi bilangan Jahannam itu

Dalam hatinya dia berbisik penuh seru,

"Apa sebenarnya yang mereka angankan

Dari buliran sarat amarah?"



Sesaat dia meleburkan jiwa dalam mimpi

Andai mereka saling mengerti

Andai mereka saling memahami

Andai mereka mau mengalah

Dia menggelengkan pijakan akar rambutnya


Tatkala dia merenung untuk yang ke sekian kalinya

Andai di negeri ini hadir

Sebuah pendidikan untuk orang tua

Pasti tiada lagi anak korban pecahnya keluarga



Lagi-lagi dia menggelengkan kepala

Begitu menyadari bahwa dia hanya bermimpi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar