Kamis, 08 Desember 2016

Status Facebook 8 Desember 2016

Izzatush Shobihah
8 Desember pukul 13:39 · 

Allahumma shalli wa sallim 'alaih. <3 p="">
And he finally answered me. Jeng F, maap ya, tak sewa dulu kangmasnya. :D
Gomawo, ajussi... (y)

Intinya, shalawat asyghil dicantumkan Habib Ahmad bin Umar al-Hinduan dalam kitab beliau Al-Kawakib al-Mudhi'ah.
*mari ngene kari nggoleki halamane*




Zia Ul Haq
8 Desember pukul 13:14 · 

SHALAWAT MLIPIR

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأَشْغِلِ الظَّالِمِيْنَ بِالظَّالِمِيْنَ وَأَخْرِجْنَا مِنْ بَيْنِهِمْ سَالِمِيْنَ وَعَلَي الِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

“Duh Gusti, limpahkan rahmat atas Baginda Muhammad, dan sibukkan orang-orang zalim dengan orang-orang zalim, dan keluarkan kami dari kungkungan mereka sebagai orang-orang yang selamat. Serta limpahkan pula rahmat atas keluarga dan sahabat beliau semua."

Shalawat ini sempat ngetren di era Orde Baru, khususnya di Jakarta. Dipopulerkan oleh radio milik Yayasan Pesantren As-Syafi'iyyah yang diasuh ulama besar Betawi, almarhum KH Abdullah Syafi'i (wafat 1406 H). Kalangan ikhwan-akhwat tentu familiar dengan shalawat ini, karena pernah jadi intro lagu salah satu grup nasyid beken lawas. Ada yang menyebutnya 'Shalawat Dzalimin', 'Shalawat Salimin', atau 'Shalawat Asyghil'. Dulu saya memakai istilah 'Shalawat Sibuk', namun kayaknya lebih pas kusebut 'Shalawat Mlipir', alasannya ada di paragraf akhir.

Banyak kalangan yang mengamalkan dan mendendangkan shalawat ini menisbatkannya kepada Habib Ahmad bin Umar al-Hinduan (wafat 1122 H). Sebab, shalawat ini tercantum di dalam kitab kumpulan shalawat beliau, Al-Kawakib al-Mudhi'ah. Namun di situ beliau 'hanya' mencantumkan, bukan mengarang redaksinya. Di ensiklopedi besar, Afdhalu as-Shalawat, susunan Syaikh Yusuf An-Nabhani (wafat 1350 H) pun tak saya temukan. Kemudian kutelusur melalui Mbah Google dan menemukan data lain bahwa shighat shalawat ini jauh lebih tua.

Konon, susunan shalawat berisi doa ini kerap dipanjatkan oleh Imam Ja’far ash-Shadiq (wafat 138 H), canggah Rasulullah. Salah seorang tonggak keilmuan dan spiritualitas umat di awal masa keemasan umat Islam. Beliau hidup di akhir masa Dinasti Umawiyyah dan awal era Abbasiyyah yang penuh intrik dan konflik politik.

Bagi beliau, kekacauan politik tak boleh sampai mengganggu proses pelestarian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Saat itu, ilmu pengobatan, geografi, astronomi, kimia, sastra, mulai berkembang dan diminati. Maka di setiap qunut, beliau berdoa sebagaimana shighat shalawat di atas.

Biar sajalah para peminat kekuasaan bertarung berebut jabatan dan sibuk dengan urusan mereka, asal tidak merecoki aktivitas keilmuan dan keagaamaan serta memolitisasinya. Dengan sikap tenang serta setia pada pematangan ilmu dan spiritualitas, beliau dan para murid mampu menyongsong masa transisi itu dengan baik.

Valid atau tidaknya informasi ini, memang perlu kita periksa lagi dari sumber-sumber yang mu-tabar. Namun spirit dari shighat shalawat dan latar belakang kisahnya selalu pas dengan kondisi kehidupan kita, yang mulai lalai dengan isu-isu riil kehidupan nan konstruktif, malah 'ketungkul' dengan perkara politis destruktif.

Hari ini, bisa kita liat negara-negara Timur Tengah hancur di berbagai aspek kehidupannya sebab perebutan kuasa, atas nama apapun. Boro-boro untuk pengembangan ilmu pengetahuan, untuk memenuhi sandang pangan papan pun kepayahan, mereka harus mulai dari awal.

Semoga kita semua juga tetap setia pada proses ngaji seumur hidup dan dituntun oleh Allah agar bisa 'mlipir', keluar dari ketiak pertempuran zalimin dengan aman, selamat sentosa. Biarlah bertarung para gajah, namun jangan sampai pelanduk mati di tengah-tengah.

Shalla Allahu ‘ala Muhammad!
<3 p="">____
Krapyak, Kamis Wage, 10 Mulud 1438

-----------
NB: Status ini jawaban dari statusku sebelumnya, 2 Desember 2016.

____________

Izzatush Shobihah
8 Desember pukul 13:04 · 

"Pak, ada teman saya yang bilang, 'Kalau pingin mengenal Allah, ya kita harus 'keluar' dulu, jadi kafir atau ateis dulu, biar objektif.' Itu bener gak sih, Pak?"
"Mau mengenal kok malah menjauh? Kenalan itu ya didekati."

Dan meskipun saya lupa nama lengkap beliau yang menjawab pertanyaan saya waktu awal-awal S1 ini, kalimat yang beliau ucapkan sampai sekarang masih tertancap di sel otak saya.

Bahwa mengenal lebih dekat itu lebih 'menghasilkan' daripada mengenal lebih jauh.
#iZzatQuote
__________

Izzatush Shobihah
8 Desember pukul 10:09 · 

A: (ngambil kaca meja) "Mas, kaca ini ukurannya berapa?"
B: (melihat kaca) "Itu 0,25 kayaknya, Mb."
A: "Kalau ukurannya dijadiin segini, bagus gak?"
C: "Ukuran gak jadi persoalan, yang penting kesetiaan."

Mmmm...
_________