Rabu, 12 Oktober 2016

Status FB 11 Oktober 2016


Izzatush Shobihah membagikan sebuah kenangan.
11 Oktober pukul 13:33 · 

5 tahun yang lalu
Lihat Kenangan Anda

Izzatush Shobihah
11 Oktober 2011 · Linxia, Guizhou, Republik Rakyat Tiongkok · 

Diam itu emas dan emas akan lebih berharganya jika langka/sedikit jumlahnya..
Karena itu, jika ingin lebih "berharga" sedikitkanlah diam, perbanyaklah berbicara..

*adegan berbahaya, dijalankan oleh pemeran profesional, jangan menirunya di sembarang tempat! :D*
__________

Izzatush Shobihah
11 Oktober pukul 11:55 · 

Terima kasih. ^_^

Ahmad Ghazali Assegaf
10 Oktober pukul 21:42 · 

Non muslim berhak menjadi pemimpin di negara ini berdasarkan konstitusi.
Tapi, ia tidak berhak dipilih oleh muslim berdasarkan syariat.

*Khususnya jika ada indikasi kebencian terhadap Islam
__________

Izzatush Shobihah
11 Oktober pukul 9:31 · 

Yang mau nikah, khususnya cowok, baca ini!
Yang udah nikah, khususnya cowok, baca ini!
Yang pernah nikah (pisah) dan pernah mengalami hal serupa, khususnya cowok (lagi), gimana rasanya? Isih penak jamane bojomu biyen toh?

Kalau saya yang jadi si istri, saya tidak akan gunakan kekerasan untuk menghadapi suami macam itu.
Cukup ajak dia ke tempat yang sepi, ke dalam kamar misalnya, sekedar memastikan tak ada orang di sana selain kita berdua, baru habisi dia sampai tak bersisa.

Barangkali mereka lupa bahwa wanita di dunia ini juga ada Laila Ali, bukan cuma Syahrini.
#iZzatQuote



Atiqa Putri
8 Oktober pukul 0:16 · 

Terakhir saya menggunakan jilbab model begini akhir tahun 2010 kalau tidak salah. Mungkin karna saya termasuk up to date liat perkembangan hijab ๐Ÿ˜๐Ÿ˜ jadi sekarang kalau make jilbab segiempat, modelnya sudah nggak pakai lipitan kiri kanan begini lagi. Suka ngerasa klasik di muka sendiri, padahal yang make style hijab ini masih banyak dan keren.

Tau penulis Asma Nadia kan?

Beliau lebih jadul lagi dari yang ini.

Dan beliau keren. ๐Ÿ˜๐Ÿ˜๐Ÿ˜

Maka nggak adil rasanya, kalau seorang kenalan saya, wanita dengan 3 anak yang jarak usia anaknya tak ada yang sampai setahun ini, jadi merasa minder sama diri sendiri hanya karna gaya jilbabnya selalu begini.

Alasannya simple.

'aku nggak pernah buka majalah, Hen. Nggak tau gaya hijab keren masa kini itu yang gimana. Aku juga kalau buka facebook dan bbm cuma buat masarin dagangan bubur ayamku. Nggak sempat merhatiin gaya hijab temen-temen. Abis baru mau kepoin foto selfie cantik temen, anakku sudah teriak pengen ini itu. Pun di televisiku yang cuma ada satu ini dari pagi sampai malam isinya kartun, tengah malam anakku sudah tidur semua gantian suamiku yang pakai nonton bola. Jadi aku buta soal hijab. Aku juga nggak pernah beli hijab baru semenjak nikah. Banyak yang lebih perlu uangnya, toh jilbabku nggak sobek.'

Aku seketika merasa malu padanya, dalam pandangannya sekarang, jilbab baru dibeli ketika sobek. Aku saja tak pernah sampai sobek sudah berkali ganti.

'lalu kenapa kamu minder?' tanyaku.

'suamiku.'

dia masih terdiam cukup lama sebelum melanjutkan. Mungkin menimbang apakah pantas dia ceritakan padaku curhatnya atau tidak.

'Dia jarang mau bawa aku kondangan meskipun anak-anak kadang bisa ditinggal sebentar ke orangtuaku, kalaupun aku pergi kondangan bareng dia, itu karna aku yang maksa pengen ikut karna yang acara kan teman kami kuliah bersama dulu, itupun pakai berdebat segala, sampai akhirnya dia menyerah dan membiarkan aku ikut. Tapi kok dia kayak malu ngakuin aku ini istrinya. Kayak nggak mau deket aku. Aku ditinggal sendiri terus sementara dia ke teman-temannya. Lalu aku perhatiin gaya teman-teman wanitanya yang foto-foto manja bareng-bareng itu, semua gaya hijabnya nggak ada yang kayak aku. Dipuntel-puntel semua kayak konde tapi ke atas, kan kalo konde zaman dulu itu dibelakang kepala ya. Terus ada juga tuh kayak selendang diputer-puter, aduh aku nggak ngerti apa namanya. Dan ternyata bagus semua. Ditambah make up. Aku loh cuma jilbab begini biasa. Yang ku beli 4 tahun yang lalu, ngetrend saat itu tapi udah jadul tahun kesekian ini. Make up pun aku kan cuma punya gincu angin, Hen. Itupun udah setahun lebih nggak habis-habis. Oleh-oleh tetangga yang baru pulang umroh. ' keluhnya dengan mata berkaca-kaca.

Aku menarik nafas panjang.

I know, kemana arah pembicaraan ini.

Temanku yang mengabdi penuh mengurus keluarganya ini sampai tak tahu apa itu turban, apa itu pashmina.

Sebelum tulisan ini ku buat, aku pernah memposting fotoku sendiri yang hanya mengenakan daster dengan jilbab serampangan.

Coba bandingkan fotoku itu dengan foto yang ku upload kalau aku sedang membantu merekomendasikan jualan baju nya teman-temanku, hasilnya?

O jelas jauh beda.

Kenapa?

Karna saat hanya dasteran aku kucel. Tak berbedak. Wajah berminyak, terlihat kusam. Ditambah jilbab yang tak pas dengan dasterku, semakin menambah kesemerawutan penampilanku.

Saat mempromosikan jualan baju teman, aku memakai riasan terbaikku. Mematchingkan kesana kemari baju dan jilbab yang ku kenakan agar nyaman dilihat. Agar orang tertarik mencoba jualan temanku. Aku akan senang sekali kalau temanku semakin laris dagangannya.

Lalu apakah setiap hari aku 'terlihat cantik' seperti foto promosi itu?

Aku ini ibu rumah tangga.

Bukan model.

Ada kalanya aku bangun pagi tak sempat mandi, hanya gosok gigi seadanya, langsung ngebut buat sarapan, lanjut mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya sampai hari tak terasa siang.

Ibu-ibu yang sering kerumahku saat aku masih dasteran dengan niat mau membeli daganganku, pasti tak asing lagi kalau menemui wujudku saat masih belum selesai mengerjakan urusan dapur, dengan saat aku datang ke arisan atau sedang kondangan berdua suamiku.

Beda.

Tak sama.

Dandan dengan tak dandan.

Mandi dengan tak mandi.

Dasteran dengan gamisan.

Rambut lepek bau asap karna habis bakar ikan kesukaan anak dan suami, dengan khimar cantik yang menutupi kepala dengan anggunnya.

Semuanya BEDA.

Jangan bodoh duhai suami temanku, sumpah kamu bikin aku gerigitan. Pengen ngulek sambel semangkuk terus nuangin ke es teh mu. Biar kamu minum teh pedas rasa orang mangkel ๐Ÿ˜ก๐Ÿ˜ก๐Ÿ˜ก

Istrimu yang kamu anggap jadul itu, dulunya teman nongkrongku yang paling modis.

Zaman aku masih plonga plongo sama soft lens, dia udah punya aneka warna mulai dari yang seperti telaga biru, mata kucing, mata setan bahkan mata zombi.

Zaman aku masih bingung apa itu rebonding, dia udah berkali-kali smoothing dari salon satu ke salon lainnya.

Jangan ditanya merk bajunya, sepatunya, tas nya, handphonenya, semua selalu up to date. Orangtuanya memberikan semua yang terbaik untuknya.

Yang dulu ku sesalkan, kenapa gadis secantik itu, semodis itu, yang kalau dia mau sama anaknya pejabat pun dia bisa, mau menikah denganmu yang hanya mahasiswa pengangguran, waktu itu?

Merelakan kuliahnya sendiri agar bisa menggantikan tugasmu mencari nafkah dan kamu selesai tepat waktu dengan gelar kebanggaanmu itu, bisa kerja kantoran seperti sekarang, punya teman-teman yang gahol, yang kekinian, dan setara dengan penampilanmu yang juga mengikuti perkembangan zaman.

Lalu kau biarkan istrimu memiliki sebuah perasaan yang hanya dimiliki oleh seorang istri yang bersuamikan orang tak tahu diri sepertimu.

Aku yang mendengar kontan sakit hati.

Kecewa.

Orang tua nya mempercayakan anak mereka padamu. Dengan harapan, kau akan membahagiakan anaknya seribu kali lipat dari yang bisa mereka berikan.

Lalu kau buat dia mengandung tiga bayimu.

Tanpa jeda.

Kakak pertama lahir.

Usianya dua bulan, istrimu mengandung yang kedua. 
Pun sama dengan yang ketiga.

Dan tiga balita itu dia urus sendiri dengan tangannya yang dulu belum tentu sebulan sekali menyentuh sapu.

Nyambi berjualan bubur untuk menambah kepulan asap dapur kalian agar anakmu bisa makan layak penuh gizi, karna gajihmu bukan tak cukup untuk itu tapi tak kan cukup olehmu yang gemar membeli kemeja baru dengan alasan kau lah yang bergaul di luar sana setiap hari dengan teman kantoranmu yang borjuis itu.

Kau buat temanku yang sangat cantik kini tak ubahnya babu tiap kali aku bertandang kerumahnya. 
Aku ingin menangis tiap melihat betapa kasar kulitnya sekarang, bersisik karna tak pernah kenal lagi apa itu handbody karna baginya lebih penting membeli obat batuk pilek anakmu yang uang obatnya masih kau pakai juga untuk bergaya makan di mall bersama mereka yang hanya peduli merk jeansmu.

Jangan tanya parfum, temanku yang pertama kali dulu mengajariku mengorder parfum mahal limited edition di katalog MLM itu kini hanya sering meminjam setetes dua cologne balitanya yang masih tersisa hanya untuk menutupi bau susu menyengat yang habis ditumpahkan anakmu ke badannya secara tak sengaja.

Aku ingin kau membaca tulisanku ini.

Aku yakin kau akan membacanya karna cukup sering kau 'like' postingan-postingan masakanku yang diadukan istrimu itu kepadaku saat kau protes padanya, kenapa istrimu itu tak bisa seperti aku yang mampu membuat masakan enak apa saja dirumah kalian.

Mungkin kau lupa, suamiku tak seperti dirimu.

Suamiku lelaki mandiri. Yang jika ingin bekerja tak pernah merengek padaku ingin disiapkan ini dan itu. Yang tak sungkan membersihkan kamar mandi sendiri saat dilihatnya aku masih sibuk belepotan tepung karna membuatkan cake kesukaannya.

Mungkin kau tak sadar, suamiku menyediakanku seorang asisten untuk membantu semua kerepotanku sehingga aku bisa memasak yang enak tanpa memusingkan cucian piring atau baju yang belum dijemur dan disetrika.

Mungkin kau tak tahu, suamiku menyediakan banyak fasilitas memasak di rumah untuk memudahkanku memenuhi permintaannya ketika ingin makan sesuatu, tak seperti istrimu yang ketika merengek sebuah blender murah saja masih kau katakan boros lalu uangnya kau pakai membeli sepatu futsal mahal. Sebenarnya apa definisi boros bagimu?

Mungkin kau yang belum tahu tahu, suamiku rajin menyarankanku memakai style yang begini dan begitu sesuai seleranya bahkan royal mensponsorinya agar aku selalu cantik saat pergi bersamanya, dan ketika kami berkumpul di sebuah tempat yang banyak wanita cantiknya, maka suamiku tak pernah minder mengenalkanku yang cantik disampingnya sebagai istri yang paling disayanginya.

Mungkin kau juga tak paham, bahwa seorang istri yang punya balita apalagi banyak dengan yang tak punya satu balita pun itu berbeda. Bahwa aku yang tak punya balita ini masih kenal apa itu yang namanya menyempatkan diri facial dan creambath juga spa meski hanya sebulan sekali.

Tapi istrimu yang mengurus 3 balita seorang diri itu telah bertahun-tahun ini sudah lupa menyisir rambut kusutnya sehabis mandi karna mandinya pun ketar ketir sembari menguatkan hati mendengar tangisan anakmu yang meraung karna tak mau ditinggal ibunya barang sedetikpun sedangkan kau diam tak perduli asyik memandangi gadget canggihmu yang isinya hanya undangan kongkow-kongkow tak jelas.

Sungguh...

Kau punya wanita paling cantik yang pernah ada,

Paling tangguh yang pernah ku kenal...

Yang telah Allah sediakan untuk menjadi yang paling memaklumi sikapmu

Menerima banyak kekuranganmu padanya

Karna percayalah,

Jika aku yang jadi istrimu

Tak akan sampai beranak tiga

Dari dulu sudah ku tinggalkan.

Tapi mungkin saja, ada kebaikanmu yang begitu besar dan istimewa, yang aku tidak tahu, yang hanya istrimu dan Tuhan saja yang tau

Sehingga Tuhan menguatkan hati istrimu untuk tetap mencintaimu sepenuh hati.

Bahkan setelah kau buat dia menunggu kepanasan dibawah terik matahari di parkiran,

Saat kau bilang padanya di kondangan waktu itu,

'kau duluan saja dan tunggu diparkiran. Aku masih ingin berfoto bersama teman-temanku. Kau tak usah ikut berfoto ya, bajumu aneh. Nanti malah jadi pembicaraan teman-temanku. Aku nggak enak.'

Kata-katamu ini, yang jika orang lain saja yang mendengarnya menjadi sedih dan pilu,

Lalu bagaimana hati perempuan yang sudah merelakan nyawanya untuk dipertaruhkan melahirkan benih-benih cintamu itu?

Masih cinta kah kau padanya?

Jika ya, minta maaf lah.

Syukuri istrimu.

Atau kau akan tahu bagaimana sakitnya kehilangan seseorang yang pernah mencintaimu sepenuh hati lalu tak ada lagi.

Karna tempatmu,

Sudah digantiNya dengan 'orang lain' yang lebih pantas untuk menjadi pasangan wanita sehebat istrimu.

Mumpung belum terlambat.

Menangkan kembali hati istrimu.

Karna hati wanita itu seperti bubur.

Yang jika hatinya terlanjur meneriakkan kata 'cukup',

Maka itu artinya bagimu adalah 'selesai sampai disitu'.

Kau rela?

Hujan oktober, rumah hijau, 2016

#menulisagarinimenjadipelajaranbagiyanglain
__________

Izzatush Shobihah
11 Oktober pukul 7:50 · 
Kalau di Al-Quran ada kabar, "Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan", kemudian kita menemukan seseorang sedang dalam kesulitan, barangkali saat itulah Allah mengirim kita untuk mempermudah urusannya. ^_^
#iZzatQuote
___________

Izzatush Shobihah bersama Suszie Chung dan Izzah Ling.
10 Oktober pukul 21:23 · 

Buat pertimbangan.
Pilih puasa di hari yang mana aja itu baik.
Yang gak baik itu udah ngeyel alot tentang tanggal puasa tasu'a-'asyuro, tapi ending-endingnya malah gak ikutan puasa.

Kalau masih ada umat model kayak gitu, semoga masih ada yang mau nerima jadi mantu.



Pakar Fisika di Juwiring Observatory.
9 Oktober pukul 16:46 · Klaten, Jawa Tengah · 

KAPAN 10 MUHARRAM 1438 H:
==========================
Tanggal 10 Muharran 1438 H terdapat perbedaan karena berbeda memulai 1 Muharram 1438 H nya.

Versi Pemerintah Saudi, Pemerintah RI dan Muhammadiyah: 
1 Muharram 1438 H = Ahad, 2 Oktober 2016 M.

Sehingga, tanggal 10 Muharram 1438 H akan jatuh pada Selasa, 11 Oktober 2016 M.
(Senin, 10 Oktober 2016 selepas Maghrib)

~~~

Versi Rukyat Hilal Hakiki, Nahdlatul Ulama dan Persatuan Islam: 
1 Muharram 1438 H = Senin, 3 Oktober 2016 M.

Sehingga, tanggal 10 Muharram 1438 H akan jatuh pada Rabu, 12 Oktober 2016 M.
(Selasa, 11 Oktober 2016 selepas Maghrib)

~~~
Laporan Rukyat dan Awal Muharram 1438 H di Dunia:

1. http://icoproject.org/icop/muh38.html
2. http://moonsighting.com/1438muh.html

Foto:
Taqwim Standar Indonesia
Bulan Oktober 2016
__________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar