Selasa, 01 November 2016

Status FB 1 November 2016


Izzatush Shobihah membagikan sebuah kenangan.
1 November pukul 15:23 ·

5 tahun yang lalu
Lihat Kenangan Anda

Ifa Ajah bersama Diedin Fadh dan 3 lainnya.
1 November 2011 ·

________

Izzatush Shobihah
1 November pukul 15:17 ·

Kau beri aku nama-nama mantanmu, akan kuberitahu siapa dirimu.
#iZzatQuote
____________

Izzatush Shobihah membagikan foto Zia Ul Haq.
1 November pukul 12:16 ·

Forget about November 4. Retrace November 10.
It will be the day of hero. The day of all people who bring you around to be better.
Dan bisa saja, sosok pahlawan itu adalah anak kecil yang menyelamatkan kehidupan kita dari kemiskinan imajinasi.



Zia Ul Haq
1 November 2013 ·

THE LITTLE BIG

Kalau kau sempat nongkrong di Nol Kilometer sebelah Monumen Batik malam-malam, kau mungkin akan ketemu bocah ini. Pesanlah segelas kopi, lalu duduk santailah sambil ngemil atau ngebul dan ajak ngobrol sang penjual kopi di sana, pasti asyik. Nah, ketika muncul sesosok anak laki-laki kecil lincah, perhatikan polahnya.

Kulitnya putih, rambut lurus, tingkahnya akas (kebalikan dari ‘loyo’). Sesekali kau akan melihatnya merangkak di perempatan jalan ketika lampu lalu lintas menyala merah, berguling di atas paving dan bergulun g manja di kaki-kaki pelancong yang lalu lalang, menggaruk-garuk telinganya dengan jempol kaki, menjilat-jilat genangan air bekas hujan seperti kucing, atau bahkan mengorek tanah basah taman lalu memasukkannya ke rongga mulutnya, nyam nyam nyam.

Jinguk!

Beberapa turis lokal nampak tertarik untuk berpose dengan bocah nyentrik itu. Dia pun tak malu untuk bergaya sesuai dengan orang-orang yang bergaya alay itu. Beberapa orang Nampak ngeri melihat tingkah ‘berbahaya’ si bocah sambil menghalaunya agar tak bertindak aneh-aneh.

Berkali-kali ia ditangkap, dirangkul, diringkus, diterkam, disergap oleh orang-orang di sekitarnya, tetap saja lolos dan kembali bertingkah.

“Sini, Dek!” ajakku.
“Woy! Woy! Wahaha!” serunya sambil terus berguling ceria.

“Oy! Oy! Jangan dimakan!” hardikku sambil meraih tangannya saat ia mulai menjilat-jilat gumpalan tanah hitam.
“Hahahaha..” dia malah ketawa-tawa dan melumurkan tanah-tanah basah itu ke tanganku, sreet sreet sreet.

Jinguk!

“Eh, namamu siapa?” tanyaku merayu. Lagi-lagi dia menyapukan tangan berlumur tanah itu ke tubuhku.
“Dek, dek, ambil lagi tanahnya tuh, coba bawa sini..” pintaku, ganti strategi. Dia pun menurut dan mulai mengorek beberapa gumpal tanah hitam bekas hujan.
“Naah, taruh di sini..” arahku sambil mengusap paving tempatku duduk lesehan. Bocah itu menurut. Tanah-tanah itu ditaruhnya, kemudian kuajak dia untuk membuat bola-bola kecil bentukan tangan.
“Coba kamu bikin sembilan bola ya..”
“Ini nih.. nih nih..” sahutnya sambil memutar-mutar kedua telapak tangannya menghimpit gumpalan tanah hingga membentuk bola.

“Namamu siapa?” tanyaku sambil memperhatikan dia asyik membuat bola tanah.
“Bik..” jawabnya.
“Siapa? Bik?” tanyaku lagi.
“Biiiiiiiig! Big! Big!” ketusnya.
“Ooo iya, iya.”

Setelah merampungkan 'tugasnya' membentuk bola-bola tanah yang jumlahnya memang ada sembilan, entah dia hitung atau tidak, ia mulai nurut kuajak duduk, kutanya-tanyai, dan nyanyi-nyanyi. Bocah yang tadinya ‘liar’ ini mendadak jadi ‘jinak’.

Bola-bola yang dibentuknya nampak tidak seragam, ada yang besar ada yang kecil. Saat kutanya, itu adalah simbol katanya. Bola-bola besar sebagai ayah, mama, nenek, sedangkan bola-bola kecil adalah kakak dan adik. Jadi, dia sedang mengkonkritkan imajinasi abstraknya sebagai simbol atas realita empiris. Wah, dia seniman!

Kecenderungan anak semacam inilah yang konon katanya musti ditelusuri oleh pendidik. Agar ia tahu apa potensi yang tertanam di dalam diri seorang bocah. Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan pendekatan yang tepat dan khas, bukan pukul rata. Selama praktek mengajar di kelas beberapa bulan yang lalu, penggunaan metode bercerita (story telling) menjadi gaman ampuhku untuk menggaet perhatian adik-adik agar khusyu memperhatikan. Dan itu relatif berhasil.

Namun metode tersebut bisa berfungsi di dalam ruang kelas yang memang sudah dikondisikan agar teacher-centered. Lain kasus jika yang dihadapi semacam bocah Nol Kilo itu, ia sedang asyik dengan pikirannya sendiri. Aku yakin di dalam kepalanya berseliweran imajinasi-imajinasi super keren yang kemudian menuntun aspek motoriknya untuk bergerak liar.

Pendekatan model reward (hadiah) maupun punishment (hukuman) sebagaimana sering dipraktekkan di dalam kelas tak bisa berfungsi di sini. Bocah semacam ini hanya akan nurut ketika imajinasinya dilibatkan, bukan dibubarkan. Dia hanya butuh diarahkan agar minat dan kecenderungannya bisa disisipi instrument-instrumen pendidikan sekaligus dimaknai sebagai proses pendidikan pula.

Ternyata, memang pola pengarahan minat (potensi) dan berbasis kebutuhan ini sangat ampuh dan ranah aplikasinya sangat luas. Termasuk dalam gerakan-gerakan sosial, praktek pendidikan, metode dakwah para ulama terdahulu, hingga menjadi jurus mbribik (pedekate) cewek.

Kisah bocah sebagai sampel kecil ini menjadi prototype bagi hal-hal yang cakupannya besar. Kau tidak bisa mendorong-dorong perajin-perajin daerah untuk meningkatkan produksi agar mendapatkan untung berlipat ketika mereka memilik pandangan bahwa keberlimpahan materi bukanlah hal yang penting. Kau juga tidak bisa memaksakan orang-orang yang termarjinalkan untuk ikut protes menentang kebijakan lalim pemerintah, padahal yang mereka pikirkan adalah bagaimana usahanya bisa menghasilkan hari ini sekedar untuk makan esok hari.

Juga, aku tak akan bisa memanas-manasimu sebagai seorang jomblo untuk segera mengakhiri kejombloanmu ketika kau menganggap bahwa masa-masa jomblo merupakan proses pengenalan diri yang sangat berharga. Sehingga segigih bagaimanapun aku berupaya membuatmu galau, menarik perhatianmu, menghardikmu, tetap tak akan berpengaruh karena bagimu masa jomblo adalah tirakat.

Intinya, aku tak akan bisa membuatmu bersujud mencium wangi tanah ketika kau sedang asyik memandangi bintang-bintang, kecuali jika aku mau mengapresiasi ketakjubanmu terhadap taburan bintang itu.

~


Nol Kilometer, 29/10/2013
__________

Izzatush Shobihah
1 November pukul 10:14 · 

Katanya nikah itu kayak shalat jamaah: Kalau gak disegerakan, siap-siap aja jadi masbuk.
Kalau udah masbuk, ya gak boleh protes kalau imamnya gak sesuai harapan. Yang penting bisa shalat jama'ah.

Karena untuk kondisi masbuk, makmumlah yang memilih imam. Bukan sebaliknya. :p
#iZzatQuote
--------
Ketularan statuse Gus Zia Ul Haq. Ndang rabi Gus, sopo ngerti mengko akeh sing melu masbuk. *eh*
________

Izzatush Shobihah
1 November pukul 7:41 · 

Sukses hanya milik mereka yang tidak mengandalkan keajaiban.
#iZzatQuote

Selamat berjuang, Habib Riziq.
NU adalah keajaiban milik bangsa. Kalau ingin sukses, jangan mengandalkan NU saat aksi 4 November nanti ya.
O ya, jangan lupa setelah memekikkan "Allahu Akbar", bacaan langsung dilanjut "Sami'allahu li man hamidah." ^_^
___________

Izzatush Shobihah
1 November pukul 4:29 · 

Jangan, Prof. Jangan nyinggung apalagi masuk ke dunia politik!!!
Pokoknya jangaaaannnn!!!!!๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚

Nadirsyah Hosen
Kemarin pukul 11:33 · 

Menghadapi Orang Ngeyel

Kisah pertama:

Seseorang datang ke ahli fikih dan bertanya: "Saya setiap kali menyelam ke dalam sungai sebanyak 2-3 kali tapi saya masih tidak yakin apakah tubuh saya sudah terbasahi air seluruhnya, sehingga saya ragu apakah saya sudah suci dari hadats. Apa yang saya harus lakukan?"

Ia menjawab: "gak usah shalat!"

Penanya itu protes: "lho, kenapa?"

Ahli fikih ini menjawab: sesuai sabda Nabi beban hukum itu diangkat dari tiga golongan yaitu anak kecil hingga baligh, orang yg sedang tidur hingga ia terbangun, dan orang gila hingga ia sadar. Nah, orang yang sudah menyelam 2-3 kali tapi masih mengira ia belum mandi, berarti ia orang gila"

Kisah kedua:

Seorang lelaki duduk di samping Imam Abu Yusuf. Lelaki itu diam lama sekali. Lantas Imam Abu Yusuf menyapanya: " mengapa kamu tidak berbicara?"

Lelaki itu berkata: "Baiklah, kalau begitu aku ingin bertanya, kapankah seorang yang berpuasa boleh berbuka?"

Abu Yusuf menjawab: "saat maghrib nanti mentari telah terbenam kau boleh berbuka puasa".

Lelaki itu bertanya lagi: "bagaimana jika matahari tidak juga terbenam sampai pertengahan malam?"

Abu Yusuf tertawa, "Ternyata diammu adalah benar, dan aku salah telah mengajakmu berbicara."

Kisah ketiga:

Seorang yang pakai sorban dan jubah berkata: "Dilarang memilih pemimpin kafir sesuai al-Maidah:51"

Imam Besar Masjid Istiqlal berkata: "Saya sudah cek kitab-kitab Tafsir tidak ada yang bilang kata awliya dalam QS al-Maidah:51 itu maknanya pemimpin. Saya cek terjemahan bahasa Inggris, melayu dan lainnya juga tidak diterjemahkan "pemimpin".

Yang lain berseru: "tapi terjemahan Depag bilang ini pemimpin"

Seorang yang memakai peci (bukan surban) menjawab: "Depag sudah merevisi terjemahannya sejak 1998 sehingga tidak lagi bermakna pemimpin."

"Itu pasti Qur'an Palsu!" Teriak seorang jamaah, diiringi pekik takbir.

Tafsir Prof Quraish Shihab baik al-Misbah maupun al-Lubab juga menganggap terjemahan awliya sebagai pemimpin dalam ayat itu kurang tepat"

"itu Syi'ah," jangan dipercaya!

"Kalau ternyata tafsir Depag sudah direvisi sejak lama, kitab tafsir klasik juga bilang itu bukan pemimpin, dan terjemahan semua bahasa di dunia ini juga bilang bukan pemimpin, tapi sekelompok pihak masih memaksakan kampanye hitam melarang warga memilih pemimpin kafir pakai satu versi terjemahan dan tidak mau memberitahu umat bahwa itu bukan satu-satunya terjemah/tafsir al-Maidah:51 maka wajar saja Gubernur Ahok mengatakan 'dibohongi pakai al-maidah:51' untuk tidak memilih dia. Ada penyembunyian info tentang terjemah/tafsir lain terhadap al-maidah:51. Jelas Gubernur tidak menghina al-Qur'an! Beliau hanya mencemooh mereka yang menyembunyikan terjemah/tafsir lain ayat tersebut." Begitu penjelasan seorang bapak yang sudah beruban rambutnya.

Seorang anak muda berkacamata menimpali, "kalau begitu ini bukan masuk pasal penodaan terhadap agama. Mungkin hanya masuk pasal pencemaran nama baik kalau pihak yang selama ini ngotot hanya dengan satu versi terjemahan merasa tercemar namanya setelah 'kebohongannya' dibuka Gubernur Ahok."

"Pokoknya ini penghinaan terhadap al-Qur'an, Kami akan bela Islam dalam aksi 4 Nov nanti", seru seseorang yang pakai jubah putih.

"kalau Ahok ditangkap maka dia tidak bisa bertarung di Pilkada. Calon muslim akan menang!" Pekik takbir mengiringi ucapan ini. Ohh ini toh maksudnya.

Begitulah kawan.....memang sulit menghadapi orang yang ngeyel seperti kisah pertama, kedua dan ketiga ini. Penjelasan apapun yang anda berikan tidak akan memuaskannya meski anda hadirkan satu truk kitab tafsir, berbagai versi terjemahan Depag, dan terjemahan dalam berbagai bahasa di dunia ini. Bagi mereka cuma ada satu versi dan kemudian menganggap telah terjadi penistaan agama. Yang mereka bela jangan-jangan bukan Islam, tapi kebencian dan emosi mereka.

Saran saya, anda tidak perlu ikut aksi 4 Nov. Tetap bekerja seperti biasa. Doakan semoga Allah menjaga bangsa kita dari perpecahan. Mari jaga Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.

Tawashaw bil haq
Tawashaw bis shabr
Tawashaw bil marhamah
___________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar